Skip to main content

Posts

Showing posts from 2019

Bunga Rendah, Bakal Ramai nih BUMN Rilis Obligasi di 2020!

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan pelat merah diyakini bakal ramai menerbitkan obligasi korporasi di tahun depan sejalan dengan tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Mengacu data PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), penerbitan obligasi korporasi Grup BUMN per 13 Desember 2019 mencapai Rp 86,5 triliun, melesat 44,6% dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya. Senior Vice President Financial Institution Ratings Division Pefindo, Hendro Utomo menjelaskan, peningkatan itu disebabkan karena kebutuhan perusahaan BUMN melakukan pembiayaan kembali (refinancing) utang yang jatuh tempo. Pefindo memperkirakan, penerbitan obligasi korporasi secara keseluruhan baik BUMN dan swasta di tahun 2020 mencapai Rp 158,5 triliun. Sedangkan, jumlah surat utang jatuh tempo mencapai Rp 132,1 triliun. Dilihat dari industrinya, dua sektor terbesar penerbit obligasi adalah perusahaan pembiayaan (multifinance) dengan porsi sebesar 30% atau Rp 39,8 triliun. Sektor perbank...

Relaksasi Kebijakan Makroprudensial Masih Terbuka

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia diproyeksikan menahan suku bunga acuan pada Desember 2019, namun ada peluang menggunakan relaksasi kebijakan makroprudensial untuk mendorong kinerja sektor perbankan. Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana menyatakan Bank Indonesia akan menahan godaan memangkas suku bunga acuan atau BI 7 Days Repo Rate (BI7DRR). Ada beberapa pertimbangan menurut Fikri yang membuat Bank Indonesia akan menahan BI7DRR. Pertama, pekan lalu The Fed sudah menahan suku bunga dan memberi sinyal kemungkinan akan ada kenaikan pada tahun depan, seiring tingkat pengangguran yang relatif rendah di Amerika Serikat. Pertimbangan kedua, rupiah juga masih stabil dan cenderung terapresiasi menjelang akhir tahun. Ketiga, Credit Default Swap (CDS) dan yield Surat Utang Negara (SUN) jangka pendek, yaitu satu tahun masih berada pada level yang rendah, bahkan terendah setidaknya dalam 5 tahun terakhir. “Namun ada beberapa risiko yang perlu dipertimbangkan ...

Yield SUN bergerak anomali terhadap CDS, ini alasannya

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak sejalannya pergerakan indeks persepsi risiko investasi Indonesia (CDS) dengan tingkat imbal hasil atau yield surat utang negara (SUN), justru mencerminkan bahwa risiko jangka pendek lebih rendah ketimbang risiko jangka panjang. Asal tahu saja, Jumat (13/12) CDS tenor 5 tahun berada di level 67,721 sekaligus level terendah sepanjang sejarah. Sementara itu, yield SUN untuk tenor acuan 10 tahun justru naik. "Penurunan CDS diikuti penurunan yield jangka pendek atau SUN 1 tahun yang menyentuh level terendah, setidaknya sejak Mei 2019 di angka 5,1%. Sedangkan yield 10 tahun tembus level 7,4%," jelas Ekonom Pefindo Fikri C Permana kepada Kontan.co.id, Selasa (17/12). Selain itu, belum turunnya yield SUN 10 tahun dikarenakan risiko neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan (CAD) yang masih menghantui di jangka panjang. Bahkan, menurut Fikri perbaikan CAD maupun neraca transaksi berjalan belum akan membaik dalam waktu singkat. Di si...

