Skip to main content

Sentimen Suku Bunga bakal Kerek Harga SUN

JAKARTA, investor.id – Harga surat utang negara (SUN) sepanjang pekan ini diproyeksi naik, seiring dengan sentimen dalam negeri terkait rapat Bank Indonesia (BI) yang dikabarkan akan memotong suku bunga acuan. Associate Director of Research and Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, pertemuan yang akan dilakukan oleh BI akan membawa angin segar untuk pergerakan harga SUN pekan ini, meskipun dengan tingkat suku bunga yang sekarang sudah lebih dari cukup. “Pemotongan dapat dilanjutkan apabila situasi dan kondisi sudah lebih stabil untuk mendorong perekonomian,” kata dia kepada Investor Daily, Minggu (17/5). 

Kemudian, dari sisi global, beberapa data ekonomi Amerika semisal new home sales diperkirakan turun, diikuti dengan MBA mortgage application. Selain itu, terdapat data ekonomi yang dicermati oleh para pelaku pasar, yakni GDP annualized QoQ yang kemungkinan juga turun. “Tidak berhenti sampai di situ, berikutnya data mengenai personal consumption, spending, dan income akan mengalami hal yang sama. Dengan demikian, dalam sepekan depan, sentimen ini akan menjadi perhatian utama pelaku pasar,” ujar dia.

Dari Eropa, akan muncul data mengenai inflasi dan consumer confidence. Sentimen ini akan menjadi perhatian utama di tengah situasi dan kondisi yang saat ini tengah menekan Eropa. Saat ini, Eropa tengah berusaha untuk menaikkan tingkat inflasi. Sedangkan dari Tiongkok, bakal ada data mengenai industrial profit. Data ini akan menjadi perhatian utama, apakah perekonomian negara tersebut mulai pulih atau tidak. Sebab, sejauh ini perekonomian Tiongkok mulai kembali menggeliat. Sementara itu, dari Jepang, pelaku pasar menanti data ekonomi terkait all industry activity index yang diproyeksikan turun. Kemudian, inflasi di negara tersebut dan tingkat pengangguran juga menjadi perhatian. “Namun, yang menentukan adalah retail sales yang berpotensi kembali turun. Buruknya data ekonomi Jepang mungkin akan memberikan tekanan terhadap pasar Asia,” jelas Nico.

Kemudian, pekan ini juga akan dilakukan lelang surat berharga syariah negara atau sukuk negara pada 18 Mei 2020. Nico menilai bahwa transaksi lelang pekan ini berpotensi mengalami peningkatan karena merupakan yang terakhir menjelang Lebaran. Lelang sukuk bisa menjadi pilihan bagi pelaku pasar yang ingin mendapatkan obligasi dengan tingkat volatilitas rendah. “Kami tentu menantikan bahwa lelang ini akan menjadi lelang yang menyedot perhatian, apalagi ada pertemuan BI. Selain itu, apabila memang benar ada pemotongan tingkat suku bunga, tentu saja harga obligasi memiliki potensi untuk naik,” tutur dia. 

Berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, lelang SUN pekan ini memiliki target indikatif sebesar Rp 7 triliun. Terdapat seri new issuance SPN-S 19112020 serta seri reopening yakni PBS-002, PBS-026, PBS-023, PBS-004, dan PBS-005. Secara rinci, untuk seri new issuance memiliki jatuh tempo 19 November 2020, sedangkan lima seri lainnya merupakan reopening memiliki jatuh tempo 15 Januari 2022, 15 Oktober 2024, 15 Mei 2030, 15 Februari 2037, dan 15 April 2043. Dari seri tersebut, Nico melihat bahwa seri PBS-023 akan menarik perhatian pelaku pasar karena tenornya pendek dan kupon tinggi. Sementara itu, imbal hasil (yield) SUN diproyeksikan turun ke level 7,05-7,35% untuk tenor 5 tahun, 7,7-7,9% untuk tenor 10 tahun, 8,1-8,2% untuk tenor 15 tahun, dan 8-8,25% untuk tenor 20 tahun. 

