Skip to main content

Ekonomi melambat, optimisme konsumen menurun di bulan Juli 2019

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Optimisme konsumen pada Juli 2019 masih dalam level tinggi yakni di atas 100. Tetapi turun dibandingkan dengan bulan Juni 2019. Optimisme menurun lantaran kondisi ekonomi ke depan diperkirakan melemah.

Hasil Survei Konsumen oleh Bank Indonesia (BI) menyatakan Indeks Keyaninan Konsumen (IKK) Juli 2019 sebesar 124,8. Angka ini turun 1,6 poin dibandingkan dengan bulan sebelumnya di level 126,4.

Berdasarkan komposisinya, Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) masih dalam tren melemah di level 111,2 pada Juli 2019, sedangkan bulan sebelumnya 114,7. Sementara Indeks Ekspansi Ekonomi (IEK) naik tipis dari 138,1 pada Juni 2019 menjadi 138,4 di bulan Juli.

Ekonom Pemeringkat Efek Indinesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan secara siklus di kuartal III, konsumsi masyarakat akan turun. Alasannya sudah tidak ada lagi tambahan gaji pegawai negeri sipil (PNS) dan tunjangan hari raya (THR), maupun pencairan dana subsidi langsung.

Kata Fikri, dalam tiga bulan mendatang konsumsi atas kebutuhan sekunder dan tersier masyarakat akan melemah, misalnya konsumsi baju, kendaraan bermotor, dan rumah.

Dia menambahkan dari sisi keuangan ada tekanan cukup besar karena harga komoditas unggulan Indonesia dalam tren pelemahan harga serta produksi yang turun seperti minyak sawit, batubara, dan kayu.

“Harga komoditas turun pendapatan akan turun, sehingga berlanjut kepada konsumsi. Saya menilai setidaknya akan berdampak terhadap 30 juta penduduk di Indonesia,” kata Fikri kepada Kontan.co.id, Selasa (6/8).

Tanda-tanda tersebut sudah terasa dari laju pertumbuhan ekonomi Sumatera pada kuartal II-2019 yang melambat secara year on year (yoy). Terlebih Sumatra merupakan daerah ladang komoditas serta daerah kedua dengan populasi terbanyak di Indonesia.

Namun, secara keseluruhan penurunan yang terjadi tidak begitu mengkhawatirkan karena konsumsi masih ditopang oleh Jawa sebagai konsumen terbesar. “Optimisme karena Jawa tidak berpengaruh terhadao harga komoditas, konsumsinya kemungkinan tidak berkurang,” kata Fikri.




Tulisan diatas juga dapat dilihat pada tautan berikut:


Comments

Popular posts from this blog

Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997)_Review

Thomas M. Humphrey Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997) Terdapatnya hubungan antara market price dengan money’s value in terms of goods Quantity Theory of Money Demand Fisher mecoba menjelaskan hubungan antara total quantity of money (M) dan jumlah total spending terhadap final goods and services yang diproduksi dalam perekonomian (yang dipengaruhi oleh tingat harga, P; dan aggregate output,Y). Sementara velocity of money (V) merupakan total spending (P×Y) dibagi quantity of money (M), atau; Saat money market berada di equilibrium (M = Md), menggunakan k sebagairepresentasi dari 1/V (constant); Fisher juga menjelaskan bahwa demand for money dipengaruhi oleh; 1) Oleh evel transaksi disebabkan oleh level of nominal income (PY) 2) Oleh institusi dalam perekonomian yang disebabkan oleh bagaimana masyarakat melakukan transaksi (yang akan mempengaruhi V, dan seterusnya, k) Fisher; public’s real demand for money terutama mengacu pada domestic price level Wicksell; non-monetary de...

test-test existing of philips curve in Indonesia

Philips Curve (berdasarkan Solikin, 2004) I.    p = m + g p e + d Ygap + ε     Keterangan;       p ;            inflasi actual p e ;          ekspektasi inflasi (menggunakan Hodrick-Prescot filter) Y gap ;    GDPriil gap (GDPriil – GDPriilexpected) 1.                 Full Sampel - Data Tahunan (1961-2010) Dependent Variable: CPIINF Method: Least Squares Date: 03/18/11   Time: 17:55 Sample: 1961 2010 Included observations: 50 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.   ...

Investor Takut, Penawaran di Lelang SUN Menciut

Bisnis.com, JAKARTA — Kekhawatiran investor terhadap penanganan penyebaran COVID-19 di Indonesia membuat jumlah penawaran yang masuk dalam lelang surat utang negara (SUN) kian menciut. Dalam lelang yang digelar hari ini, Selasa (14/4/2020), total penawaran yang masuk mencapai Rp27,65 triliun. Jumlah itu merupakan yang terendah sepanjang tahun berjalan. Total nominal yang dimenangkan pemerintah dalam lelang tersebut mencapai Rp16,88 triliun. Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan angka penawaran yang rendah dalam lelang SUN hari ini disebabkan kekhawatiran investor terhadap penanganan COVID-19 di Indonesia. Terlebih, berbagai upaya yang dilakukan belum membuat kurva penyebaran melandai. “Hal ini dikhawatirkan akan memperpanjang risiko perekonomian dan recovery Indonesia,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (14/4/2020). Fikri menilai minimnya penawaran yang masuk dalam lelang SUN bukan disebabkan oleh risk appetite. Menurutnya, SUN semestikan r...