Skip to main content

Risiko Capital Outflow Jadi Faktor BI Tahan Suku Bunga

Bisnis.com, JAKARTA -- Bank Indonesia diprediksikan masih akan menahan suku bunga 5,50% pada Rapat Dewan Gubernur dan melakukan pelonggaran kebijakan makroprudensial.

Ekonom PT. Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana menyatakan Bank Indonesia kemungkinan masih akan menahan suku bunga dan melanjutkan pelonggaran kebijakan makroprudensial.

"Bisa melalui pelonggaran likuiditas perbankan, seperti penurunan GWM perbankan baik primer maupun sekunder, ataupun melalui peningkatan batas RIM yakni LDR ataupun LFR," jelas Fikri, Rabu (18/9/2019).

Dia memerinci kondisi saat ini meski cadangan devisa positif, begitu pula neraca dagang Agustus 2019 surplus US$85 juta, dan rupiah yang stabil tetapi ada arus modal keluar atau capital outflow yang terjadi di pasar keuangan.

Dia menilai jika BI kembali menurunkan suku bunga acuan dikhawatirkan akan mengorbankan stabilitas rupiah dan memberi disinsentif bagi neraca perdagangan.

"Utamanya karena risiko semakin menurunnya impor barang-barang modal yang menjadi sumber modal bagi industri dalam negeri," ujar Fikri.

Dia menerangkan, jika melihat data Bank Indonesia, jumlah uang beredar M1 atau Narrow Money pada Juli malah berkurang Rp37,1 triliun.

Begitupun penurunan suku bunga perbankan daru Bank Umum, baik persero, bank daerah, dan swasta nasional pada Juli 2019 belum turun signifikan.

"Ya atau bisa dikatakan stagnan dengan kondisi Juni untuk kredit modal kerja, kredit investasi dan konsumen," sambungnya.

Hal serupa juga terjadi pada imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) khususnya 10 tahun, yang masih berada pada level yang sama, atau hanya naik tinggi sedikit saat ini, dibandingkan dengan kondisi pada 18 Juli 2019 lalu saat pertama kali BI memangkas suku bunga acuan tahun ini. Adapun imbal hasil SUN tenor 10 tahun saat ini adalah 7.203, sementara pada 18 Juli 7.143.

"Sampai akhir tahun ini saya beranggapan memang masih ada ruang penurunan, minimal 1 kali pada sisa tahun ini tetapi mungkin bukan di bulan ini," katanya.

Apalagi, tujuan penurunan BI7DRR untuk menurunkan cost of fund dalam negeri tampaknya belum memiliki berdampak signifikan. Fikri menilai hal itu terlihat dari transmisinya yang cukup lama.




Tulisan diatas dapat dilihat pada tautan berikut:
https://finansial.bisnis.com/read/20190919/11/1150206/risiko-capital-outflow-jadi-faktor-bi-tahan-suku-bunga

Comments

Popular posts from this blog

Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997)_Review

Thomas M. Humphrey Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997) Terdapatnya hubungan antara market price dengan money’s value in terms of goods Quantity Theory of Money Demand Fisher mecoba menjelaskan hubungan antara total quantity of money (M) dan jumlah total spending terhadap final goods and services yang diproduksi dalam perekonomian (yang dipengaruhi oleh tingat harga, P; dan aggregate output,Y). Sementara velocity of money (V) merupakan total spending (P×Y) dibagi quantity of money (M), atau; Saat money market berada di equilibrium (M = Md), menggunakan k sebagairepresentasi dari 1/V (constant); Fisher juga menjelaskan bahwa demand for money dipengaruhi oleh; 1) Oleh evel transaksi disebabkan oleh level of nominal income (PY) 2) Oleh institusi dalam perekonomian yang disebabkan oleh bagaimana masyarakat melakukan transaksi (yang akan mempengaruhi V, dan seterusnya, k) Fisher; public’s real demand for money terutama mengacu pada domestic price level Wicksell; non-monetary de...

test-test existing of philips curve in Indonesia

Philips Curve (berdasarkan Solikin, 2004) I.    p = m + g p e + d Ygap + ε     Keterangan;       p ;            inflasi actual p e ;          ekspektasi inflasi (menggunakan Hodrick-Prescot filter) Y gap ;    GDPriil gap (GDPriil – GDPriilexpected) 1.                 Full Sampel - Data Tahunan (1961-2010) Dependent Variable: CPIINF Method: Least Squares Date: 03/18/11   Time: 17:55 Sample: 1961 2010 Included observations: 50 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.   ...

Investor Takut, Penawaran di Lelang SUN Menciut

Bisnis.com, JAKARTA — Kekhawatiran investor terhadap penanganan penyebaran COVID-19 di Indonesia membuat jumlah penawaran yang masuk dalam lelang surat utang negara (SUN) kian menciut. Dalam lelang yang digelar hari ini, Selasa (14/4/2020), total penawaran yang masuk mencapai Rp27,65 triliun. Jumlah itu merupakan yang terendah sepanjang tahun berjalan. Total nominal yang dimenangkan pemerintah dalam lelang tersebut mencapai Rp16,88 triliun. Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan angka penawaran yang rendah dalam lelang SUN hari ini disebabkan kekhawatiran investor terhadap penanganan COVID-19 di Indonesia. Terlebih, berbagai upaya yang dilakukan belum membuat kurva penyebaran melandai. “Hal ini dikhawatirkan akan memperpanjang risiko perekonomian dan recovery Indonesia,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (14/4/2020). Fikri menilai minimnya penawaran yang masuk dalam lelang SUN bukan disebabkan oleh risk appetite. Menurutnya, SUN semestikan r...