Skip to main content

Sukuk Ritel SR012 Maih Good Deal, Namun Target Ketinggian?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski imbal hasil terus menurun, Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dinilai masih menarik bagi investor. Sukur Ritel SR012 yang baru saja diluncurkan menawarkan imbal hasil 6,3 persen, lebih rendah dari seri SR011 tahun lalu sebesar 8,05 persen.

Obligasi ritel SBR009 yang diluncurkan Januari lalu punya kupon yang sama yakni 6,3 persen. Seri yang tidak bisa dijual kembali ini mencapai penjualan Rp 2,25 triliun.

Analis fixed-income MNC Sekuritas, I Made Adi Saputra menyampaikan SR012 masih menarik untuk investor. Jika dibandingkan dengan suku bunga rata-rata deposito 12 bulan sebesar 5,6 persen, SR012 masih good deal.

"Setelah pajak sebesar 15 persen, dalam satu tahun SR12 masih menawarkan imbal hasil sebesar 5,35 persen, dan deposito yang dikenakan pajak sebesar 20 persen imbalan per tahunnya sebesar 4,48 persen," katanya pada Republika.co.id, Selasa (25/2).

Terlebih lagi, dengan adanya penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia ke level 4,75 persen, maka suku bunga deposito kedepannya akan kembali mengalami penurunan. Transmisi pada bunga deposito lebih cepat turunnya daripada bunga kredit.

Adi memperkirakan jumlah penawarannya akan mengalami penurunan dibandingkan dengan  penawaran SR11 yang mencapai Rp 21 triliun. Ini dikarenakan seiring dengan melandainya imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) dalam setahun terakhir.

Meski demikian, SBN ritel masih jadi instrumen yang prospektif untuk investasi. Seperti Sukuk Tabungan, Sukuk Ritel mau pun Saving Bond Ritel dan Obligasi Negara Ritel. Alternatif produk lainnya, kata Adi, bisa instrumen ETF berbasis obligasi yang diterbitkan oleh asset management atau pun Efek Beragun Aset - SP yang diterbitkan oleh PT Sarana Multigriya Finansial (Persero).

"Return yang bisa di perhitungkan dengan tingkat risiko yang lebih rendah," katanya.

Dihubungi terpisah, Manager Divisi Riset Ekonomi Pefindo, Fikri C Permana menyampaikan SR012 masih prospektif bagi investor. "Jika dilihat dari yield, kayaknya masih akan prospektif," katanya kepada Republika.co.id, Selasa (25/2).

Terutama karena stance dovish pemegang kebijakan moneter global masih kuat. Apalagi setelah Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan minggu lalu dari lima persen menjadi 4,75 persen.

Namun demikian, Fikri menilai target sebesar Rp 7-8 triliun masih meragukan. Seri sukuk ritel sebelumnya yakni SR011 yang diluncurkan tahun lalu bisa mencapai Rp 21 triliun karena punya yield 8,05 persen.

"Saya fikir mungkin hambatan utamanya adalah yield," katanya.

Pasarnya adalah ritel dan domestik yang mayoritas sedang menahan dana. Instrumen investasi yang dinilai cocok pada kondisi ekonomi seperti saat ini beragam. Ia meyakini bahwa sebaiknya instrumen investasi disesuaikan dengan profil risiko dan risk appetite masing-masing individu.



Tulisan diatas juga dapat dilihat pada:
https://www.republika.co.id/berita/q69k9w383/sukuk-ritel-sr012-maih-emgood-dealem-namun-target-ketinggian

Comments

Popular posts from this blog

Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997)_Review

Thomas M. Humphrey Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997) Terdapatnya hubungan antara market price dengan money’s value in terms of goods Quantity Theory of Money Demand Fisher mecoba menjelaskan hubungan antara total quantity of money (M) dan jumlah total spending terhadap final goods and services yang diproduksi dalam perekonomian (yang dipengaruhi oleh tingat harga, P; dan aggregate output,Y). Sementara velocity of money (V) merupakan total spending (P×Y) dibagi quantity of money (M), atau; Saat money market berada di equilibrium (M = Md), menggunakan k sebagairepresentasi dari 1/V (constant); Fisher juga menjelaskan bahwa demand for money dipengaruhi oleh; 1) Oleh evel transaksi disebabkan oleh level of nominal income (PY) 2) Oleh institusi dalam perekonomian yang disebabkan oleh bagaimana masyarakat melakukan transaksi (yang akan mempengaruhi V, dan seterusnya, k) Fisher; public’s real demand for money terutama mengacu pada domestic price level Wicksell; non-monetary de...

test-test existing of philips curve in Indonesia

Philips Curve (berdasarkan Solikin, 2004) I.    p = m + g p e + d Ygap + ε     Keterangan;       p ;            inflasi actual p e ;          ekspektasi inflasi (menggunakan Hodrick-Prescot filter) Y gap ;    GDPriil gap (GDPriil – GDPriilexpected) 1.                 Full Sampel - Data Tahunan (1961-2010) Dependent Variable: CPIINF Method: Least Squares Date: 03/18/11   Time: 17:55 Sample: 1961 2010 Included observations: 50 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.   ...

Investor Takut, Penawaran di Lelang SUN Menciut

Bisnis.com, JAKARTA — Kekhawatiran investor terhadap penanganan penyebaran COVID-19 di Indonesia membuat jumlah penawaran yang masuk dalam lelang surat utang negara (SUN) kian menciut. Dalam lelang yang digelar hari ini, Selasa (14/4/2020), total penawaran yang masuk mencapai Rp27,65 triliun. Jumlah itu merupakan yang terendah sepanjang tahun berjalan. Total nominal yang dimenangkan pemerintah dalam lelang tersebut mencapai Rp16,88 triliun. Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan angka penawaran yang rendah dalam lelang SUN hari ini disebabkan kekhawatiran investor terhadap penanganan COVID-19 di Indonesia. Terlebih, berbagai upaya yang dilakukan belum membuat kurva penyebaran melandai. “Hal ini dikhawatirkan akan memperpanjang risiko perekonomian dan recovery Indonesia,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (14/4/2020). Fikri menilai minimnya penawaran yang masuk dalam lelang SUN bukan disebabkan oleh risk appetite. Menurutnya, SUN semestikan r...