Pendapat berbeda disampaikan oleh ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C Permana. Menurut dia, harga SUN sepekan ini berpotensi bergerak stabil dengan kecenderungan sedikit menurun. Untuk yield SUN bertenor 5 tahun diperkirakan sebesar 7-7,35% dan tenor 10 tahun sebesar 7,65-7,9%. Sementara itu, permintaan dalam lelang surat berharga syariah negara diperkirakan cukup stabil. Hal itu didorong oleh permintaan dari domestik yang diyakini semakin banyak, khususnya dari sektor perbankan dan BI. “Faktor pendorong lainnya karena yield yang dirasa cukup kompetitif, dengan kemungkinan menurun dalam beberapa waktu mendatang. Untuk seri yang akan menjadi perhatian adalah SPN-S 19112020 dan PBS-023,” ujar Fikri. 


Sumber : Investor Daily


Tulisan diatas juga dapat dilihat pada:

Comments

Popular posts from this blog

Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997)_Review

Thomas M. Humphrey Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997) Terdapatnya hubungan antara market price dengan money’s value in terms of goods Quantity Theory of Money Demand Fisher mecoba menjelaskan hubungan antara total quantity of money (M) dan jumlah total spending terhadap final goods and services yang diproduksi dalam perekonomian (yang dipengaruhi oleh tingat harga, P; dan aggregate output,Y). Sementara velocity of money (V) merupakan total spending (P×Y) dibagi quantity of money (M), atau; Saat money market berada di equilibrium (M = Md), menggunakan k sebagairepresentasi dari 1/V (constant); Fisher juga menjelaskan bahwa demand for money dipengaruhi oleh; 1) Oleh evel transaksi disebabkan oleh level of nominal income (PY) 2) Oleh institusi dalam perekonomian yang disebabkan oleh bagaimana masyarakat melakukan transaksi (yang akan mempengaruhi V, dan seterusnya, k) Fisher; public’s real demand for money terutama mengacu pada domestic price level Wicksell; non-monetary de...

test-test existing of philips curve in Indonesia

Philips Curve (berdasarkan Solikin, 2004) I.    p = m + g p e + d Ygap + ε     Keterangan;       p ;            inflasi actual p e ;          ekspektasi inflasi (menggunakan Hodrick-Prescot filter) Y gap ;    GDPriil gap (GDPriil – GDPriilexpected) 1.                 Full Sampel - Data Tahunan (1961-2010) Dependent Variable: CPIINF Method: Least Squares Date: 03/18/11   Time: 17:55 Sample: 1961 2010 Included observations: 50 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.   ...

Investor Takut, Penawaran di Lelang SUN Menciut

Bisnis.com, JAKARTA — Kekhawatiran investor terhadap penanganan penyebaran COVID-19 di Indonesia membuat jumlah penawaran yang masuk dalam lelang surat utang negara (SUN) kian menciut. Dalam lelang yang digelar hari ini, Selasa (14/4/2020), total penawaran yang masuk mencapai Rp27,65 triliun. Jumlah itu merupakan yang terendah sepanjang tahun berjalan. Total nominal yang dimenangkan pemerintah dalam lelang tersebut mencapai Rp16,88 triliun. Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan angka penawaran yang rendah dalam lelang SUN hari ini disebabkan kekhawatiran investor terhadap penanganan COVID-19 di Indonesia. Terlebih, berbagai upaya yang dilakukan belum membuat kurva penyebaran melandai. “Hal ini dikhawatirkan akan memperpanjang risiko perekonomian dan recovery Indonesia,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (14/4/2020). Fikri menilai minimnya penawaran yang masuk dalam lelang SUN bukan disebabkan oleh risk appetite. Menurutnya, SUN semestikan r...