Skip to main content

Posts

Showing posts from 2020

Kurs Rupiah Hari Ini akan Diwarnai Aksi Profit Taking

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hari ini, pelaku pasar berpotensi melakukan ambil untung terhadap rupiah. Sebab, kurs rupiah kemarin mencatatkan kenaikan cukup tinggi. Kemarin, kurs spot rupiah menguat 2,2% menjadi Rp 14.095 per dollar Amerika Serikat (AS). Kurs tengah rupiah versi Bank Indonesia juga menguat 1,77% menjadi Rp 14.245 per dollar AS. Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf menuturkan, pelaku pasar mulai optimistis ekonomi global bisa pulih. Alhasil, aset berisiko seperti rupiah kembali diburu. Head of Economics Research Pefindo Fikri C. Permana menambahkan, aliran dana asing juga masih mengalir ke dalam negeri. "Stabilnya harga minyak memberikan kepercayaan investor industri manufaktur global akan pulih," kata dia. Tapi karena aksi ambul untung, Fikri menilai hari ini rupiah akan terdepresiasi. Alwi menambahkan, pelaku pasar juga melakukan profit taking karena mengkhawatirkan demonstrasi di AS dan hubungan AS-China. Alwi menghitung, kurs rupiah akan berge...

Sentimen Suku Bunga bakal Kerek Harga SUN

JAKARTA, investor.id – Harga surat utang negara (SUN) sepanjang pekan ini diproyeksi naik, seiring dengan sentimen dalam negeri terkait rapat Bank Indonesia (BI) yang dikabarkan akan memotong suku bunga acuan. Associate Director of Research and Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, pertemuan yang akan dilakukan oleh BI akan membawa angin segar untuk pergerakan harga SUN pekan ini, meskipun dengan tingkat suku bunga yang sekarang sudah lebih dari cukup. “Pemotongan dapat dilanjutkan apabila situasi dan kondisi sudah lebih stabil untuk mendorong perekonomian,” kata dia kepada Investor Daily, Minggu (17/5).  Kemudian, dari sisi global, beberapa data ekonomi Amerika semisal new home sales diperkirakan turun, diikuti dengan MBA mortgage application. Selain itu, terdapat data ekonomi yang dicermati oleh para pelaku pasar, yakni GDP annualized QoQ yang kemungkinan juga turun. “Tidak berhenti sampai di situ, berikutnya data mengenai personal c...

Ekonom Pefindo: Penambahan volume utang di saat ini memang diperlukan

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pemerintah melakukan penambahan volume pinjaman guna menambal pengeluaran masih dianggap masuk akal. Terlebih di tengah pandemi virus corona seperti saat ini. Seperti diketahui, pemerintah berniat melakukan penambahan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) domestik dan SBN valuta asing (valas) senilai US$ 10 miliar - US$ 12 miliar. Selain itu, pemerintah juga akan melakukan penambahan pinjaman dari development partners, baik bilateral dan multilateral sebesar US$ 6 miliar - US$ 8 miliar. Head of Economics Research Pefindo Fikri C. Permana menilai, keputusan pemerintah untuk melakukan penambahan pada saat seperti ini merupakan keputusan yang masuk akal. Terlebih, penerimaan negara dapat dipastikan akan menurun, di saat yang sama pengeluaran pemerintah juga meningkat. Dengan adanya upsize pinjaman ini, pemerintah tentu tidak bisa menghindari beban bunga utang yang besar di masa depan. "Beban utang di masa depan pastinya akan meningkat seiring ...

Permintaan Diprediksi Membaik, Lelang Sukuk Selasa (5/5) Bakal Laris

Bisnis.com, JAKARTA - Permintaan yang masuk dalam lelang surat berharga syariah negara, Selasa (5/5/2020), diprediksi masih akan membaik meski investor asing masih cenderung wait and see. Pemerintah akan melelang lima seri surat berharga syariah negara (SBSN) dengan target indikatif Rp8 triliun. Seri sukuk negara yang akan dilelang yakni satu surat perbendaharaan negara syariah (SPN-S) dan empat project based sukuk (PBS) untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2020. Seri SPN-S yang akan ditawarkan yakni SPN-S 06112020 dengan tingkat imbalan diskonto. Sukuk itu memiliki periode jatuh tempo pada 6 November 2020. Selanjutnya, PBS-002 jatuh tempo pada 15 Januari 2022 dengan tingkat imbalan 5,45 persen, PBS-026 jatuh tempo pada 15 Oktober 2024 dengan tingkat imbalan 6,625 persen. Kemudian, PBS-007 jatuh tempo pada 15 September 2040 dengan tingkat imbalan 9,00 persen, dan PBS-005 jatuh tempo pada 15 April 2043 dengan tingkat imbalan 6,75 persen. Kelima sukuk itu m...

