Skip to main content

Penerbitan obligasi korporasi berpeluang ramai di sisa tahun ini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan obligasi korporasi tetap memiliki prospek yang cerah di sisa tahun ini. Terlebih lagi, di luar sentimen politik, pasar obligasi Indonesia masih cukup kondusif sejauh ini.

Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana menyampaikan, potensi penurunan yield Surat Utang Negara (SUN) lebih lanjut masih bisa terjadi usai kuartal pertama. Suku bunga acuan pun juga berpeluang turun pada tahun ini. Alhasil, perusahaan penerbit obligasi bisa bernapas lega karena beban bunga yang ditanggung juga dapat berkurang.

Lantas, ia memperkirakan, puncak penerbitan obligasi korporasi akan terjadi di kuartal III dan IV nanti. Untuk kuartal II, potensi peningkatan jumlah penerbitan obligasi korporasi masih terbuka namun cenderung terbatas. Penyebabnya karena waktu perdagangan yang lebih sedikit seiring kelangsungan bulan Ramadan dan libur lebaran.

Dia melanjutkan, isu perlambatan ekonomi global kemungkinan akan menjadi tantangan selanjutnya yang dihadapi penerbit obligasi korporasi selepas kuartal pertama. “Hanya saja efek sentimen ini akan sangat bergantung pada kondisi perusahaan yang bersangkutan,” kata Fikri, Jumat (12/4).
Lagi pula, jika pertumbuhan ekonomi Indonesia masih sesuai ekspektasi, penerbitan obligasi korporasi akan tetap ramai.

Potensi perlambatan ekonomi global pun dapat memengaruhi kegiatan ekspor dan impor Indonesia. Makanya, Rio Ariansyah, Senior VP & Head of Investment Recapital Asset Management menyarankan agar investor mencermati obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan bisnis seperti itu.

Kinerja perusahaan berorientasi impor bisa terganggu apabila kurs rupiah melemah akibat efek perlambatan ekonomi global. Sebaliknya, perlambatan ekonomi global juga dapat mengurangi permintaan produk dari luar negeri sehingga merugikan bagi perusahaan berorientasi ekspor. “Apabila kinerja perusahaan seperti ini melemah, peringkat utangnya juga terancam dipangkas,” jelas Rio, hari ini.

Sekadar catatan, berdasarkan data statistik mingguan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai penerbitan obligasi korporasi per 22 Maret 2019 tercatat sebesar Rp 21,82 triliun. Data ini memang belum merangkum hingga satu kuartal penuh. Namun jika ditelusuri, angka tersebut tetap memperlihatkan tren penurunan. Sebab, di kuartal pertama tahun lalu, realisasi penerbitan obligasi korporasi mencapai Rp 29,39 triliun.

Tulisan diatas juga dapat diakses pada link berikut:


Comments

Popular posts from this blog

Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997)_Review

Thomas M. Humphrey Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997) Terdapatnya hubungan antara market price dengan money’s value in terms of goods Quantity Theory of Money Demand Fisher mecoba menjelaskan hubungan antara total quantity of money (M) dan jumlah total spending terhadap final goods and services yang diproduksi dalam perekonomian (yang dipengaruhi oleh tingat harga, P; dan aggregate output,Y). Sementara velocity of money (V) merupakan total spending (P×Y) dibagi quantity of money (M), atau; Saat money market berada di equilibrium (M = Md), menggunakan k sebagairepresentasi dari 1/V (constant); Fisher juga menjelaskan bahwa demand for money dipengaruhi oleh; 1) Oleh evel transaksi disebabkan oleh level of nominal income (PY) 2) Oleh institusi dalam perekonomian yang disebabkan oleh bagaimana masyarakat melakukan transaksi (yang akan mempengaruhi V, dan seterusnya, k) Fisher; public’s real demand for money terutama mengacu pada domestic price level Wicksell; non-monetary de...

test-test existing of philips curve in Indonesia

Philips Curve (berdasarkan Solikin, 2004) I.    p = m + g p e + d Ygap + ε     Keterangan;       p ;            inflasi actual p e ;          ekspektasi inflasi (menggunakan Hodrick-Prescot filter) Y gap ;    GDPriil gap (GDPriil – GDPriilexpected) 1.                 Full Sampel - Data Tahunan (1961-2010) Dependent Variable: CPIINF Method: Least Squares Date: 03/18/11   Time: 17:55 Sample: 1961 2010 Included observations: 50 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.   ...

Investor Takut, Penawaran di Lelang SUN Menciut

Bisnis.com, JAKARTA — Kekhawatiran investor terhadap penanganan penyebaran COVID-19 di Indonesia membuat jumlah penawaran yang masuk dalam lelang surat utang negara (SUN) kian menciut. Dalam lelang yang digelar hari ini, Selasa (14/4/2020), total penawaran yang masuk mencapai Rp27,65 triliun. Jumlah itu merupakan yang terendah sepanjang tahun berjalan. Total nominal yang dimenangkan pemerintah dalam lelang tersebut mencapai Rp16,88 triliun. Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan angka penawaran yang rendah dalam lelang SUN hari ini disebabkan kekhawatiran investor terhadap penanganan COVID-19 di Indonesia. Terlebih, berbagai upaya yang dilakukan belum membuat kurva penyebaran melandai. “Hal ini dikhawatirkan akan memperpanjang risiko perekonomian dan recovery Indonesia,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (14/4/2020). Fikri menilai minimnya penawaran yang masuk dalam lelang SUN bukan disebabkan oleh risk appetite. Menurutnya, SUN semestikan r...