Skip to main content

Pefindo Kantongi Mandat Penerbitan Obligasi Korporasi Rp26,93 Triliun

Bisnis.com, JAKARTA - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mengantongi mandat penerbitan obligasi senilai Rp26,93 triliun per 31 Oktober 2019.

Berdasarkan data Pefindo, per 31 Oktober 2019 mandat penerbitan surat utang korporasi menyentuh Rp26,93 triliun. Dari mandat penerbitan surat utang yang dikantongi Pefindo, sektor perbankan masih mendominasi yakni dengan Rp10,15 triliun.

Kemudian, disusul oleh sektor pembiayaan sebesar Rp4,8 triliun dan manajemen investasi sebesar Rp3 triliun. Lalu, sektor properti sebesar Rp2,6 triliun dan sektor transportasi senilai Rp2 triliun.

Adapun, dari data yang dicatat Bursa Efek Indonesia, penggalangan dana yang dilakukan 14 perusahaan menyentuh Rp16,72 triliun.

Analis Pefindo, Fikri C Permana mengatakan masih cukup tingginya kegiatan penggalangan disebabkan dua alasan utama. Pertama, tren yield dan suku bunga rendah.

Seperti diketahui, Bank Indonesia telah memangkas suku bunga acuan turun 100 basis poin dari 6% menjadi 5% dalam empat kali pemangkasan. Dengan demikian, menurutnya, korporasi bisa menggalang dana dengan ongkos bunga yang lebih rendah.

Kedua, menurutnya, terdapat kebutuhan penerbitan untuk menggantikan surat utang jatuh tempo.

"Tren yield dan suku bunga acuan yang semakin menurun. Kedua, kebutuhan pendanaan dari penerbit surat utang seiring instrumen surat utang mereka yang jatuh tempo," ujarnya saat dihubungi Bisnis, Minggu (10/11/2019).

Dia menilai dengan rencana penerbitan surat utang tersebut, realisasi penerbitan di akhir tahun bisa melampaui realisasi di tahun lalu yakni di kisaran Rp130 triliun. Hal itu bertolak pada realisasi penerbitan obligasi korporasi per akhir September yang dicatat Pefindo yakni Rp102,99 triliun dan rencana penerbitan hingga akhir tahun yang hampir menyentuh Rp130 triliun yang masih bisa bertambah.

Padahal sebelumnya diperkirakan penerbitan obligasi korporasi di tahun lesu mengikuti tren penggalangan dana di setiap tahun politik.

"Harapan kami sih di nilai Rp135,2 triliun hingga akhir 2019," katanya.


Tulisan diatas juga dapat dilihat pada tulisan berikut:
https://market.bisnis.com/read/20191111/7/1168874/pefindo-kantongi-mandat-penerbitan-obligasi-korporasi-rp2693-triliun

Comments

Popular posts from this blog

Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997)_Review

Thomas M. Humphrey Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997) Terdapatnya hubungan antara market price dengan money’s value in terms of goods Quantity Theory of Money Demand Fisher mecoba menjelaskan hubungan antara total quantity of money (M) dan jumlah total spending terhadap final goods and services yang diproduksi dalam perekonomian (yang dipengaruhi oleh tingat harga, P; dan aggregate output,Y). Sementara velocity of money (V) merupakan total spending (P×Y) dibagi quantity of money (M), atau; Saat money market berada di equilibrium (M = Md), menggunakan k sebagairepresentasi dari 1/V (constant); Fisher juga menjelaskan bahwa demand for money dipengaruhi oleh; 1) Oleh evel transaksi disebabkan oleh level of nominal income (PY) 2) Oleh institusi dalam perekonomian yang disebabkan oleh bagaimana masyarakat melakukan transaksi (yang akan mempengaruhi V, dan seterusnya, k) Fisher; public’s real demand for money terutama mengacu pada domestic price level Wicksell; non-monetary de...

test-test existing of philips curve in Indonesia

Philips Curve (berdasarkan Solikin, 2004) I.    p = m + g p e + d Ygap + ε     Keterangan;       p ;            inflasi actual p e ;          ekspektasi inflasi (menggunakan Hodrick-Prescot filter) Y gap ;    GDPriil gap (GDPriil – GDPriilexpected) 1.                 Full Sampel - Data Tahunan (1961-2010) Dependent Variable: CPIINF Method: Least Squares Date: 03/18/11   Time: 17:55 Sample: 1961 2010 Included observations: 50 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.   ...

Investor Takut, Penawaran di Lelang SUN Menciut

Bisnis.com, JAKARTA — Kekhawatiran investor terhadap penanganan penyebaran COVID-19 di Indonesia membuat jumlah penawaran yang masuk dalam lelang surat utang negara (SUN) kian menciut. Dalam lelang yang digelar hari ini, Selasa (14/4/2020), total penawaran yang masuk mencapai Rp27,65 triliun. Jumlah itu merupakan yang terendah sepanjang tahun berjalan. Total nominal yang dimenangkan pemerintah dalam lelang tersebut mencapai Rp16,88 triliun. Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan angka penawaran yang rendah dalam lelang SUN hari ini disebabkan kekhawatiran investor terhadap penanganan COVID-19 di Indonesia. Terlebih, berbagai upaya yang dilakukan belum membuat kurva penyebaran melandai. “Hal ini dikhawatirkan akan memperpanjang risiko perekonomian dan recovery Indonesia,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (14/4/2020). Fikri menilai minimnya penawaran yang masuk dalam lelang SUN bukan disebabkan oleh risk appetite. Menurutnya, SUN semestikan r...