Investor Takut, Penawaran di Lelang SUN Menciut

Bisnis.com, JAKARTA — Kekhawatiran investor terhadap penanganan penyebaran COVID-19 di Indonesia membuat jumlah penawaran yang masuk dalam lelang surat utang negara (SUN) kian menciut. Dalam lelang yang digelar hari ini, Selasa (14/4/2020), total penawaran yang masuk mencapai Rp27,65 triliun. Jumlah itu merupakan yang terendah sepanjang tahun berjalan. Total nominal yang dimenangkan pemerintah dalam lelang tersebut mencapai Rp16,88 triliun. Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan angka penawaran yang rendah dalam lelang SUN hari ini disebabkan kekhawatiran investor terhadap penanganan COVID-19 di Indonesia. Terlebih, berbagai upaya yang dilakukan belum membuat kurva penyebaran melandai. “Hal ini dikhawatirkan akan memperpanjang risiko perekonomian dan recovery Indonesia,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (14/4/2020). Fikri menilai minimnya penawaran yang masuk dalam lelang SUN bukan disebabkan oleh risk appetite. Menurutnya, SUN semestikan r...

Prediksi Kurs Rupiah: Level Baru Rupiah

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Efek pemangkasan suku bunga ternyata tidak berdampak positif pada pergerakan rupiah. Kemarin, kurs rupiah di pasar spot melemah 4,53% ke Rp 15.913 per dollar Amerika Serikat (AS). Sementara rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) melemah 3,21% ke Rp 15.712 per dollar AS. Analis Monex Investindo Futures Faisyal menuturkan, sesuai ekspektasi pelaku pasar, langkah BI menurunkan suku bunga 25 bps tidak berefek bagi rupiah. Ini sama seperti yang terjadi di Eropa. Meski bank sentral Eropa menambah stimulus, euro tetap terpukul. Pelaku pasar juga masih melihat perkembangan virus corona di Indonesia, di mana jumlah penderita terus bertambah. Head of Economics & Research Bank UOB Enrico Tanuwidjaja justru melihat upaya BI akan positif secara jangka panjang. Pelaku pasar banyak membeli dollar AS lantaran musim pembagian dividen dan pembayaran utang di luar negeri. Enrico percaya, efek swap pricing pasca penurunan Giro Wajib Minimum (GWM...

Yield SUN Tembus 8 Persen, Pasar Obligasi Butuh Lebih Banyak Pemanis

Bisnis.com,JAKARTA— Pemangkasan suku bunga acuan bank sentral belum menarik minat investor asing dan justru mengerek imbal hasil (yield ) Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun. Data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menunjukkan, total porsi kepemilikan asing dalam surat berharga negara (SBN) rupiah yang dapat diperdagangkan mencapai Rp975,37 triliun per 18 Maret 2020. Jumlah tersebut susut Rp86,49 triliun dan mencetak net sell dibandingkan dengan posisi 31 Desember 2019. Secara detail, kepemilikan asing di surat utang negara (SUN) senilai Rp943,23 triliun per 10 Maret 2020. Adapun, kepemilikan asing dalam surat berharga syariah negara (SBSN) tercatat senilai menjadi Rp32,14 triliun hingga 18 Maret 2020. Direktur Riset Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan pemangkasan suku bunga berdampak minim terhadap harga surat utang negara (SUN). Akibatnya, posisi yield SUN tenor 10 tahun akhirnya melewati 8 persen. Pada ...