Tensi Perang Dagang AS-China Mereda, Rupiah Hari Ini Bakal Stabil

Ipotnews - Pergerakan rupiah terhadap dolar AS hari ini diprediksi relatif stabil. Selain karena tensi perang dagang Amerika Serikat dengan China sedikit mereda, situasi menjelang libur akhir tahun akan membuat investor tidak mengambil posisi baru. "Saya memperkirakan rupiah hari ini akan stabil di kisaran Rp13.930-14.030 per dolar AS," kata Ekonom Pefindo, Fikri C Permana, saat dihubungi  Ipotnews , di Jakarta, Senin (16/12). Fikri memperkirakan pergerakan rupiah terhadap dolar AS tidak akan terlalu bergejolak. Perang dagang AS-China mereda setelah kedua negara akhirnya mencapai kesepakatan perdagangan fase pertama. Walau demikian, ini bukan berarti perang dagang AS-China sudah berakhir secara keseluruhan. "Karena ini baru kesepakatan fase pertama. Tetapi paling tidak untuk sementara waktu ini agak mereda," ujar Fikri. Selain itu, libur akhir tahun menjelang Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 sudah semakin dekat. Dia memperkirakan semakin banyak investor...

AS-China Sepakat, Rupiah Berpotensi Menguat

Bisnis.com, JAKARTA — Rupiah berpotensi menguat pada perdagangan pekan ini dan terus menguji level psikologis Rp13.900 per dolar AS seiring dengan tercapainya kesepakatan perdagangan fase pertama AS dan China. Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan rupiah berpotensi menguat didorong berkurangnya kekhawatiran pasar terhadap negosiasi dagang setelah pernyataan sepakat dari pejabat China dan AS, sehingga meningkatkan minat investasi aset berisiko. “Rupiah berpotensi menguat ke Rp13.900 per dolar AS dengan resisten di kisaran Rp14.050 per dolar AS untuk perdagangan Senin (16/12/2019),” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (15/12). Kendati demikian, penguatan yang terjadi dinilai tidak akan terlalu signifikan karena dalam kesepakatan tahap pertama tersebut, Pemerintah AS hanya menunda tarif yang seharusnya berlaku pada 15 Desember 2019, tetapi tidak menghilangkan tarif impor sebelumnya. Selain itu, belum jelas pula jumlah produk pertanian A...

Prediksi Kurs Rupiah: Menunggu Sinyal dari The Fed

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah kembali melemah tipis terhadap dollar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (10/12). Kendati begitu, tren rupiah masih menguat lantaran sempat berada di bawah Rp 14.000 kemarin pagi. Tapi saat penutupan, pergerakan rupiah di pasar spot berhenti di Rp 14.020 per dollar AS. Kurs rupiah turun tipis 0,07% dari penutupan sebelumnya. Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar melihat, rupiah bergulir ke arah konsolidasi. Penyebabnya, investor wait and see, menantikan kebijakan moneter bank sentral AS Federal Reserve. Sekadar mengingatkan, pekan ini The Fed menggelar rapat. Padahal, pemerintah mengumumkan penjualan eceran periode Oktober tumbuh 3,6%. "Data penjualan barang-barang eceran atau retail sales pada periode Oktober yang tumbuh di atas ekspektasi masih belum direspons positif oleh pelaku pasar," kata Deddy, Selasa (10/12). Kurs rupiah pun kembali melemah karena dilanda aksi ambil untung oleh investor. ...

Begini Kata Manajer Investasi soal Pasar Obligasi 2020

JAKARTA, investor.id – Pasar obligasi pada 2020 dinilai masih cukup prospektif. Meski demikian, tidak akan sebaik tahun ini. Presiden Direktur PT Schroder Investment Management Indonesia Michael Tjoajadi mengatakan, saat ini, investor asing masih stay di pasar obligasi domestik. “Indonesia masih memiliki interest rate dan yield yang positif,” kata dia di sela acara Market Outlook 2020 di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (10/12). Sejalan dengan itu, Presiden Direktur PT Mandiri Manajemen Investasi Nurdiaz Alvin Pattisahusiwa mengatakan, tahun ini ada pemotongan suku bunga The Fed sebanyak empat kali dan diikuti pemotongan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebesar 100 basis poin. Menurut Alvin, dengan adanya pemotongan suku bunga tersebut, pada tahun 2020 masih ada return positif. Namun, tidak sebaik tahun 2019 yang mengalami peningkatan hingga 14%. Hal serupa juga disampaikan Michael Tjoajadi. Menurut dia, tahun depan, pasar obligasi tidak akan mengalami peningkata...

