Skip to main content

Ekonom Pefindo: Penambahan volume utang di saat ini memang diperlukan

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pemerintah melakukan penambahan volume pinjaman guna menambal pengeluaran masih dianggap masuk akal. Terlebih di tengah pandemi virus corona seperti saat ini.

Seperti diketahui, pemerintah berniat melakukan penambahan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) domestik dan SBN valuta asing (valas) senilai US$ 10 miliar - US$ 12 miliar. Selain itu, pemerintah juga akan melakukan penambahan pinjaman dari development partners, baik bilateral dan multilateral sebesar US$ 6 miliar - US$ 8 miliar.

Head of Economics Research Pefindo Fikri C. Permana menilai, keputusan pemerintah untuk melakukan penambahan pada saat seperti ini merupakan keputusan yang masuk akal.

Terlebih, penerimaan negara dapat dipastikan akan menurun, di saat yang sama pengeluaran pemerintah juga meningkat. Dengan adanya upsize pinjaman ini, pemerintah tentu tidak bisa menghindari beban bunga utang yang besar di masa depan.

"Beban utang di masa depan pastinya akan meningkat seiring dengan kenaikan utang saat ini. Namun jika alokasinya tepat, saya pikir pengorbanan utang ini akan lebih baik, dibandingkan hanya menerima keadaan apa adanya, atau opportunity cost-nya masih akan lebih rendah," kata dia, Kamis (7/5).

Namun demikian, pemerintah harus dapat mempertanggungjawabkan penggunaannya serta memastikan bahwa alokasinya tepat sasaran.

Pasalnya, hal ini akan sangat berpengaruh kepada reputasi serta sikap warga negara, khususnya dalam menjaga sektor ekonomi tetap berjalan dan tax ratio di masa depan dapat ditingkatkan.

Fikri memproyeksi, apabila pada masa yang datang pertumbuhan ekonomi dan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak masyarakat bisa lebih baik, maka beban utang di masa depan dapat lebih cepat diselesaikan.

Ia melanjutkan, cukup atau tidaknya besaran nilai utang yang ditetapkan oleh pemerintah akan bergantung pada tujuan penggunaannya sendiri.

"Namun catatan saya, mungkin saat ini alokasi untuk alat-alat dan tenaga kesehatan perlu ditingkatkan. Sementara untuk mengatasi dampak lanjutan pandemi, khususnya upaya untuk mendorong perekonomian, pemerintah juga bisa menambah insentif untuk meningkatkan aspek daya beli masyarakat dan mendorong investasi," paparnya.

Untuk penyaluran bantuan sosial (bansos) dengan jangka waktu tiga bulan yang saat ini sudah berjalan, Fikri merasa volumenya cukup untuk menopang konsumsi pada kuartal II-2020.

"Tapi kalau pandemi terus berlanjut, sektor investasi belum membaik, serta lapangan pekerjaan baru belum tersedia, mungkin bansos atau bantuan langsung tunai (BLT) lain perlu diberikan kembali," kata Fikri.




Tulisan diatas juga dapat dilihat pada tautan berikut:
https://nasional.kontan.co.id/news/ekonom-pefindo-penambahan-volume-utang-di-saat-ini-memang-diperlukan?page=2

Comments

Popular posts from this blog

Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997)_Review

Thomas M. Humphrey Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997) Terdapatnya hubungan antara market price dengan money’s value in terms of goods Quantity Theory of Money Demand Fisher mecoba menjelaskan hubungan antara total quantity of money (M) dan jumlah total spending terhadap final goods and services yang diproduksi dalam perekonomian (yang dipengaruhi oleh tingat harga, P; dan aggregate output,Y). Sementara velocity of money (V) merupakan total spending (P×Y) dibagi quantity of money (M), atau; Saat money market berada di equilibrium (M = Md), menggunakan k sebagairepresentasi dari 1/V (constant); Fisher juga menjelaskan bahwa demand for money dipengaruhi oleh; 1) Oleh evel transaksi disebabkan oleh level of nominal income (PY) 2) Oleh institusi dalam perekonomian yang disebabkan oleh bagaimana masyarakat melakukan transaksi (yang akan mempengaruhi V, dan seterusnya, k) Fisher; public’s real demand for money terutama mengacu pada domestic price level Wicksell; non-monetary de...

test-test existing of philips curve in Indonesia

Philips Curve (berdasarkan Solikin, 2004) I.    p = m + g p e + d Ygap + ε     Keterangan;       p ;            inflasi actual p e ;          ekspektasi inflasi (menggunakan Hodrick-Prescot filter) Y gap ;    GDPriil gap (GDPriil – GDPriilexpected) 1.                 Full Sampel - Data Tahunan (1961-2010) Dependent Variable: CPIINF Method: Least Squares Date: 03/18/11   Time: 17:55 Sample: 1961 2010 Included observations: 50 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.   ...

Investor Takut, Penawaran di Lelang SUN Menciut

Bisnis.com, JAKARTA — Kekhawatiran investor terhadap penanganan penyebaran COVID-19 di Indonesia membuat jumlah penawaran yang masuk dalam lelang surat utang negara (SUN) kian menciut. Dalam lelang yang digelar hari ini, Selasa (14/4/2020), total penawaran yang masuk mencapai Rp27,65 triliun. Jumlah itu merupakan yang terendah sepanjang tahun berjalan. Total nominal yang dimenangkan pemerintah dalam lelang tersebut mencapai Rp16,88 triliun. Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan angka penawaran yang rendah dalam lelang SUN hari ini disebabkan kekhawatiran investor terhadap penanganan COVID-19 di Indonesia. Terlebih, berbagai upaya yang dilakukan belum membuat kurva penyebaran melandai. “Hal ini dikhawatirkan akan memperpanjang risiko perekonomian dan recovery Indonesia,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (14/4/2020). Fikri menilai minimnya penawaran yang masuk dalam lelang SUN bukan disebabkan oleh risk appetite. Menurutnya, SUN semestikan r...