Risiko masih tinggi, CDS Indonesia berpotensi melanjutkan kenaikan

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persepsi investor terhadap risiko investasi di Indonesia semakin tinggi. Ini terlihat dari pergerakan credit default swap (CDS) Indonesia untuk tenor 5 tahun yang sudah menyentuh level 207,76 sekaligus rekor tertinggi sejak 2016. Head of Research Pefindo Fikri C Permana menjelaskan, naiknya level CDS saat ini disebabkan meluasnya pandemi corona atau covid-19 secara nasional. Kondisi tersebut merupakan fenomena langka yang terjadi di Tanah Air, sehingga memberikan banyak dampak bagi pasar keuangan Tanah Air. "Ini menyebabkan berbagai spekulasi bergerak seiring dengan kekhawatiran tersebut," kata Fikri kepada Kontan.co.id, Selasa (17/3). Untuk itu, dia memperkirakan pegerakan CDS ke depan masih dalam tren kenaikan. Ditambah lagi, profil fundamental ekonomi Indonesia yang masih membukukan current account defisit dan national saving relatif rendah turut menjadi sentimen pendorong CDS masih akan menanjak. Di samping itu, investasi di hampir sem...

Pefindo Pangkas Target Emisi Obligasi

Bisnis.com, JAKARTA— PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memangkas proyeksi target mandat pemeringkatan surat utang pada tahun ini. Sejumlah pertimbangan menjadi penyebab perubahan target tersebut. Head of Economic Research Pefindo Fikri C. Permana mengatakan pada awal tahun lalu perseroan masih optimis rencana emisi pada 2020 ini akan mencapai Rp154,5 triliun. Namun, kini proyeksi itu diturunkan hingga 13 persen dari target awal. Menurutnya risiko penurunan tidak hanya berasal dari penyebaran virus corona atau Covid-19. Risiko juga datang dari perang dagang, perubahan rantai suplai global, pemintaan komoditas dan perang harga minyak. “[Dari dalam negeri] risiko penurunan pertumbuhan ekonomi domestik dan risiko cashflow perusahaan dalam negeri,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Minggu (15/3/2020). Akan tetapi, tambah Fikri, di saat yang bersamaan risiko tersebut juga dapat sedikit diredam dengan adanya beberapa stimulus antara lain insentif fiskal dan dorongan dari s...

Lelang SBSN Pekan Depan Masih akan Ramai Peminat

JAKARTA, investor.id - Head of Economy Research Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C Permana menilai, lelang SBSN yang akan dilakukan pemerintah pada pekan depan masih akan ramai peminat. “Kemungkinan oversubscribe sembilan kali, layaknya yang terjadi sejak awal tahun, masih akan sangat terbuka. Utamanya karena pilihan investasi bagi investor domestik, yang terbatas,” katanya. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan akan menggelar lelang pada 10 Maret dengan target indikatif Rp 7 triliun. Adapun sebanya empat seri Sukuk akan ditawarkan pada lelang kali ini. Sebanyak tiga seri merupakan reopening yang masing-masing jatuh tempo pada 15 Januari 2020, 15 Oktober 2024, dan 15 April 2043. Sedangkan satu seri lainnya merupakan new issuance, yang jatuh tempo pada 11 September 2020. Menurut Fikri, instrumen SUN masih akan menjadi pilihan bagi para investor, ditengah situasi pasar modal yang volatile. Dia menjelaskan bahwa se...

Sukuk Ritel SR012 Maih Good Deal, Namun Target Ketinggian?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski imbal hasil terus menurun, Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dinilai masih menarik bagi investor. Sukur Ritel SR012 yang baru saja diluncurkan menawarkan imbal hasil 6,3 persen, lebih rendah dari seri SR011 tahun lalu sebesar 8,05 persen. Obligasi ritel SBR009 yang diluncurkan Januari lalu punya kupon yang sama yakni 6,3 persen. Seri yang tidak bisa dijual kembali ini mencapai penjualan Rp 2,25 triliun. Analis fixed-income MNC Sekuritas, I Made Adi Saputra menyampaikan SR012 masih menarik untuk investor. Jika dibandingkan dengan suku bunga rata-rata deposito 12 bulan sebesar 5,6 persen, SR012 masih good deal. "Setelah pajak sebesar 15 persen, dalam satu tahun SR12 masih menawarkan imbal hasil sebesar 5,35 persen, dan deposito yang dikenakan pajak sebesar 20 persen imbalan per tahunnya sebesar 4,48 persen," katanya pada Republika.co.id, Selasa (25/2). Terlebih lagi, dengan adanya penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia ke level 4,...

