Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2019

Pelemahan rupiah turut menurunkan nilai penawaran lelang sukuk hari ini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat investor untuk mengikuti lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara yang berlangsung Selasa (30/4) mengalami penurunan. Tekanan terhadap nilai tukar rupiah disinyalir menjadi penyebab penurunan permintaan dari investor. Mengutip keterangan Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu, nilai penawaran yang masuk pada lelang sukuk negara hari ini tercatat sebesar Rp 13,26 triliun. Jumlah tersebut turun dibandingkan lelang sukuk negara pada 16 April lalu. Saat itu, total penawaran yang masuk mencapai Rp 18,51 triliun. Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana menyampaikan, tren pelemahan rupiah yang sudah berlangsung lebih dari sepekan cukup mempengaruhi minat investor di lelang sukuk negara kali ini. Salah satu penyebab pelemahan rupiah adalah lonjakan harga minyak dunia. Hal ini berpotensi memperberat beban impor migas Indonesia dalam waktu dekat. Apalagi, di bulan Ramadan kebutuhan akan minyak biasanya meningkat. ...

Penerbitan SBN lewat private placement cenderung melambat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walau menjadi fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan investor tertentu, penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) melalui private placement cenderung melambat di empat bulan pertama tahun 2019. Berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu, sejak awal tahun hingga 23 April lalu baru ada 4 seri SBN yang diterbitkan lewat mekanisme private placement dengan nilai kumulatif sebesar Rp 5,64 triliun. Padahal, di kuartal empat tahun lalu, pemerintah cukup gencar menerbitkan SBN lewat private placement. Tercatat ada 8 seri SBN dengan total nilai Rp 12 triliun yang terbit melalui private placement. Analis Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra menyampaikan, rendahnya frekuensi dan nilai private placement SBN sejauh ini lebih disebabkan oleh target dan realisasi penerbitan SBN yang tergolong tinggi melalui lelang secara reguler. Hal ini sejalan dengan kebijakan front loading yang dilakukan oleh pemerintah dengan lebih menggenjot pe...

Pasar kondusif, lelang SUN berlangsung ramai

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah mampu meraup dana senilai Rp 23,40 triliun dari total penawaran yang masuk sebesar Rp 41,76 triliun pada lelang Surat Utang Negara (SUN), Selasa (23/4). Kondisi pasar obligasi domestik yang lebih stabil membuat penawaran masuk di lelang kali ini tergolong tinggi. Sebagai perbandingan, pada lelang SUN sebelumnya yakni 9 April lalu, nilai penawaran yang masuk hanya mencapai Rp 31,84 triliun. Alhasil, nominal yang dapat diserap pemerintah juga lebih rendah yakni Rp 15,72 triliun. Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana menilai, pemilu yang berjalan lancar cukup mempengaruhi minat investor pada lelang SUN hari ini. Apalagi, keberadaan agenda politik nyatanya tidak berdampak negatif bagi pergerakan yield SUN di pasar sekunder. Rupiah pun masih bergerak di kisaran yang aman bagi para investor. Di samping itu, investor juga merasa nyaman untuk mengikuti lelang lantaran sentimen global terbilang minim dalam beberapa hari terakhir. “...

Minat pada SBN ritel diproyeksikan tetap ramai, pemerintah akan terbitkan ST003

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hasil penjualan surat utang ritel yang selalu mencapai target indikatif pemerintah, membuat pemerintah tetap yakin akan rutin menawarkan surat utang ritel. Hasil penjualan surat utang ritel sejak Januari hingga April cenderung turun. Tapi, analis memproyeksikan minat investor pada surat utang ritel akan selalu ada. Senin (22/4), Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menetapkan hasil penjualan Saving Bond Ritel (SBR) seri SBR006 sebesar Rp 2,26 triliun. Sebagai perbandingan, hasil penjualan SBR005 mencapai Rp 4 triliun. Analis obligasi BNI Sekuritas Ariawan memproyeksikan, minat surat utang ritel ke depan akan tetap ada dan terus membaik, baik dari jumlah hasil penjualan dan jumlah investor baru. Selama surat utang ritel diterbitkan, Ariawan menilai instrumen investasi ini telah tepat sasaran. Pemesanan di SBR006 mayoritas rentang pemesanan Rp 1 juta hingga 10 juta dengan rata-rata volume pemesanan yang cukup renda...

