Skip to main content

Pefindo: BI Pangkas Bunga Acuan 25 bps Paling Lambat Februari

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga rating dalam negeri, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan masih ada ruang bagi Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,7% pada Januari atau selambatnya Februari 2020.

Bank Indonesia tengah menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) Rabu-Kamis, 22 - 23 Januari. Pada 19 Desember 2019, BI mempertahankan suku bunga acuan di 5%, dari sebelumnya 21 November dan 24 Oktober. Pada 19 September, BI menetapkan suku bunga di level 5,25%, turun dari 5,50% level pada 22 Agustus 2019.

Head of Economy Research Pefindo Fikri C Permana mengatakan kebijakan moneter longgar atau dovish bisa ditempuh otoritas moneter dengan mempertimbangkan kondisi nilai tukar rupiah yang menguat, cadangan devisa yang cukup tinggi sebesar US$ 129 miliar dan neraca perdagangan yang masih positif.

"Masih sangat mungkin untuk melihat kemungkinan turun, kalau tidak Januari atau Februari 25 basis poin," kata Fikri Permana kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Kamis (23/1/2020).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat masih akan mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate di 5%. Dari 10 ekonom yang terlibat dalam pembentukan konsensus, hanya dua yang meramal suku bunga acuan diturunkan 25 basis poin (bps) menjadi 4,75%.

Pefindo, memproyeksikan, sepanjang tahun ini BI masih punya ruang menurunkan bunga acuan hingga 50 basis poin menjadi 4,5%.

Hal ini, kata Fikri, mengingat mengingat tingkat inflasi yang masih rendah dan pertumbuhan kredit perbankan masih tumbuh stagnan. Sedangkan, PDB Indonesia yang masih ajeg tumbuh di kisaran 5%.

"Sikap BI masih akan akomodatif, stance-nya juga masih akan dovish," kata Fikri menambahkan.

Di sisi lain, kata dia, real return Indonesia masih positif dibandingkan dengan AS. Real return ini membandingkan tingkat suku bunga acuan dengan inflasi.

Amerika Serikat dengan tingkat suku bunga 1,75% dan inflasi 2% real return-nya tentu negatif. Sedangkan Indonesia dengan suku bunga acuan 5% dan inflasi di bawah 3% real return masih positif di level 2-2,5%.


Tulisan diatas juga dapat dibaca pada tautan berikut:

cnbcindonesia.com/market/20200123094420-17-132085/pefindo-bi-pangkas-bunga-acuan-25-bps-paling-lambat-februari

Comments

Popular posts from this blog

Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997)_Review

Thomas M. Humphrey Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997) Terdapatnya hubungan antara market price dengan money’s value in terms of goods Quantity Theory of Money Demand Fisher mecoba menjelaskan hubungan antara total quantity of money (M) dan jumlah total spending terhadap final goods and services yang diproduksi dalam perekonomian (yang dipengaruhi oleh tingat harga, P; dan aggregate output,Y). Sementara velocity of money (V) merupakan total spending (P×Y) dibagi quantity of money (M), atau; Saat money market berada di equilibrium (M = Md), menggunakan k sebagairepresentasi dari 1/V (constant); Fisher juga menjelaskan bahwa demand for money dipengaruhi oleh; 1) Oleh evel transaksi disebabkan oleh level of nominal income (PY) 2) Oleh institusi dalam perekonomian yang disebabkan oleh bagaimana masyarakat melakukan transaksi (yang akan mempengaruhi V, dan seterusnya, k) Fisher; public’s real demand for money terutama mengacu pada domestic price level Wicksell; non-monetary de...

test-test existing of philips curve in Indonesia

Philips Curve (berdasarkan Solikin, 2004) I.    p = m + g p e + d Ygap + ε     Keterangan;       p ;            inflasi actual p e ;          ekspektasi inflasi (menggunakan Hodrick-Prescot filter) Y gap ;    GDPriil gap (GDPriil – GDPriilexpected) 1.                 Full Sampel - Data Tahunan (1961-2010) Dependent Variable: CPIINF Method: Least Squares Date: 03/18/11   Time: 17:55 Sample: 1961 2010 Included observations: 50 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.   ...

Investor Takut, Penawaran di Lelang SUN Menciut

Bisnis.com, JAKARTA — Kekhawatiran investor terhadap penanganan penyebaran COVID-19 di Indonesia membuat jumlah penawaran yang masuk dalam lelang surat utang negara (SUN) kian menciut. Dalam lelang yang digelar hari ini, Selasa (14/4/2020), total penawaran yang masuk mencapai Rp27,65 triliun. Jumlah itu merupakan yang terendah sepanjang tahun berjalan. Total nominal yang dimenangkan pemerintah dalam lelang tersebut mencapai Rp16,88 triliun. Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan angka penawaran yang rendah dalam lelang SUN hari ini disebabkan kekhawatiran investor terhadap penanganan COVID-19 di Indonesia. Terlebih, berbagai upaya yang dilakukan belum membuat kurva penyebaran melandai. “Hal ini dikhawatirkan akan memperpanjang risiko perekonomian dan recovery Indonesia,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (14/4/2020). Fikri menilai minimnya penawaran yang masuk dalam lelang SUN bukan disebabkan oleh risk appetite. Menurutnya, SUN semestikan r...