Dibantu penguatan rupiah, SBN masih menarik di mata asing

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Tren aliran dana asing masuk ke surat berharga negara (SBN) diyakini masih akan terus menanjak ke depan. Hal tersebut, turut mendapat dukungan dari kondisi nilai tukar rupiah yang cenderung menguat terhadap dollar AS sejak akhir tahun lalu. Sebagai informasi, hingga Selasa (18/2) kepemilikan asing di SBN berada di kisaran Rp 1.067 triliun. Angka tersebut masih lebih rendah ketimbang level Senin (3/2) yang sempat menyentuh Rp 1.071 triliun. Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C Permana mengatakan dalam nominal rupiah, aliran dana asing memang turun 0,3%. Namun, jika disesuaikan dengan kurs rupiah terhadap dolar AS, cenderung terapresiasi 0,5%. "Bisa dikatakan dalam nominal dolar AS, kepemilikan asing di surat utang negara (SUN) malah meningkat," ujar Fikri kepada Kontan.co.id, Kamis (20/2). Ditambah lagi, seiring dengan kondisi mata uang garuda yang masih terapresiasi oleh greenback, maka porsi asing dalam nominal rupiah bakal me...

Rupiah Menanti Keputusan Bunga Acuan BI

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah mulai terbatas. Rabu (19/2), kurs rupiah di pasar spot melemah tipis 0,01% ke posisi Rp 13.695 per dollar Amerika Serikat (AS). Ekonom Pefindo Fikri C. Permana melihat, pergerakan rupiah dipengaruhi oleh penguatan dollar AS. Menguatnya harga minyak dunia jenis Brent juga menahan laju penguatan rupiah. Untuk hari ini (20/2), Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan memprediksi, kurs rupiah lebih disetir sentimen internal. "Pergerakan rupiah kemungkinan akan banyak dipengaruhi oleh hasil dari Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia," kata dia, kemarin. Menurut Fikri, hari ini, BI kemungkinan menurunkan suku bunga acuan Februari 2020 sebesar 25 basis poin. Saat ini, bunga acuan 7-days repo rate ada di posisi 5%. Namun, tekanan pada rupiah masih berlanjut. "Pelaku pasar masih risk aversion. Investor masih akan memburu aset safe haven," seperti dollar AS dan emas, kata Fikri. Fikri memprediksi, kurs...

Rupiah Diprediksi Kembali Berkibar

JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada Selasa ini diprediksi kembali berkibar. Senin kemarin, rupiah di pasar spot Bloomberg menguat 33 poin atau 0,24% ke level Rp13.660 per USD. Head of Economic Research Pefindo, Fikri Permana, menerangkan sentimen positif bagi rupiah karena fundamental ekonomi yang cukup kuat. Ini terbukti dari ketertarikan investor asing yang cukup besar terhadap lelang primer Surat Utang Negara (SUN) sehingga mungkin akan menyebabkan oversubscribe yang besar. "Dari sisi teknis, apresiasi rupiah pada Senin kemarin cukup kuat. Sehingga mungkin akan berlanjut di Selasa ini. Potensi kurs rupiah berada di rentang Rp13.580 hingga Rp13.680 per USD," terang Fikri di Jakarta, Selasa (18/2/2020). Meski demikian, ia menerangkan ada faktor eksternal yang bisa menghambat laju rupiah. Yaitu downside risk ekonomi dari Argentina, India, China diperkirakan bisa cukup mempengaruhi kepercayaan investor terhadap negara berkembang, termas...

Makin melek investasi, generasi milenial paling banyak memburu SBR009

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan Saving Bonds Ritel (SBR) seri SBR009 laris diburu investor. Pemerintah mengantongi penawaran mencapai Rp 2,25 triliun. Sebelumnya, pemerintah memasang target penjualan hanya Rp 2 triliun. Jumlah investor terbesar SBR009 kali ini berasal dari generasi milenial dengan jumlah 5.733 investor dari 11.247 keseluruhan investor. Generasi milenial yang dimaksud adalah masyarakat dengan rentang umur 19 tahun hingga 39 tahun. Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C Permana mengatakan, peningkatan jumlah investor milenial tidak terlepas dari gaya hidup milenial yang mulai melek investasi. “Gaya hidup milenial yang mulai melek dan memilih investasi sebagai gaya hidup menjadi faktor pendorong utamanya,” jelas Fikri pada Kontan.co.id, Senin (17/2). Jumlah investor milenial pada seri ini juga meningkat dari penerbitan seri SBR sebelumnya, SBR008. Pada seri tersebut jumlah investor milenial mencapai 51,96% dari total 10.219 investor. Artinya, ju...

