Skip to main content

Penurunan CDS Indonesia bisa berlanjut hingga akhir tahun

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Level credit default swap (CDS) Indonesia menyentuh level rendah di 119,24 pada perdagangan Rabu (12/2). Kondisi tersebut diprediksi bakal berlanjut dalam jangka panjang, sekaligus mencerminkan prospek yang lebih positif bagi pasar obligasi Tanah Air.

Mengutip Bloomberg, indeks persepsi risiko investasi di surat utang negara (SUN) untuk tenor 10 tahun tercatat turun masih berada di 121,28 pada Selasa (11/2) dan 123,55 di awal pekan.

Menurut Head of Economic Research Pefindo Fikri C Permana penurunan CDS domestik menunjukkan bahwa investor menganggap risiko berinvestasi di Tanah Air saat ini lebih rendah. "Penurunan tersebut juga mencerminkan penurunan persepsi risiko investor global terhadap risiko ekonomi domestik," ungkap Fikri kepada Kontan.co.id, Rabu (12/2).

Apalagi, di tengah ketidakpastian global akibat penyebaran virus corona berpotensi menekan kondisi ekonomi global secara keseluruhan. Risiko investasi di Indonesia dinilai lebih positif, setidaknya SUN relatif dipandang memiliki risiko yang lebih rendah di masa mendatang.

Selain itu, Fikri menilai transmisi aliran modal asing cenderung akan bergerak ke surat berharga negara (SBN) terlebih dahulu. Artinya, ada kemungkinan bahwa porsi kepemilikan asing di SBN ke depan bakal semakin meningkat.

Untuk itu, Fikri memperkirakan tren penurunan CDS masih akan berlanjut ke depan, begitu juga terhadap CDS tenor 5 tahun, ditambah dua afirmasi dan satu upgrade peringkat utang Indonesia. "Sepertinya tren (penurunan) masih akan berlanjut, setidaknya hingga akhir 2020," ujar Fikri.

Fikri melihat, level CDS 5 tahun bisa tembus di bawah level 50 tahun ini, atau di level 47. Sedangkan untuk CDS 10 tahun, Fikri mengharapkan bisa tembus di bawah 100 akhir 2020 atau berada di level 96.


Tulisan diatas juga dapat dilihat pada tautan berikut:
https://investasi.kontan.co.id/news/penurunan-cds-indonesia-bisa-berlanjut-hingga-akhir-tahun



Comments

Popular posts from this blog

Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997)_Review

Thomas M. Humphrey Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997) Terdapatnya hubungan antara market price dengan money’s value in terms of goods Quantity Theory of Money Demand Fisher mecoba menjelaskan hubungan antara total quantity of money (M) dan jumlah total spending terhadap final goods and services yang diproduksi dalam perekonomian (yang dipengaruhi oleh tingat harga, P; dan aggregate output,Y). Sementara velocity of money (V) merupakan total spending (P×Y) dibagi quantity of money (M), atau; Saat money market berada di equilibrium (M = Md), menggunakan k sebagairepresentasi dari 1/V (constant); Fisher juga menjelaskan bahwa demand for money dipengaruhi oleh; 1) Oleh evel transaksi disebabkan oleh level of nominal income (PY) 2) Oleh institusi dalam perekonomian yang disebabkan oleh bagaimana masyarakat melakukan transaksi (yang akan mempengaruhi V, dan seterusnya, k) Fisher; public’s real demand for money terutama mengacu pada domestic price level Wicksell; non-monetary de...

test-test existing of philips curve in Indonesia

Philips Curve (berdasarkan Solikin, 2004) I.    p = m + g p e + d Ygap + ε     Keterangan;       p ;            inflasi actual p e ;          ekspektasi inflasi (menggunakan Hodrick-Prescot filter) Y gap ;    GDPriil gap (GDPriil – GDPriilexpected) 1.                 Full Sampel - Data Tahunan (1961-2010) Dependent Variable: CPIINF Method: Least Squares Date: 03/18/11   Time: 17:55 Sample: 1961 2010 Included observations: 50 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.   ...

Investor Takut, Penawaran di Lelang SUN Menciut

Bisnis.com, JAKARTA — Kekhawatiran investor terhadap penanganan penyebaran COVID-19 di Indonesia membuat jumlah penawaran yang masuk dalam lelang surat utang negara (SUN) kian menciut. Dalam lelang yang digelar hari ini, Selasa (14/4/2020), total penawaran yang masuk mencapai Rp27,65 triliun. Jumlah itu merupakan yang terendah sepanjang tahun berjalan. Total nominal yang dimenangkan pemerintah dalam lelang tersebut mencapai Rp16,88 triliun. Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan angka penawaran yang rendah dalam lelang SUN hari ini disebabkan kekhawatiran investor terhadap penanganan COVID-19 di Indonesia. Terlebih, berbagai upaya yang dilakukan belum membuat kurva penyebaran melandai. “Hal ini dikhawatirkan akan memperpanjang risiko perekonomian dan recovery Indonesia,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (14/4/2020). Fikri menilai minimnya penawaran yang masuk dalam lelang SUN bukan disebabkan oleh risk appetite. Menurutnya, SUN semestikan r...