Hasil penjualan SBR006 lebih rendah daripada SBR005

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan Saving Bond Ritel (SBR) seri SBR006 berhasil melebihi target indikatif pemerintah. Tapi jika dibandingkan dengan penjualan SBR005, nilai penjualan dan jumlah investornya menurun. Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menetapkan hasil penjualan SBR006 sebesar Rp 2,26 triliun, melebihi target indikatif sebesar Rp 2 triliun. Namun, jika dibandingkan dengan penjualan SBR005 di awal tahun yang mencapai Rp 4 triliun, penjualan SBR006 jadi kalah jauh. Demikian juga dengan total jumlah investor SBR006 yang mencapai 9.520 investor. Sebagai perbandingan total investor SBR005 mencapai 16.966 investor. Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kemkeu Loto Srinaita Ginting mengatakan, meski terjadi penurunan bila dibandingkan seri sebelumnya, secara umum ia menganggap capaian SBR006 sukses karena melebihi target indikatif tiap penerbitan surat utang ritel yang sebesar Rp 2 triliun. Loto juga menegaskan karena tuju...

Kenaikan harga minyak mengancam rupiah

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak yang semakin tinggi mempengaruhi rupiah bergerak melemah terhadap dollar AS. Mengutip Bloomberg di pasar spot, Senin (22/4), rupiah tercatat melemah 0,24% ke Rp 14.078 per dollar AS. Sementara, pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) rupiah tercatat melemah 0,28% ke Rp 14.056 per dollar AS. Fikri C. Permana, ekonom Pefindo mengatakan pelemahan rupiah hari ini terjadi karena mendapat pengaruh dari ketakutan investor pada memburuknya current account deficit atau neraca transaksi berjalan akibat harga minyak yang semakin melambung. "Harga minyak brent naik dari US$ 71 per barel menjadi sempat ke US$ 74 per barel di tengah hari ini dan kini ditutup US$ 73 per barel," kata Fikri, Senin (22/4). Harga minyak yang naik ini membuat investor khawatir neraca dagang Indonesia bisa kembali negatif dan memperburuk CAD. Sementara, dari dalam negeri, Fikri tidak melihat ada data domestik yang keluar dan memberi pengaruh pada pergerakan rupiah. Untu...

Hitung Cepat Pengaruhi Pergerakan Pasar Obligasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemilihan Umum 2019 telah selesai dilaksanakan pada Rabu (17/4) lalu. Berbagai lembaga survei pun merilis hasil penghitungan suara berdasarkan metode quick count atau hitung cepat. Hasil sementara ini pun memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap pasar obligasi di Tanah Air. Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana melihat terjadinya penurunan yield Surat Utang Negara (SUN). "Yield SUN 10 tahun (acuan) turun drastis dari 7,65 persen di Selasa (16/4) ke 7,58 persen pada Kamis (18/4). Meski demikian dari sisi aliran modal, menurut Fikri, belum ada kesimpulan apapun karena memang waktunya masih singkat. Di samping lelang juga baru akan diadakan pada pekan depan. Fikri memperkirakan, antusiasme investor asing baru akan terlihat pergerakannya pada lelang pekan depan. Antusiasme dilihat dari banyaknya permintaan di pasar primer. Apabila Pemilu 2019 dimenangkan oleh petahana, Fikri melihat, dalam jangka pendek pasar akan r...

Penurunan Outstanding SBN Milik Asing : Kepercayaan Diri Asing Tidak Berkurang

Bisnis.com, JAKARTA — Kepercayaan diri investor asing terhadap pasar surat berharga negara (SBN) dalam negeri diyakini tidak berkurang, kendati pada awal April 2019 ini cenderung turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, hingga Senin (15/4/2019), kepemilikan investor asing pada SBN mencapai Rp953,14 triliun. Nilai ini turun Rp13,98 triliun dibandingkan dengan posisi akhir Maret 2019 lalu yang senilai Rp967,12 triliun. Penurunan paling tajam tercatat pada Senin (15/4/2019) yang dalam sehari turun sebesar Rp15,26 triliun. Ini merupakan pencatatan atas hasil transaksi 2 hari sebelumnya, mengingat sistem pencatatan data transaksi SBN menganut sistem T+2. Kendati demikian, turunnya kepemilikan investor asing ini tidak menimbulkan gejolak di pasar, sebab penurunan bukan terjadi karena aksi jual asing, tetapi karena adanya surat utang yang jatuh tempo mencapai Rp61,88 triliun pada hari...