Penurunan CDS Indonesia bisa berlanjut hingga akhir tahun

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Level credit default swap (CDS) Indonesia menyentuh level rendah di 119,24 pada perdagangan Rabu (12/2). Kondisi tersebut diprediksi bakal berlanjut dalam jangka panjang, sekaligus mencerminkan prospek yang lebih positif bagi pasar obligasi Tanah Air. Mengutip Bloomberg, indeks persepsi risiko investasi di surat utang negara (SUN) untuk tenor 10 tahun tercatat turun masih berada di 121,28 pada Selasa (11/2) dan 123,55 di awal pekan. Menurut Head of Economic Research Pefindo Fikri C Permana penurunan CDS domestik menunjukkan bahwa investor menganggap risiko berinvestasi di Tanah Air saat ini lebih rendah. "Penurunan tersebut juga mencerminkan penurunan persepsi risiko investor global terhadap risiko ekonomi domestik," ungkap Fikri kepada Kontan.co.id, Rabu (12/2). Apalagi, di tengah ketidakpastian global akibat penyebaran virus corona berpotensi menekan kondisi ekonomi global secara keseluruhan. Risiko investasi di Indonesia dinilai lebih positif,...

Prospek Stabil, Capital Inflow Bisa Kembali Mengalir

Bisnis.com, JAKARTA - Aliran modal asing diperkirakan akan kembai masuk melalui pasar obligasi seiring penegasan peringkat dari lembaga pemeringkat Moody's Investor Service. Ekonom Pefindo Fikri C. Permana mengatkan peringkat yang disematkan Moody's di Baa2 dengan outlook stabil menegaskan stabilitas perekonomian Indonesia. Hal itu menandakan kondisi fundamental perekonomian Indonesia tetap terjaga sepanjang tahun lalu. Fikri menerangkan, peringkat dari Moody's juga mencerminkan pengelolaan utang yang baik sehingga tingkat risiko tetap stabil. Dia menyebut, hal itu akan menarik minat investor asing terhadap pasar Surat Utang Negara (SUN) yang diterbitkan pemerintah. “Hal ini juga akan berdampak pada kembali meningkatnya tingkat kepemilikan asing pada surat utang Indonesia,” ujar Fikri kepada Bisnis.com, Selasa (11/2/2020). Kendati demikian, Fikri menyebut, laju aliran modal asing (capital inflow) diperkirakan tetap sama seperti sebelum adanya penetapan peringkat. Lo...

Penyebab Indonesia Composite Bond Index (ICBI) cukup volatile sepekan terakhir

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan Indonesia Composite Bond Index (ICBI) tercatat cukup volatile dalam sepekan terakhir. Hal ini disinyalir karena munculnya kekhawatiran investor yang membuat pelaku pasar cenderung bersikap risk averse atau menghindari risiko. Mengutip laman PT Penilai Harga Efek Indonesia (IBPA), diketahui ICBI pada perdagangan Rabu (5/2) ditutup turun 0,04% di level 281,69. Angka tersebut sedikit menanjak setelah sempat menyentuh level 280,68 pada Senin (3/2). Head of Economic Research Pefindo Fikri C Permana mengatakan, pergerakan ICBI yang volatile dikarenakan adanya kekhawatiran investor, seiring terjadinya invertered antara US$ treasury 3 month dan US$ Treasury 10 year. Akibatnya, pelaku pasar cenderung menghindar dan mendorong capital flight. "Untungnya sejak Selasa (4/2) hal tersebut (volatile) sudah tidak terjadi, sehingga ketakutan investor global mulai berkurang," jelas Fikri kepada Kontan, Rabu (5/2). Selain itu, Fikri menilai ketakutan se...

