Skip to main content

Ruang Penurunan Suku Bunga Terbuka, Korporasi Lebih Giat Emisi Obligasi

Bisnis.com, JAKARTA —  Korporasi diperkirakan lebih bersemangat menerbitkan obligasi pada paru kedua tahun ini dengan potensi biaya dana yang lebih efisien atas terbukanya ruang penurunan suku bunga BI 7DRR.

Analis Pefindo Fikri C. Permana mengatakan downside risk pertumbuhan ekonomi  global domestik mengindikasikan penurunan spread yield SUN dan yield US Treasury. Sehingga yield dan kupon SUN serta surat utang korporasi juga diharapkan menurun.

Namun, kata dia, dampak tersebut baru terlihat 1 bulan-2 bulan mendatang atau  bahkan baru terlihat pada kuartal IV/2019. Hal tersebut dengan mempertimbangkan elastisitas cost of fund, perilaku penerbit dan investor serta hal-hal lain yang mesti diperhatikan di pasar keuangan.

“Secara global turunnya donwside risk pertumbuhan ekonomi, yield surat utang negara utama [khususnya US Treasury] serta kemungkinan penurunan Fed rate tampaknya telah diikuti juga dengan downside risk pertumbuhan ekonomi domestik, yield SUN dan juga kemungkinan penurunan BI 7-DRR dalam waktu mendatang,” jelasnya Kamis (13/6/2019).

Analis Fixed Income Danareksa Amir Dalimunthe mengatakan, penurunan suku bunga biasanya diikuti juga oleh penurunan yield obligasi pemerintah dan korporasi kendati dengan laju penurunan yang berbeda. Lazimnya yield obligasi korporasi lebih lambat karena tidak selikuid obligasi pemerintah. 

Selain itu, instrumen SUN semakin atraktif bagi investor global sejalan dengan peningkatan rating Indonesia dan menguatnya peluang penurunan suku bunga AS.

“Kondisi global memang masih dipenuhi ketidakpastian, tetapi kedua supporting factors di atas diharapkan dapat menjaga level yield SUN atau malah mendukung terjadinya penurunan yield.  Potensi penurunan yield tersebut bisa menjadi peluang bagi emiten untuk mendapatkan cost of fund yang lebih optimal,” jelasnya.

Penerbitan obligasi korporasi berpotensi kembali menguat dengan potensi permintaan untuk reinvestment dari investor.  Mengingat pada semester II/2019, total obligasi korporasi yang jatuh tempo diperkirakan senilai Rp46 triliun. 

Amir mengatakan, emisi obligasi korporasi pada2019 sedikit berbeda dibanidngkan tahun lalu. Apabila dilihat berdasarkan tenor penerbitan, pada 2018 tenor 3-tahun dan 5-tahun mencatatkan nominal penerbitan yang paling besar sedangkan selama hampir paruh pertama tahun ini, tenor 3 tahun dan 1 tahun-lah yang paling marak.

Menurutnya, hal ini mengindikasikan emiten berusaha menjaga level kupon obligasi dengan memperpendek tenor. Dia meyakini jika yield obligasi pemerintah tahun ini kembali turun, kemungkinan minat emiten untuk menerbitkan tenor yang lebih panjang (terutama 5 tahun) akan meningkat kembali.

Dia berpandangan untuk semester II/2019, pasar memang masih akan menghadapi ketidakpastian global terutama terkait perang dagang, tetapi pandangan mengenai arah suku bunga sudah berubah menjadi lebih dovish dibandingkan dengan 2018. 



Tulisan diatas dapat dilihat pada tautan berikut:
https://market.bisnis.com/read/20190613/92/933540/ruang-penurunan-suku-bunga-terbuka-korporasi-lebih-giat-emisi-obligasi

Comments

Popular posts from this blog

Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997)_Review

Thomas M. Humphrey Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997) Terdapatnya hubungan antara market price dengan money’s value in terms of goods Quantity Theory of Money Demand Fisher mecoba menjelaskan hubungan antara total quantity of money (M) dan jumlah total spending terhadap final goods and services yang diproduksi dalam perekonomian (yang dipengaruhi oleh tingat harga, P; dan aggregate output,Y). Sementara velocity of money (V) merupakan total spending (P×Y) dibagi quantity of money (M), atau; Saat money market berada di equilibrium (M = Md), menggunakan k sebagairepresentasi dari 1/V (constant); Fisher juga menjelaskan bahwa demand for money dipengaruhi oleh; 1) Oleh evel transaksi disebabkan oleh level of nominal income (PY) 2) Oleh institusi dalam perekonomian yang disebabkan oleh bagaimana masyarakat melakukan transaksi (yang akan mempengaruhi V, dan seterusnya, k) Fisher; public’s real demand for money terutama mengacu pada domestic price level Wicksell; non-monetary de...

test-test existing of philips curve in Indonesia

Philips Curve (berdasarkan Solikin, 2004) I.    p = m + g p e + d Ygap + ε     Keterangan;       p ;            inflasi actual p e ;          ekspektasi inflasi (menggunakan Hodrick-Prescot filter) Y gap ;    GDPriil gap (GDPriil – GDPriilexpected) 1.                 Full Sampel - Data Tahunan (1961-2010) Dependent Variable: CPIINF Method: Least Squares Date: 03/18/11   Time: 17:55 Sample: 1961 2010 Included observations: 50 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.   ...

Investor Takut, Penawaran di Lelang SUN Menciut

Bisnis.com, JAKARTA — Kekhawatiran investor terhadap penanganan penyebaran COVID-19 di Indonesia membuat jumlah penawaran yang masuk dalam lelang surat utang negara (SUN) kian menciut. Dalam lelang yang digelar hari ini, Selasa (14/4/2020), total penawaran yang masuk mencapai Rp27,65 triliun. Jumlah itu merupakan yang terendah sepanjang tahun berjalan. Total nominal yang dimenangkan pemerintah dalam lelang tersebut mencapai Rp16,88 triliun. Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan angka penawaran yang rendah dalam lelang SUN hari ini disebabkan kekhawatiran investor terhadap penanganan COVID-19 di Indonesia. Terlebih, berbagai upaya yang dilakukan belum membuat kurva penyebaran melandai. “Hal ini dikhawatirkan akan memperpanjang risiko perekonomian dan recovery Indonesia,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (14/4/2020). Fikri menilai minimnya penawaran yang masuk dalam lelang SUN bukan disebabkan oleh risk appetite. Menurutnya, SUN semestikan r...