Investor Asing Mulai Membidik Obligasi Korporasi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing kian meminati obligasi korporasi di tanah air. Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan, total jumlah (outstanding) kepemilikan asing pada obligasi korporasi per akhir November 2019 mencapai Rp 30,51 triliun. Angka ini naik 5,1% atau Rp 1,48 triliun dari posisi akhir tahun lalu. Ekonom Pefindo Fikri C Permana mengatakan, tumbuhnya minat asing pada obligasi korporasi disebabkan oleh beberapa pertimbangan. Salah satunya, obligasi korporasi menawarkan imbal hasil (yield) lebih tinggi dari obligasi negara. Imbal hasil obligasi korporasi terlihat menggiurkan karena lebarnya spread antara obligasi negara dengan obligasi korporasi. Fikri mencatat, selisih (spread) antara obligasi korporasi dengan rating AAA dengan Surat Utang Negara (SUN) bertenor satu tahun di atas 100 basis poin. Dari sisi kinerja, obligasi korporasi juga tumbuh signifikan. Hal ini tercermin dari indeks Indobex Corporate Total Return yang naik 13,5% sejak awal tah...

Ketidakpastian Global Dinilai Tak Ganggu Capital Inflow ke Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA – Ketidakpastian global beserta perlambatan ekonomi dunia tahun ini diyakini tidak banyak mengganggu aliran modal asing masuk ke negara-negara berkembang atau emerging markets seperti Indonesia. Berdasarkan Laporan Perekonomian Terkini Bank Indonesia, sejumlah strategi pelonggaran kebijakan moneter hampir di seluruh belahan dunia belum membuahkan hasil bagi perbaikan ekonomi dunia. Laporan itu memerinci, ketegangan ekonomi akibat perang dagang membuat rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini hanya akan mencapai 3,0% (yoy) dari tahun sebelumnya 3,6% (yoy) berdasarkan proyeksi International Monetary Fund (IMF). Adapun perbaikan diyakini mulai terjadi pada 2020 dengan perkiraan naik tipis 3,1% (yoy). Sementara itu, Bank Indonesia sendiri masih cukup optimistis memprakirakan ekonomi dunia tahun ini bisa mencapai 3,2% (yoy), dan akan membaik atau rebound pada 2020 menjadi 3,3% (yoy). Kondisi tersebut dipicu oleh menurunnya volume perdagangan dunia, alhasil ...

Penerbitan Surat Utang Korporasi Diprediksi Rp 158,5 Triliun pada 2020

PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan, emisi penerbitan surat utang korporasi mencapai Rp 158,5 triliun pada tahun depan. Nilai tersebut meningkat 17% dibanding proyeksi tahun ini Rp 135,2 triliun. Ekonom Pefindo Fikri C Permana menyampaikan, ada beberapa faktor yang mendorong peningkatan penerbitan surat utang korporasi pada 2020. Salah satunya suku bunga acuan atau BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) turun 100 basis point (bps) menjadi 5% sejak awal tahun ini. Ia menilai, suku bunga acuan berpeluang turun kembali pada tahun depan. “Kami berharap hal itu juga akan mendorong biaya dana (cost of fund) domestik turun," kata Fikri di kantornya, Jakarta, Selasa (19/11). Faktor kedua, penurunan imbal hasil (yield) surat utang yang lebih besar dibanding BI7DRRR. Suku bunga bebas risiko alias Risk Free Rate (RFR) untuk Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun turun 120 bps, bahkan sempat menurun 130 bps. Menurut dia, Bank Indonesia (BI) berpeluang menurunkan suku bu...