Kendati Kupon Turun, Ekonom Prediksi SBN Ritel Tetap Atraktif

Bisnis.com, JAKARTA - Minat investor terhadap Surat Berharga Negara (SBN) Ritel diproyeksikan akan tetap tinggi pada 2020 meskipun kupon yang ditawarkan lebih rendah. Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan, target Rp2 triliun yang dicanangkan pemerintah dari penerbitan SBN Ritel seri SBR009 diperkirakan dapat tercapai. Dia juga mengatakan kemungkinan terjadinya oversubscribe cukup tinggi. "Jika melihat tren SUN beberapa waktu terakhir mungkin bisa hingga 4 kali. Tetapi, proyeksi oversubscribe yang wajar sepertinya sebanyak 2 kali," tuturnya saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (29/1/2020). Menurutnya, penerbitan SBN Ritel pada tahun ini diperkirakan akan menjadi yang paling marak dibandingkan instrumen investasi lainnya kendati dibayang-bayangi prediksi penurunan kupon. Kupon pada SBR009 ditetapkan pada angka 6,3 persen. Angka ini terbilang lebih rendah bila dibandingkan dengan kupon yang diberikan pada penerbitan terakhir di 2019. Seb...

Asing tambah kepemilikan Rp 24,7 triliun pada SBN, tren positif akan berlanjut

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren positif yang menyelimuti pasar surat utang atau obligasi di Indonesia diperkirakan akan berlangsung dalam waktu yang relatif lama. Stabilitas ekonomi dalam negeri dan luar menjadi kunci yang bisa mempertahankan laju positif saat ini. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara sudah mencapai Rp 1.087,14 triliun hingga Kamis (23/1) kemarin, meningkat Rp 24,7 triliun sejak awal tahun. Porsi kepemilikan asing ini mencapai 39,11% dengan porsi kepemilikan surat utang negara 45,98% dan sukuk negara 6,72%. Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto menilai, meredanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-China memberi efek positif terhadap pasar obligasi dari sisi eksternal. Sementara dari internal, kondisi makro yang membaik dan stabil menjadi pendorong. “Kombinasi keduanya menjadikan yield kita semakin menarik di mat...

Sukuk seri jangka pendek dan menengah akan diburu investor pada lelang Selasa (28/1)

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara pada Selasa (28/1) dinilai akan ramai peminat. Permintaan Surat Utang Negara (SUN) yang sedang tinggi dan rupiah yang terus positif menjadi faktor utamanya. Seri-seri surat utang yang akan dilelang adalah seri Surat Perbendaharaan Negara Syariah (SPN-S) dan Project Based Sukuk (PBS). Berikut lima seri surat utang beserta imbalannya: 1. SPN-S 15072020 yang jatuh tempo 15 Juli 2020 dengan imbalan diskonto 2. PBS002 yang jatuh tempo 15 Januari 2022 dengan imbalan 5,45% 3. PBS026 dengan waktu jatuh tempo 15 Oktober 2024 dan imbalan 6,625% 4. PBS005 yang jatuh tempo 15 April 2043. Seri ini menawarkan imbalan 6,75% 5. PBS015 yang akan jatuh tempo 15 Juli 2047. Seri ini menawarkan imbalan 8% Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C Permana memprediksi seri jangka pendek akan yang menjadi seri yang paling banyak dimenangkan pada lelang esok. “Kalau melihat rencana pemerintah dan daya tawar pemeri...

Rupiah bertenaga, pasar obligasi kian bergairah

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar surat utang atau obligasi Indonesia makin membetot daya tarik investor. Stabilitas makro ekonomi dalam negeri menjadi kunci gairah di pasar obligasi. Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C Permana mengatakan, prospek positif pasar obligasi didorong pergerakan rupiah yang stabil dan credit default swap (CDS) yang menurun. “Prospeknya masih positif, seiring dengan CDS yang turun, rupiah stabil dan yield surat utang negara (SUN) yang makin beranjak di bawah 7%, kata Fikri, Kamis (23/1). Ia menilai, seiring dengan kebijakan akomodatif yang masih akan diambil pemangku kebijakan moneter dan fiskal, pasar obligasi masih menarik. Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas Ariawan menambahkan kondisi makro ekonomi Indonesia yang membaik juga mendukung positif pasar obligasi Indonesia. Kata Ariawan, makro ekonomi Indonesia membaik, pertumbuhan ekonomi masih kuat, inflasi akan tetap rendah dan stabil terjadi di level 3%. "Rupiah juga k...

