Skip to main content

Permintaan Diprediksi Membaik, Lelang Sukuk Selasa (5/5) Bakal Laris

Bisnis.com, JAKARTA - Permintaan yang masuk dalam lelang surat berharga syariah negara, Selasa (5/5/2020), diprediksi masih akan membaik meski investor asing masih cenderung wait and see.

Pemerintah akan melelang lima seri surat berharga syariah negara (SBSN) dengan target indikatif Rp8 triliun. Seri sukuk negara yang akan dilelang yakni satu surat perbendaharaan negara syariah (SPN-S) dan empat project based sukuk (PBS) untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2020.

Seri SPN-S yang akan ditawarkan yakni SPN-S 06112020 dengan tingkat imbalan diskonto. Sukuk itu memiliki periode jatuh tempo pada 6 November 2020.

Selanjutnya, PBS-002 jatuh tempo pada 15 Januari 2022 dengan tingkat imbalan 5,45 persen, PBS-026 jatuh tempo pada 15 Oktober 2024 dengan tingkat imbalan 6,625 persen.

Kemudian, PBS-007 jatuh tempo pada 15 September 2040 dengan tingkat imbalan 9,00 persen, dan PBS-005 jatuh tempo pada 15 April 2043 dengan tingkat imbalan 6,75 persen.

Kelima sukuk itu memiliki underlying asset atau jaminan berupa proyek atau kegiatan dalam APBN tahun 2020 dan barang milik negara. Proses setelmen akan berlangsung pada 8 Mei 2020.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto mengatakan Bank Indonesia (BI) akan memantau lelang SBSN, Selasa (5/5/2020). Bahkan, pihaknya meyakini bank sentral akan kembali masuk di pasar perdana.

Ramdhan memprediksi penawaran yang masuk masih akan didominasi dari investor domestik. Menurutnya, investor asing belum banyak masuk ke pasar obligasi domestik karena ketidakpastian masih tinggi akibat penyebaran Covid-19.

“Perkiraan saya masih akan masuk penawaran sekitar Rp20 triliun,” ujarnya kepada Bisnis.com, Senin (4/5/2020).

Berdasarkan catatan Bisnis.com, penawaran yang masuk dalam lelang SBSN senilai Rp18,38 triliun pada, Selasa (21/4/2020). Dalam kesempatan itu, BI masuk ke pasar perdana dengan memenangkan Rp1,7 triliun dari total Rp9,98 triliun yang dimenangkan oleh pemerintah.

Penawaran lelang SBSN sempat mencapai titik terendah sepanjang periode berjalan pada lelang 24 Maret 2020. Saat itu, penawaran yang masuk hanya senilai Rp14,60 triliun.

Di lain pihak, Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana memprediksi permintaan yang masuk untuk lelang SBSN sekitar Rp10 triliun hingga Rp15 triliun. Dari sisi tenor dan risk averse, pihaknya memprediksi SPN akan diburu.

“Sementara dari imbal hasil, PBS007 cukup menarik sepertinya,” jelasnya.

Fikri menilai investor asing mulai bergerak ke pasar Indonesia. Akan tetapi, diperkirakan merekan akan lebih dulu masuk ke instrumen surat utang negara (SUN) dibandingkan dengan SBSN.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), kepemilikan asing di SBSN yang dapat diperdagangkan senilai Rp27,03 triliun. Posisi itu menyusut dari akhir tahun lalu senilai Rp28,44 triliun.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai investor asing masih cenderung wait and see untuk masuk ke pasar obligasi Indonesia.

Menurutnya, faktor perkembangan penyebaran Covid-19 dan kembali memanasnya hubungan Amerika Serikat dan China menjadi pertimbangan.

Nico berharap penawaran yang masuk dalam lelang SBSN akan lebih tinggi dari biasanya. Pihaknya mengharapkan penawaran yang masuk bisa di sekitar Rp20 triliun hingga Rp30 triliun.

“Kami melihat Rp20 triliun—Rp30 triliun cukup menjadi angin segar di tengah kondisi saat ini,” jelasnya.


Tulisan diatas juga dapat dilihat pada tautan berikut:
https://market.bisnis.com/read/20200504/92/1236263/permintaan-diprediksi-membaik-lelang-sukuk-selasa-55-bakal-laris

Comments

Popular posts from this blog

Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997)_Review

Thomas M. Humphrey Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997) Terdapatnya hubungan antara market price dengan money’s value in terms of goods Quantity Theory of Money Demand Fisher mecoba menjelaskan hubungan antara total quantity of money (M) dan jumlah total spending terhadap final goods and services yang diproduksi dalam perekonomian (yang dipengaruhi oleh tingat harga, P; dan aggregate output,Y). Sementara velocity of money (V) merupakan total spending (P×Y) dibagi quantity of money (M), atau; Saat money market berada di equilibrium (M = Md), menggunakan k sebagairepresentasi dari 1/V (constant); Fisher juga menjelaskan bahwa demand for money dipengaruhi oleh; 1) Oleh evel transaksi disebabkan oleh level of nominal income (PY) 2) Oleh institusi dalam perekonomian yang disebabkan oleh bagaimana masyarakat melakukan transaksi (yang akan mempengaruhi V, dan seterusnya, k) Fisher; public’s real demand for money terutama mengacu pada domestic price level Wicksell; non-monetary de...

test-test existing of philips curve in Indonesia

Philips Curve (berdasarkan Solikin, 2004) I.    p = m + g p e + d Ygap + ε     Keterangan;       p ;            inflasi actual p e ;          ekspektasi inflasi (menggunakan Hodrick-Prescot filter) Y gap ;    GDPriil gap (GDPriil – GDPriilexpected) 1.                 Full Sampel - Data Tahunan (1961-2010) Dependent Variable: CPIINF Method: Least Squares Date: 03/18/11   Time: 17:55 Sample: 1961 2010 Included observations: 50 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.   ...

Investor Takut, Penawaran di Lelang SUN Menciut

Bisnis.com, JAKARTA — Kekhawatiran investor terhadap penanganan penyebaran COVID-19 di Indonesia membuat jumlah penawaran yang masuk dalam lelang surat utang negara (SUN) kian menciut. Dalam lelang yang digelar hari ini, Selasa (14/4/2020), total penawaran yang masuk mencapai Rp27,65 triliun. Jumlah itu merupakan yang terendah sepanjang tahun berjalan. Total nominal yang dimenangkan pemerintah dalam lelang tersebut mencapai Rp16,88 triliun. Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan angka penawaran yang rendah dalam lelang SUN hari ini disebabkan kekhawatiran investor terhadap penanganan COVID-19 di Indonesia. Terlebih, berbagai upaya yang dilakukan belum membuat kurva penyebaran melandai. “Hal ini dikhawatirkan akan memperpanjang risiko perekonomian dan recovery Indonesia,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (14/4/2020). Fikri menilai minimnya penawaran yang masuk dalam lelang SUN bukan disebabkan oleh risk appetite. Menurutnya, SUN semestikan r...