Proyeksi Kurs Rupiah: Dikepung Sentimen Data Ekonomi Dalam Negeri

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan negosiasi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang tidak sesuai ekspektasi membuat nilai tukar rupiah loyo. Kemarin, kurs rupiah di pasar spot melemah 0,06% ke Rp 14.088 per dollar AS. Serupa, kurs tengah rupiah di Bank Indonesia juga turun 0,11% menjadi Rp 14.098 per dollar AS. Fikri C. Permana, Ekonom Pefindo, mengatakan, kurs dollar AS kembali menguat gara-gara perang dagang antara AS dan China semakin panas. Alhasil, mata uang emerging market melemah, termasuk rupiah. Sentimen negatif perang dagang masih bakal membayangi pergerakan rupiah hari ini. Selain itu, nilai tukar rupiah juga bakal dipengaruhi oleh rilis data ekonomi dari dalam negeri. Saat ini, pelaku pasar juga menunggu rilis data neraca perdagangan periode Oktober. "Jika defisit neraca perdagangan kembali melebar, maka nilai tukar rupiah dapat melemah terbatas," kata Lukman Leong, Analis Valbury Asia Futures, kemarin. Asal tahu saja, pada periode September l...

Pefindo Kantongi Mandat Penerbitan Obligasi Korporasi Rp26,93 Triliun

Bisnis.com, JAKARTA - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mengantongi mandat penerbitan obligasi senilai Rp26,93 triliun per 31 Oktober 2019. Berdasarkan data Pefindo, per 31 Oktober 2019 mandat penerbitan surat utang korporasi menyentuh Rp26,93 triliun. Dari mandat penerbitan surat utang yang dikantongi Pefindo, sektor perbankan masih mendominasi yakni dengan Rp10,15 triliun. Kemudian, disusul oleh sektor pembiayaan sebesar Rp4,8 triliun dan manajemen investasi sebesar Rp3 triliun. Lalu, sektor properti sebesar Rp2,6 triliun dan sektor transportasi senilai Rp2 triliun. Adapun, dari data yang dicatat Bursa Efek Indonesia, penggalangan dana yang dilakukan 14 perusahaan menyentuh Rp16,72 triliun. Analis Pefindo, Fikri C Permana mengatakan masih cukup tingginya kegiatan penggalangan disebabkan dua alasan utama. Pertama, tren yield dan suku bunga rendah. Seperti diketahui, Bank Indonesia telah memangkas suku bunga acuan turun 100 basis poin dari 6% menjadi 5% dalam empat kali...

Uang Beredar Melambat, Likuiditas Dinilai Belum Ketat

Bisnis.com, JAKARTA – Perlambatan uang beredar dalam arti luas (M2) pada September 2019 yang hanya 7,1% (yoy), dibandingkan dengan bulan sebelumnya 7,3% (yoy) dinilai belum menandakan keterbatasan likuiditas saat ini. Berdasarkan data dari Bank Indonesia, perlambatan ini terjadi pada uang kuasi, dan surat berharga selain saham. BI memerinci, bahwa uang kuasi memiliki pangsa terhadap M2 sebesar 74,4%, dengan nilai Rp4.468,8 triliun. Angka ini melambat menjadi 7,0% (yoy), padahal Agustus 2019 masih tercatat 7,4% (yoy). BI menyatakan, perlambatan ini dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan simpanan berjangka dan giro valuta asing (valas). Masih dari laporan yang sama, Bisnis .commencatat, surat berharga selain saham juga melambat 45,4% (yoy) menjadi 39,1% (yoy) pada September ini. Hal ini disebabkan oleh perlambatan kewajiban akseptasi perbankan kepada korporasi non bank dalam rupiah. Menurut ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana menyatakan, perlambatan ...