Hasi lelang SBSN sukses meski penyerapan pemerintah turun

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang pemilihan umum (Pemilu) pelaku pasar tetap stabil masuk ke lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara, Selasa (16/4). Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, jumlah penawaran yang masuk pada lelang SBSN, Selasa (16/4) sebesar Rp 18,52 triliun. Minat pelaku pasar pada lelang kali ini cenderung stabil karena jumlah penawaran yang masuk pada lelang SBSN dua pekan sebelumnya berjumlah Rp 18,41 triliun. Pengamat Pasar Obligasi Anil Kumar mengatakan stabilnya jumlah penawaran yang masuk jelang Pemilu merupakan hasil yang baik. Sementara, dalam lelang kali ini justru penyerapan pemerintah yang menurun dari Rp 8,03 triliun di lelang dua pekan lalu menjadi Rp 6,06 triliun. Fikri C. Permana, Ekonom Pefindo mengatakan di tengah ketidakpastian akibat Pemilu pemerintah jadi membatasi penyerapan untuk menjaga yield agar tidak melambung. "Dengan permintaan pelaku pasar yang lebih keci...

Jelang Pemilu, rupiah berbalik melemah

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang pemilihan umum, rupiah ditutup melemah karena pelaku pasar cenderung berjaga-jaga. Mengutip Bloomberg, Selasa (16/4) di pasar spot rupiah melemah 0,16% ke Rp 14.085 per dollar AS. Sementara, pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) rupiah tercatat menguat 0,01% ke Rp 14.066 per dollar AS. "Hari ini melemah karena asing relatif jaga-jaga buat pemilu besok," kata Fikri C. Permana Ekonom Pefindo, Selasa (16/4). Padahal, secara fundamental Fikri mengatakan ekonomi domestik sedang dalam kondisi baik. Di awal pekan neraca perdagangan Indonesia periode Maret 2019 surplus US$ 540 juta. Kenaikan tersebut melanjutkan data positif neraca dagang di Februari yang juga surplus sebesar US$ 330 juta. "Tak heran bila kemarin apresiasi rupiah cukup kuat dan kali ini pelaku pasar cenderung berjaga-jaga saja," kata Fikri. Untuk perdagangan, Kamis (18/4), Fikri memproyeksikan pergerakan rupiah cenderung stabil karena Jumat (19/4) libur dan membuat wa...

Penerbitan obligasi korporasi berpeluang ramai di sisa tahun ini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Penerbitan obligasi korporasi tetap memiliki prospek yang cerah di sisa tahun ini. Terlebih lagi, di luar sentimen politik, pasar obligasi Indonesia masih cukup kondusif sejauh ini. Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana menyampaikan, potensi penurunan  yield  Surat Utang Negara (SUN) lebih lanjut masih bisa terjadi usai kuartal pertama. Suku bunga acuan pun juga berpeluang turun pada tahun ini. Alhasil, perusahaan penerbit obligasi bisa bernapas lega karena beban bunga yang ditanggung juga dapat berkurang. Lantas, ia memperkirakan, puncak penerbitan obligasi korporasi akan terjadi di kuartal III dan IV nanti. Untuk kuartal II, potensi peningkatan jumlah penerbitan obligasi korporasi masih terbuka namun cenderung terbatas. Penyebabnya karena waktu perdagangan yang lebih sedikit seiring kelangsungan bulan Ramadan dan libur lebaran. Dia melanjutkan, isu perlambatan ekonomi global kemungkinan akan menjadi tantangan s...

Rupiah mendapat energi dari kemajuan negosiasi perdagangan AS-China

KONTAN.CO.ID - JAKARTA . Perundingan penyelesaian perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang semakin jelas terlihat kemajuannya memberi dampak positif pada semua mata uang dunia, termasuk rupiah. Mengutip  Bloomberg , Kamis (11/4) rupiah menguat tipis 0,09% ke Rp 14.140 per dollar AS. Sementara, pada kurs tengah Bank Indonesia, rupiah cenderung stabil dengan hanya melemah 0,007% ke Rp 14.156 per dollar AS. Fikri C. Permana Ekonom Pefindo mengatakan pergerakan rupiah yang cenderung berkonsolidasi ini mendapat sentimen positif dari perundingan perdagangan AS dengan China yang naga-naganya akan segera damai. Dari dalam negeri, rupiah mendapat tenaga dari data neraca dagang periode Februari 2019 yang surplus US$ 330 juta. "Jika neraca dagang bulan Maret 2019 kembali surplus maka harusnya rupiah akan semakin menguat," kata Fikri, Kamis (11/4). Namun, untuk perdagangan Jumat (12/4), Fikri memproyeksikan rupiah masih akan bergerak stabil di rentang Rp 14.100 ...