Pefindo: BI Pangkas Bunga Acuan 25 bps Paling Lambat Februari

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga rating dalam negeri, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan masih ada ruang bagi Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,7% pada Januari atau selambatnya Februari 2020. Bank Indonesia tengah menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) Rabu-Kamis, 22 - 23 Januari. Pada 19 Desember 2019, BI mempertahankan suku bunga acuan di 5%, dari sebelumnya 21 November dan 24 Oktober. Pada 19 September, BI menetapkan suku bunga di level 5,25%, turun dari 5,50% level pada 22 Agustus 2019. Head of Economy Research Pefindo Fikri C Permana mengatakan kebijakan moneter longgar atau dovish bisa ditempuh otoritas moneter dengan mempertimbangkan kondisi nilai tukar rupiah yang menguat, cadangan devisa yang cukup tinggi sebesar US$ 129 miliar dan neraca perdagangan yang masih positif. "Masih sangat mungkin untuk melihat kemungkinan turun, kalau tidak Januari atau Februari 25 basis poin,...

Rupiah ditutup menguat hari ini, bagaimana prospeknya pada perdagangan Kamis (23/1)?

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang rupiah menguat 0,17% ke level Rp 13.646 terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (22/1). Penguatan rupiah ini disokong sentimen internal maupun eksternal. Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf  mengatakan, dari sisi eksternal meredanya perang dagang antara AS dan China menjadi sentimen positif penyokong rupiah.  “Presiden AS Donald Trump dalam pertemuan di Davos, menyatakan kesepakatan dagang tahap dua akan segera dilaksanakan. Ini mengangkat selera berisiko para pelaku pasar,” Ujar Alwi kepada Kontan.co.id, Rabu (22/1). Sementara itu, dari dalam negeri, Alwi menilai cadangan devisa yang gemuk menjadi salah satu faktor penopang penguatan rupiah. Ini membuat Bank Indonesia  (BI) leluasa untuk melakukan intervensi jika sewaktu-waktu diperlukan. Setali tiga uang, penguatan rupiah hari ini dinilai ekonom Pefindo Fikri C Permana datang dari dalam negeri. Data makro ekonomi Indonesia menunjukkan hasil ...

Penawaran masuk dalam lelang SUN hari ini capai Rp 94,97 triliun, begini kata analis

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan rupiah yang konsisten ditambah dengan likuiditas di pasar serta perilaku investor yang cenderung beralih ke aset tanpa risiko membuat hasil lelang Surat Utang Negara (SUN) hari ini melonjak dari hasil lelang sebelumnya. Merujuk data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, nilai penawaran masuk pada lelang SUN Senin (21/1) tercatat sebesar Rp 94,97 triliun, melonjak hampir Rp 10 triliun dari hasil lelang 7 Januari lalu. Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C Permana menyebut, kelebihan permintaan terjadi pada penawaran SUN kali ini hingga lebih dari empat kali. Fikri menilai melonjaknya pemintaan investor terhadap lelang SUN kali ini didorong oleh perilaku front loading investor. “Saya melihat perilaku front loading investor tampaknya menjadi hal mendorong kenapa permintaan dan oversubscribe lelang SUN melebihi empat kali. Perilaku tersebut didorong oleh perilaku rasional opportunistic investor guna memanfaatkan yield ya...

Surat Utang Indonesia Menarik untuk Investor Asing

JAKARTA, investor.id – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan kepemilikan asing pada pasar surat utang Indonesia akan bertambah menjadi 40% pada 2020. Menariknya, surat utang negara (SUN) didukung oleh selisih imbal hasil atau spread yield yang cukup jauh dengan US Treasury yakni berkisar 500 basis poin (bps). Ekonom Pefindo Fikri C Permana mengatakan, dengan spread yield SUN dengan US Treasury yang masih di atas 500 bps dan real yield untuk SUN tenor 10 tahun masih sangat besar di kisaran 300 bps hingga 400 bps, membuat instrumen surat utang Indonesia sangat menarik di mata investor asing. “Dibanding tahun lalu sebesar 38%, kemungkinan porsi asing pada SUN akan meningkat menjadi 40%,” kata dia di Jakarta, baru-baru ini. Pasar surat utang Indonesia sekarang sangat cantik dibandingkan negara berkembang lainnya. “Dengan tingkat inflasi saat ini 2,7%, mau cari ke mana real yield segitu? Hal itu yang membuat ketertarikan instrumen surat utang di Indonesia masih aka...