Angka CDS turun, dana asing di pasar SBN masih deras

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persepsi risiko investasi Indonesia yang tercermin dalam angka Credit Default Swap (CDS) nampak terus turun setidaknya dalam sepekan ini. Stabilnya isu ekonomi global dan domestik dinilai menjadi pemicu risiko investasi terutama di pasar surat utang negara Indonesia menuju angka terendah. Angka CDS tenor 5 tahun sempat menempati posisi terendah hingga di level 75,086 pada perdagangan selasa (29/10). Hingga pukul 14.15, angka CDS sudah berada di posisi 75,669. Dengan angka CDS yang di posisi rendah, hal ini juga berdampak pada aliran dana asing yang masuk di SBN pun terus bertumbuh hingga 39,15% atau senilai dengan Rp 1.057,53 triliun. Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto menilai penurunan angka CDS ini didasari oleh dua faktor yakni faktor global dan domestik. Dari global, ia melihat pasar global stabil dengan segala isu yang sedang mereda. Selain itu, dia bilang bahwa rate yield Indonesia termasuk tinggi dibandi...

Penjualan ORI016 Rendah, Investor Masih Cari Bunga Tinggi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penjualan obligasi negara ritel (ORI) seri ORI016 tercatat tidak memenuhi target yang ditetapkan pemerintah. Instrumen investasi tersebut hanya mampu menyerap dana Rp 8,2 triliun dari target yang dipatok Rp 9 triliun. Analis Pefindo Fikri C Permana menilai rendahnya penyerapan ORI016 tersebut dikarenakan bunga yang ditawarkan jauh lebih rendah dari seri sebelumnya. Untuk ORI016, pemerintah menawarkan yield 6,8 persen, sedangkan yield yang ditawarkan untuk ORI015 mencapai 8,25 persen.  "Karenanya mungkin ini mengakibatkan jumlah penjualannya juga sedikit, hampir mirip dengan ORI014 yang diterbitkan di 2017 mungkin ya," kata Fikri, Selasa (29/10). Menurut Fikri, investor saat ini masih cenderung mencari instrumen investasi yang memberikan bunga tinggi. Fikri melihat, fitur tradeable ORI016 masih belum cukup mampu menarik investor untuk membeli instrumen ini. "Kebiasaan SBN ritel untuk hold to maturity, sehingga akan jarang sekali diperda...

Pemerintah akan gelar lelang sukuk besok, Selasa (29/10), ini prediksi analis

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akan kembali menggelar lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau yang lebih dikenal sukuk negara pada perdagangan Selasa (29/10). Setidaknya ada lima seri akan dilelang yang juga pernah dilelang sebelumnya. Seri tersebut, antara lain SPN-S 02042020, PBS002, PBS026, PBS022 dan PBS015. Pada lelang kali ini, pemerintah memiliki target indikatif sebesar Rp 7 triliun. Target ini digunakan untuk memenuhi sebagian dari target pembayaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019. Analis obligasi BNI Sekuritas Ariawan berpendapat, potensi permintaan pada lelang kali ini cukup besar. Ia melihat dikarenakan tekanan dari global yang mulai mereda. "Optimisme terhadap isu kondisi perang dagang dan data-data perekonomian global cukup bagus," ujar Ariawan. Selain itu, tekanan yang mereda ini didukung juga ekspektasi pasar bahwa akan ada pemangkasan suku bunga oleh The Fed yang akan menyelenggarakan rapat FOMC pada pekan ini. Jika suk...

Pemerintah akan kembali lelang SUN, analis menilai ada prospek baik

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akan kembali menggelar lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa (22/10) depan. Lelang ini merupakan salah satu cara pemerintah untuk memenuhi target pembiayaan APBN 2019. Berdasarkan keterangan Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, ada tujuh seri SUN yang akan dilelang. Seri-seri tersebut, antara lain SPN03200123, SPN12200703, FR0081, FR0082, FR0080, FR0079, dan FR0076. Dari tujuh seri tersebut, pemerintah memiliki target indikatif sebesar Rp 15 triliun dan target maksimal sebesar Rp 30 triliun. Ekonom Pefindo Fikri C Permana menilai lelang SUN kali ini memiliki prospek yang cukup baik. Ia bilang ada potensi oversubscribe pada penawaran lelang kali ini. “Berkaca pada hasil lelang SBN dalam beberapa waktu terakhir, kemungkinan penawaran bisa oversubscribe lebih dari dua kali,” ujar Fikri. Fikri berpendapat hal ini didorong beberapa faktor. Pertama, ia melihat ada tren penurunan yield seiring suku bunga BI yang juga mengalami tre...

