KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing kian meminati obligasi korporasi di tanah air. Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan, total jumlah (outstanding) kepemilikan asing pada obligasi korporasi per akhir November 2019 mencapai Rp 30,51 triliun. Angka ini naik 5,1% atau Rp 1,48 triliun dari posisi akhir tahun lalu.
Ekonom Pefindo Fikri C Permana mengatakan, tumbuhnya minat asing pada obligasi korporasi disebabkan oleh beberapa pertimbangan. Salah satunya, obligasi korporasi menawarkan imbal hasil (yield) lebih tinggi dari obligasi negara.
Imbal hasil obligasi korporasi terlihat menggiurkan karena lebarnya spread antara obligasi negara dengan obligasi korporasi. Fikri mencatat, selisih (spread) antara obligasi korporasi dengan rating AAA dengan Surat Utang Negara (SUN) bertenor satu tahun di atas 100 basis poin.
Dari sisi kinerja, obligasi korporasi juga tumbuh signifikan. Hal ini tercermin dari indeks Indobex Corporate Total Return yang naik 13,5% sejak awal tahun . Senin (9/12), indeks ini berada di level 298,117 atau level rekor tertingginya.
Di tengah total outstanding asing yang terus tumbuh pada obligasi korporasi, porsi kepemilikan asing cenderung stagnan dalam dua tahun terakhir. Tercatat, porsi kepemilikan asing pada obligasi korporasi mencapai 7,42% di tahun 2017.
Sementara tahun 2018 porsi kepemilikan menurun ke 6,69%. Hingga akhir November 2019, porsi kepemilikan asing bertahan di 6,46%. Sementara kepemilikan asing di SUN terus naik dan bertahan di porsi 38%.
Analis Obligasi BNI Sekuritas Ariawan mengatakan, porsi asing di obligasi korporasi belum tumbuh sebesar porsi kepemilikan asing di SUN. Sebab, likuiditas obligasi korporasi belum sebaik SUN.
Padahal asing lebih tertarik pada instrumen yang likuid. "Volume transaksi obligasi negara mencapai sekitar Rp 13 triliun per hari, sementara volume transaksi obligasi korporasi hanya sekitar Rp 1 triliun per hari. Jadi likuiditas obligasi negara di pasar sekunder lebih baik," kata Ariawan, Senin (9/12).
Meski begitu, Ariawan menilai positif peningkatan outstanding asing di obligasi korporasi. Menurut Ariawan, seiring dengan tumbuhnya outstanding asing, likuiditas surat utang korporasi di pasar sekunder juga berpeluang meningkat.
Kenaikan likuiditas pada gilirannya menarik lebih banyak investor asing masuk ke obligasi korporasi. "Sehingga porsi kepemilikan asing juga memungkinkan untuk naik," kata Ariawan. Berlanjutnya tren penurunan suku bunga juga bisa menambah daya tarik obligasi korporasi di mata investor asing.
Tulisan diatas juga dapat dilihat pada tautan berikut:
https://insight.kontan.co.id/news/investor-asing-mulai-membidik-obligasi-korporasi
Ekonom Pefindo Fikri C Permana mengatakan, tumbuhnya minat asing pada obligasi korporasi disebabkan oleh beberapa pertimbangan. Salah satunya, obligasi korporasi menawarkan imbal hasil (yield) lebih tinggi dari obligasi negara.
Imbal hasil obligasi korporasi terlihat menggiurkan karena lebarnya spread antara obligasi negara dengan obligasi korporasi. Fikri mencatat, selisih (spread) antara obligasi korporasi dengan rating AAA dengan Surat Utang Negara (SUN) bertenor satu tahun di atas 100 basis poin.
Dari sisi kinerja, obligasi korporasi juga tumbuh signifikan. Hal ini tercermin dari indeks Indobex Corporate Total Return yang naik 13,5% sejak awal tahun . Senin (9/12), indeks ini berada di level 298,117 atau level rekor tertingginya.
Di tengah total outstanding asing yang terus tumbuh pada obligasi korporasi, porsi kepemilikan asing cenderung stagnan dalam dua tahun terakhir. Tercatat, porsi kepemilikan asing pada obligasi korporasi mencapai 7,42% di tahun 2017.
Sementara tahun 2018 porsi kepemilikan menurun ke 6,69%. Hingga akhir November 2019, porsi kepemilikan asing bertahan di 6,46%. Sementara kepemilikan asing di SUN terus naik dan bertahan di porsi 38%.
Analis Obligasi BNI Sekuritas Ariawan mengatakan, porsi asing di obligasi korporasi belum tumbuh sebesar porsi kepemilikan asing di SUN. Sebab, likuiditas obligasi korporasi belum sebaik SUN.
Padahal asing lebih tertarik pada instrumen yang likuid. "Volume transaksi obligasi negara mencapai sekitar Rp 13 triliun per hari, sementara volume transaksi obligasi korporasi hanya sekitar Rp 1 triliun per hari. Jadi likuiditas obligasi negara di pasar sekunder lebih baik," kata Ariawan, Senin (9/12).
Meski begitu, Ariawan menilai positif peningkatan outstanding asing di obligasi korporasi. Menurut Ariawan, seiring dengan tumbuhnya outstanding asing, likuiditas surat utang korporasi di pasar sekunder juga berpeluang meningkat.
Kenaikan likuiditas pada gilirannya menarik lebih banyak investor asing masuk ke obligasi korporasi. "Sehingga porsi kepemilikan asing juga memungkinkan untuk naik," kata Ariawan. Berlanjutnya tren penurunan suku bunga juga bisa menambah daya tarik obligasi korporasi di mata investor asing.
Tulisan diatas juga dapat dilihat pada tautan berikut:
https://insight.kontan.co.id/news/investor-asing-mulai-membidik-obligasi-korporasi
Comments