Skip to main content

AS-China Sepakat, Rupiah Berpotensi Menguat

Bisnis.com, JAKARTA — Rupiah berpotensi menguat pada perdagangan pekan ini dan terus menguji level psikologis Rp13.900 per dolar AS seiring dengan tercapainya kesepakatan perdagangan fase pertama AS dan China.

Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan rupiah berpotensi menguat didorong berkurangnya kekhawatiran pasar terhadap negosiasi dagang setelah pernyataan sepakat dari pejabat China dan AS, sehingga meningkatkan minat investasi aset berisiko.

“Rupiah berpotensi menguat ke Rp13.900 per dolar AS dengan resisten di kisaran Rp14.050 per dolar AS untuk perdagangan Senin (16/12/2019),” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (15/12).

Kendati demikian, penguatan yang terjadi dinilai tidak akan terlalu signifikan karena dalam kesepakatan tahap pertama tersebut, Pemerintah AS hanya menunda tarif yang seharusnya berlaku pada 15 Desember 2019, tetapi tidak menghilangkan tarif impor sebelumnya.

Selain itu, belum jelas pula jumlah produk pertanian AS yang akan dibeli oleh China. Padahal, hal inilah yang sesungguhnya dinantikan oleh pasar.

Ariston menambahkan fokus pasar pada perdagangan Senin (16/12), juga akan terkait perilisan neraca perdagangan Indonesia yang diprediksi mengalami defisit sebesar US$130 juta.

“Mungkin bisa menahan penguatan rupiah kalau nanti defisit neraca perdagangan dirilis lebih besar daripada prediksi pasar,” tuturnya.

Di sisi lain, ekonom Pefindo Fikri C. Permana menyampaikan pada perdagangan pekan ini, rupiah masih akan cenderung bergerak stabil, walaupun diuntungkan oleh kondisi ketegangan hubungan dagang AS dan China yang telah mereda.

Dia menilai kemungkinan indeks dolar AS yang akan berbalik menguat dan sikap investor yang mulai mengambil aksi ambil untung seiring dengan libur panjang di beberapa negara maju, kurang mendorong selera investasi aset berisiko yang seharusnya mendorong arus masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia.

“Pada pekan ini, rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp13.930 per dolar AS hingga Rp14.080 per dolar AS,” sebutnya saat dihubungi Bisnis.

Pada penutupan perdagangan Jumat (13/12), rupiah berada di level Rp13.990 per dolar AS, menguat 0,3 persen atau 42,5 poin. Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak melemah 0,23 persen menjadi 97,12.


Tulisan diatas dapat dilihat pada tautan berikut:

Comments

Popular posts from this blog

Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997)_Review

Thomas M. Humphrey Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997) Terdapatnya hubungan antara market price dengan money’s value in terms of goods Quantity Theory of Money Demand Fisher mecoba menjelaskan hubungan antara total quantity of money (M) dan jumlah total spending terhadap final goods and services yang diproduksi dalam perekonomian (yang dipengaruhi oleh tingat harga, P; dan aggregate output,Y). Sementara velocity of money (V) merupakan total spending (P×Y) dibagi quantity of money (M), atau; Saat money market berada di equilibrium (M = Md), menggunakan k sebagairepresentasi dari 1/V (constant); Fisher juga menjelaskan bahwa demand for money dipengaruhi oleh; 1) Oleh evel transaksi disebabkan oleh level of nominal income (PY) 2) Oleh institusi dalam perekonomian yang disebabkan oleh bagaimana masyarakat melakukan transaksi (yang akan mempengaruhi V, dan seterusnya, k) Fisher; public’s real demand for money terutama mengacu pada domestic price level Wicksell; non-monetary de...

test-test existing of philips curve in Indonesia

Philips Curve (berdasarkan Solikin, 2004) I.    p = m + g p e + d Ygap + ε     Keterangan;       p ;            inflasi actual p e ;          ekspektasi inflasi (menggunakan Hodrick-Prescot filter) Y gap ;    GDPriil gap (GDPriil – GDPriilexpected) 1.                 Full Sampel - Data Tahunan (1961-2010) Dependent Variable: CPIINF Method: Least Squares Date: 03/18/11   Time: 17:55 Sample: 1961 2010 Included observations: 50 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.   ...

Investor Takut, Penawaran di Lelang SUN Menciut

Bisnis.com, JAKARTA — Kekhawatiran investor terhadap penanganan penyebaran COVID-19 di Indonesia membuat jumlah penawaran yang masuk dalam lelang surat utang negara (SUN) kian menciut. Dalam lelang yang digelar hari ini, Selasa (14/4/2020), total penawaran yang masuk mencapai Rp27,65 triliun. Jumlah itu merupakan yang terendah sepanjang tahun berjalan. Total nominal yang dimenangkan pemerintah dalam lelang tersebut mencapai Rp16,88 triliun. Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan angka penawaran yang rendah dalam lelang SUN hari ini disebabkan kekhawatiran investor terhadap penanganan COVID-19 di Indonesia. Terlebih, berbagai upaya yang dilakukan belum membuat kurva penyebaran melandai. “Hal ini dikhawatirkan akan memperpanjang risiko perekonomian dan recovery Indonesia,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (14/4/2020). Fikri menilai minimnya penawaran yang masuk dalam lelang SUN bukan disebabkan oleh risk appetite. Menurutnya, SUN semestikan r...