Lelang SBSN dinilai sukses menambah minat investor

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Seiring tren penurunan suku bunga yang berlanjut, pelaku pasar berbondong buru Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), Selasa (15/10). Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR), hasil lelang SBSN berhasil menarik minat investor sebesar Rp 29,91 triliun. Jumlah ini lebih tinggi dari lelang SBSN dua pekan lalu yang mencapai Rp 28,11 triliun. Fikri C. Permana Ekonom Pefindo mengatakan, minat lelang SBSN yang bertambah didorong karena adanya perilaku front loading (rational opportunity) investor seiring dengan tingkat suku bunga yang sudah turun. Investor banyak masuk di lelang kali ini juga karena mengantisipasi kemungkinan penurunan yield di lelang selanjutnya. Meski jumlah peminatnya bertumbuh, jumlah yang pemerintah serap dari lelang ini mengalami penurunan. Dalam lelang dua pekan lalu, pemerintah menyerap Rp 7,12 triliun, sementara di lelang kali ini, pemerintah menyerap Rp 7,04 triliun. Fi...

Rupiah Anjlok ke Rp 14.216 Per Dollar AS, Imbas Demonstrasi

JAKARTA, KOMPAS.com - Demonstrasi yang masih berlangsung hingga Selasa (1/10/2019), memberi sentimen negatif bagi nilai tukar rupiah. Mengutip Bloomberg di pasar spot, rupiah melemah 0,14 persen ke Rp 14.216 per dollar AS. Sementara pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) rupiah juga melemah 0,16 persen ke Rp 14.196 per dollar AS. Fikri C Permana Ekonom Pefindo mengatakan pelemahan rupiah masih berlanjut karena masih tertekan sentimen menguatnya indeks dollar AS dan demo yang masih berlanjut. "Saya tidak menyangka rupiah bisa tembus Rp 14.200 per dollar AS di hari ini, kemungkinan tadinya masih besok atau lusa," kata Fikri, Selasa (1/10/2019). Tapi ternyata, rupiah keok di tengah dollar AS yang terus menguat. Fikri mengatakan dollar AS menguat karena tersokong proyeksi data manufaktur purchasing manager indeks (PMI) AS yang naik ke 51,0 lebih tinggi dari proyeksi pasar di 50,3 untuk periode September. Selain itu, dollar AS juga semakin menguat karena pertumbuhan ekonomi neg...

Jumlah investor SBR008 meningkat di tengah penurunan hasil penjualan

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Jumlah investor baru kian meningkat meski hasil penjualan savings bond ritel seri SBR008 menciut. Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) , Senin (23/9) menetapkan total volume pemesanan pembelian SBR008 sebesar Rp 1,89 triliun. Jumlah tersebut lebih rendah dari total volume pemesanan pembelian SBR007 di Juli yang mencapai Rp 3,2 triliun. Para analis dan ekonom kompak menyebut faktor penerbitan surat utang ritel yang meningkat di tahun ini atau hampir setiap bulan menjadi salah satu penyebab turunnya minat pada SBR008. "Wajar jelang akhir tahun penjualan berkurang dana investasi sudah dikunci pada penawaran surat utang ritel di awal tahun," kata  Head of Research Infovesta Wawan Hendrayana, Senin (23/9). Fikri C. Permana Ekonom Pefindo menambahkan lebih rendahnya kupon, khususnya spread dari suku bunga acuan juga membuat minat investor berkurang. SBR008 menawarkan kupon minimal di 7,2% ...

