Skip to main content

Permintaan lelang SUN masih berpeluang mencapai Rp 30 triliun

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Semakin surutnya permintaan Surat Utang Negara (SUN) saat ini, disebabkan oleh berbagai faktor. Selain permintaan yang turun, kondisi ekonomi baik global maupun domestik juga menjadi salah satu faktornya. Namun, permintaan SUN masih berpeluang untuk naik ke depan.

Penurunan minat SUN tampak pada lelang hari ini, Selasa (21/5). Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemkeu), total penawaran lelang Surat Utang Negara (SUN) mencapai Rp 26,20 triliun. Tapi, pemerintah hanya memenangkan Rp 10,80 triliun dari total penawaran masuk. Angka ini pun lebih rendah daripada target indikatif Rp 15 triliun.

Ekonom Pefindo Fikri C Permana Pefindo mengungkapkan ada dua hal yang menyebabkan jumlah serapan SUN pemerintah per 21 Mei hanya Rp 10,8 triliun. Pertama, karena permintaan relatif lebih kecil dari biasanya di atas Rp 30 triliun. Bahkan, bandingkan dengan dua minggu lalu saat tensi trade war mulai memanas, permintaan lelang SUN menyentuh level Rp 32,95 triliun.

Kedua, karena faktor yield yang meningkat signifikan. Dibandingkan dengan lelang 7 Mei dengan tenor 10 tahun FR0078, yield terendah yang masuk sebesar 7,90%, dan yield tertinggi mencapai 8,11%, sedangkan yield tertimbang dimenangkan 7,98%.

Sedangkan untuk lelang kali ini, diketahui yield terendah yang masuk 8,07%, yield tertinggi 8,23%, sedangkan untuk yield tertimbang dimenangkan 8,09%. Berkaca dari kondisi tersebut, Fikri menilai sudah sewajarnya kondisi tersebut pada lelang SUN kali ini.

Setidaknya beberapa faktor menjadi pendorong, seperti kondisi politik di dalam negeri, dan kondisi geopolitik global, khususnya didorong eskalasi trade war antara AS dengan China. "Ini mendorong terjadinya flight to quality, dan mendorong risiko negara berkembang (termasuk Indonesia) meningkat, tergambar dari CDS Indonesia yang meningkat," jelas Fikri kepada Kontan.co.id, Selasa (21/5).

Selain itu, harga minyak dunia (khususnya brent) masih berada di atas US$ 70 per barel. Akibatnya, nilai tukar rupiah turut tertekan dan berada di atas Rp 14.400 per dollar AS. Selanjutnya, depresiasi nilai tukar rupiah juga menjadikan asing meningkatkan ekspektasi return terhadap SUN dalam dollar AS.

Di sisi lain, alasan turunnya SUN yang dimenangkan dinilai Fikri lantaran adanya pilihan penerbitan SUN lain, seperti private placement FR0074 yg dilakukan pada 20 Mei lalu, dan PBS012 pada 21 Mei, ada juga penerbitan Samurai Bond pada 15 Mei.

Meskipun begitu, Fikri optimistis ke depan permintaan lelang SUN masih akan meningkat. Syaratnya, besok atau dalam beberapa waktu ke depan keadaan politik domestik akan semakin kondusif. Selain itu, nilai tukar rupiah bisa relatif stabil atau terjaga di rentang Rp 14.400 - Rp14.600 per dollar AS, atau bahkan dapat terapresiasi lebih baik.

"Kami pikir permintaan terhadap SUN dalam negeri akan meningkat lagi, setidaknya ke nilai Rp 30 triliun-Rp 50 triliun, atau bahkan ke angka Rp 90 triliun, seiring dengan yield SUN yang seharusnya sudah sangat menarik," tandas Fikri.



Tulisan diatas juga dapat dilihat pada tautan berikut:

Comments

Popular posts from this blog

Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997)_Review

Thomas M. Humphrey Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997) Terdapatnya hubungan antara market price dengan money’s value in terms of goods Quantity Theory of Money Demand Fisher mecoba menjelaskan hubungan antara total quantity of money (M) dan jumlah total spending terhadap final goods and services yang diproduksi dalam perekonomian (yang dipengaruhi oleh tingat harga, P; dan aggregate output,Y). Sementara velocity of money (V) merupakan total spending (P×Y) dibagi quantity of money (M), atau; Saat money market berada di equilibrium (M = Md), menggunakan k sebagairepresentasi dari 1/V (constant); Fisher juga menjelaskan bahwa demand for money dipengaruhi oleh; 1) Oleh evel transaksi disebabkan oleh level of nominal income (PY) 2) Oleh institusi dalam perekonomian yang disebabkan oleh bagaimana masyarakat melakukan transaksi (yang akan mempengaruhi V, dan seterusnya, k) Fisher; public’s real demand for money terutama mengacu pada domestic price level Wicksell; non-monetary de...

test-test existing of philips curve in Indonesia

Philips Curve (berdasarkan Solikin, 2004) I.    p = m + g p e + d Ygap + ε     Keterangan;       p ;            inflasi actual p e ;          ekspektasi inflasi (menggunakan Hodrick-Prescot filter) Y gap ;    GDPriil gap (GDPriil – GDPriilexpected) 1.                 Full Sampel - Data Tahunan (1961-2010) Dependent Variable: CPIINF Method: Least Squares Date: 03/18/11   Time: 17:55 Sample: 1961 2010 Included observations: 50 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.   ...

Investor Takut, Penawaran di Lelang SUN Menciut

Bisnis.com, JAKARTA — Kekhawatiran investor terhadap penanganan penyebaran COVID-19 di Indonesia membuat jumlah penawaran yang masuk dalam lelang surat utang negara (SUN) kian menciut. Dalam lelang yang digelar hari ini, Selasa (14/4/2020), total penawaran yang masuk mencapai Rp27,65 triliun. Jumlah itu merupakan yang terendah sepanjang tahun berjalan. Total nominal yang dimenangkan pemerintah dalam lelang tersebut mencapai Rp16,88 triliun. Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan angka penawaran yang rendah dalam lelang SUN hari ini disebabkan kekhawatiran investor terhadap penanganan COVID-19 di Indonesia. Terlebih, berbagai upaya yang dilakukan belum membuat kurva penyebaran melandai. “Hal ini dikhawatirkan akan memperpanjang risiko perekonomian dan recovery Indonesia,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (14/4/2020). Fikri menilai minimnya penawaran yang masuk dalam lelang SUN bukan disebabkan oleh risk appetite. Menurutnya, SUN semestikan r...