Risiko eksternal mereda, tren yield SUN mulai menurun

KONTAN.CO.ID - JAKARTA . Meredanya sentimen-sentimen negatif dari eksternal berpengaruh besar terhadap tren penurunan  yield  surat utang negara (SUN) akhir-akhir ini. Namun,  yield  SUN masih rentan bergerak volatil seiring makin dekatnya pelaksanaan pemilihan umum. Mengutip  Bloomberg ,  yield  SUN seri acuan tenor 10 tahun sempat menyentuh level 7,545% pada Jumat (5/4) lalu. Ini merupakan level terendah untuk tahun 2019. Namun, pada Senin (8/4),  yield  SUN 10 tahun kembali naik ke level 7,607%. Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management Eric Sutedja menuturkan, penurunan  yield  SUN sangat dipengaruhi oleh negosiasi dagang antara AS dan China yang terus menunjukkan arah yang positif. Saat ini, mayoritas poin perjanjian sudah disepakati oleh kedua belah pihak sehingga tensi perang dagang makin berkurang. Selain itu, pasar obligasi domestik juga masih merasakan euforia atas sikap  dovish  yang dit...

Pemilu Beri Efek Relaksasi Pada Pasar Keuangan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ajang Pemilihan Umum (Pemilu) dinilai memberikan efek relaksasi pada pasar keuangan Tanah air. Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C Permana melihat, di pasar primer khususnya, investor cenderung menahan pembelian. "Begitupun dengan issuer (pemerintah) dalam menerbitkan SBN (Surat Berharga Negara)," ujar Fikri saat dihubungi Republika.co.id, Senin (8/4). Bagi investor, menurut Fikri, kecenderungan untuk mengambil keputusan investasi di tengah ketidakpastian dari sisi politik seperti pemilu tampaknya akan menjadi pilihan seiring dengan penantian hasil nantinya. Bercermin dari dua periode Pemilu sebelumnya, 2009 dan 2014, perilaku relaksasi, yang dilakukan hanya berdampak antara dua minggu sebelum dan dua minggu setelah waktu pemilihan. Hal tersebut khususnya sangat terlihat di pasar sekunder. Merujuk pada data yang dirilis dari laman resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), terlihat bahwa pad...

Kupon Turun, Ekonom: SBR006 Masih Menarik di Mata Investor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan dan Pembiayaan Risiko (DJPPR) baru saja meluncurkan Surat Utang Negara (SUN) Saving Bond Retail (SBR) seri SBR006. Kupon minimal yang ditawarkan untuk seri ini sebesar 7,95 persen. Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana menilai, meski imbal hasil tidak sebesar seri sebelumnya, SBR006 tetap bisa menarik minat para investor untuk membeli. Menurutnya, imbal hasil tersebut masih sangat menguntungkan bagi investor apalagi di tengah kondisi yield global dan domestik yang cenderung mengalami penurunan. "Dari karakter produknya sendiri saya berkesimpulan return-nya masih akan sangat menarik," kata Fikri saat dihubungi  Republika , Senin (1/4). Fikri menambahkan, SBR006 masih jauh lebih menarik dibandingkan dengan produk investasi lain dengan karakter yang sama. Fikri mencontohkan Surat Utang  Negara 2 tahun (SPN12200313) yang dimenangkan di 26 Maret lalu hanya memilik...

Hasil negosiasi dagang dan inflasi akan menggerakkan rupiah

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Sentimen eksternal tetap mempengaruhi pergerakan rupiah. Tetapi, awal pekan ini, data inflasi akan turut memberi sentimen laju rupiah. Pada perdagangan akhir pekan lalu, rupiah ditutup stagnan di Rp 14.242 per dollar Amerika Serikat. Sepanjang sepekan, mata uang garuda melemah 0,55%. Analis Monex Investondo Fitures, Ahmad Yudiawan mengatakan, kelanjutan negosiasi dagang AS dan China akan mempengaruhi mata uang. Sementara pertemuan kedua negara ini rampung akhir pekan lalu, investor menunggu sampai ada penandatanganan perjanjian. Kesepakatan diperkirakan terjadi akhir April, tetapi bisa hingga Juni jika proses lebih lama. Tetapi, Fikri C Permana, ekonom Pefindo, melihat, belum ada sentimen besar yang mendorong rupiah hari ini. Tetapi, pasar akan memperhatikan hasil data inflasi yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini. Menurut Fikri, inflasi Maret masih akan terjaga di level 2,9%. "Jika benar inflasi masih terjaga, rupiah masih akan berg...