Risiko Capital Outflow Jadi Faktor BI Tahan Suku Bunga

Bisnis.com, JAKARTA -- Bank Indonesia diprediksikan masih akan menahan suku bunga 5,50% pada Rapat Dewan Gubernur dan melakukan pelonggaran kebijakan makroprudensial. Ekonom PT. Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana menyatakan Bank Indonesia kemungkinan masih akan menahan suku bunga dan melanjutkan pelonggaran kebijakan makroprudensial. "Bisa melalui pelonggaran likuiditas perbankan, seperti penurunan GWM perbankan baik primer maupun sekunder, ataupun melalui peningkatan batas RIM yakni LDR ataupun LFR," jelas Fikri, Rabu (18/9/2019). Dia memerinci kondisi saat ini meski cadangan devisa positif, begitu pula neraca dagang Agustus 2019 surplus US$85 juta, dan rupiah yang stabil tetapi ada arus modal keluar atau capital outflow yang terjadi di pasar keuangan. Dia menilai jika BI kembali menurunkan suku bunga acuan dikhawatirkan akan mengorbankan stabilitas rupiah dan memberi disinsentif bagi neraca perdagangan. "Utamanya karena risiko semakin menur...

Mumpung Tren Suku Bunga Global Rendah, Obligasi Global Jadi Pilihan Emiten

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penurunan suku bunga acuan yang menjalar ke seluruh dunia berpotensi membuat penerbitan obligasi global atau global bond kembali marak. Namun, risiko perang dagang hingga potensi resesi ekonomi global dapat memengaruhi minat investor. Dari dalam negeri, beberapa perusahaan memang sudah menyatakan niatnya untuk menerbitkan obligasi global. Misalnya, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) yang berencana menerbitkan junior global bond senilai US$ 200 juta-US$ 250 juta di awal tahun depan. Ada pula PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang berharap dapat merealisasikan penerbitan global bond sebesar US$ 250 juta-US$ 300 juta sebelum pergantian tahun ini. Ekonom Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana mengatakan, penurunan suku bunga acuan yang dilakukan banyak bank sentral dunia sebenarnya menjadi sentimen positif bagi penerbitan global bond. Pasalnya, hal ini akan mendorong penurunan yield surat utang global, termasuk US Treasury. Lihat saja, Rabu (18/9), yield...

Ketidakpastian global masih ada, daya serap penerbitan global bond bisa terhambat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan surat utang global atau global bond berpeluang ramai di tengah gencarnya penurunan suku bunga acuan oleh bank-bank sentral dunia. Meski begitu, tantangan penerbitan instrumen tersebut tetap ada. Research Analyst Capital Asset Management Desmon Silitonga menyampaikan, sentimen negatif dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China masih ada. Perang dagang bahkan dapat memicu potensi datangnya resesi ekonomi global di masa mendatang. Ketidakpastian global tersebut membuat para investor khawatir dan bersikap lebih hati-hati. Alhasil, ada kecenderungan sebagian investor global untuk menghindari aset-aset dari negara berkembang dan memilih memburu instrumen yang lebih aman, seperti US Treasury atau mata uang yen. Tak hanya itu, di tengah risiko global yang masih terlihat, para investor tentu akan mempertimbangkan lagi rekam jejak dan prospek bisnis perusahaan yang menerbitkan global bond. Jika bisnis suatu perusahaan ikut terpapar sentime...
Bareksa.com -  Berikut adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Kamis, 5 September 2019 : Inklusi Keuangan Tingkat inklusi keuangan masyarakat Indonesia mengalami peningkatan di pertengahan 2019. Sampai saat ini, akses masyarakat terhadap lembaga keuangan telah mencapai 51 persen. Seperti dikutip  Kontan , Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan sebelumnya inklusi keuangan masih di bawah 40 persen tapi kini telah naik menjadi 51 persen berkat penyaluran dana bantuan sosial (Bansos) ke masyarakat. Dari jumlah itu, Bansos Program Keluarga Harapan (PKH) telah disalurkan kepada 10 juta keluarga, sedangkan Bansos Bantuan Pangan Non-Tunai (BNPT) kepada 15,9 juta keluarga. “Dengan tambahan itu, Insya Allah tahun ini dan tahun depan, inklusi keuangan di Indonesia bisa naik di atas 60 persen. Jumlah itu baru menyambungkan masyarakat ke dunia keuangan bai...

Kebijakan Makroprudensial Diprediksi Makin Longgar

Bisnis.com, JAKARTA -- Pengamat menilai kebijakan makroprudensial diprediksi melonggar seiring dengan tren resesi perekonomian global. Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana menyatakan dalam merespons perang dagang yang kian memanas dari sisi moneter dan makroprudensial menunjukkan akan ada kebijakan pelonggaran likuditas. "Di samping dorongan terhadap efisiensi pasar keuangan akan terus dilakukan," terang Fikri kepada Bisnis.com, Selasa (13/8/2019). Sementara itu, dari sisi fiskal, Fikri mengimbau pemerintah harus bijaksana dalam hal pengeluaran anggaran negara. "Atau cara lainnya mesti dengan sangat lihai mendorong penerimaan negara, baik dari pajak ataupun non-pajak," ungkap Fikri. Fikri mengingatkan bahwa kondisi perang dagang dan perang mata uang global mendorong ketakutan yang berasal dari sinyal inverted yield curve. Utamanya bahwa akan terjadi resesi global dalam 1 atau 2 tahun mendatang. "Sebagai dampak...

Pemerintah Harus Antisipasi Pelebaran Defisit Transaksi Berjalan

isnis.com, JAKARTA -- Meski riset Morgan Stanley menyebut Indonesia cenderung aman dari resesi akibat perang dagang, pelebaran defisit transaksi berjalan perlu diantisipasi. Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana menyatakan sependapat dengan Morgan Stanley, bahwa ada downside risk akibat perang dagang utamanya berasal dari risiko melemahnya supply chain atau perdagangan global. Hal ini, kata Fikri, secara khusus akan berasal dari AS-China. Dia juga lantas melihat hal tersebut berasal bersumber dari eskalasi hubungan yang memburuk antara Korsel-China. "Namun sayangnya, saya melihat dampak perang dagang akan berlanjut pada currency war dan akan meningkatkan risiko di pasar keuangan global," ungkap Fikri kepada Bisnis.com, Senin (12/8/2019). Di lain pihak, neraca dagang merupakan fundamental nilai tukar suatu negara. Saat yang sama 3 negara yakni China, AS, dan Jepang merupakan negara tujuan utama ekspor indonesia. Akibatnya penerima...

Ekonomi melambat, optimisme konsumen menurun di bulan Juli 2019

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Optimisme konsumen pada Juli 2019 masih dalam level tinggi yakni di atas 100. Tetapi turun dibandingkan dengan bulan Juni 2019. Optimisme menurun lantaran kondisi ekonomi ke depan diperkirakan melemah. Hasil Survei Konsumen oleh Bank Indonesia (BI) menyatakan Indeks Keyaninan Konsumen (IKK) Juli 2019 sebesar 124,8. Angka ini turun 1,6 poin dibandingkan dengan bulan sebelumnya di level 126,4. Berdasarkan komposisinya, Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) masih dalam tren melemah di level 111,2 pada Juli 2019, sedangkan bulan sebelumnya 114,7. Sementara Indeks Ekspansi Ekonomi (IEK) naik tipis dari 138,1 pada Juni 2019 menjadi 138,4 di bulan Juli. Ekonom Pemeringkat Efek Indinesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan secara siklus di kuartal III, konsumsi masyarakat akan turun. Alasannya sudah tidak ada lagi tambahan gaji pegawai negeri sipil (PNS) dan tunjangan hari raya (THR), maupun pencairan dana subsidi langsung. Kata Fikri, dalam tiga bula...