Skip to main content

CDS Indonesia masih berpotensi berbalik arah, ini penyebabnya

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Credit Default Swap (CDS) atau indeks persepsi risiko investasi milik Indonesia masih berpotensi mengalami tren kenaikan dalam beberapa waktu ke depan. Jika itu terjadi, artinya persepsi risiko investasi Indonesia tampak memburuk.

Pengamat pasar modal Anil Kumar beralasan, potensi penurunan suku bunga acuan AS belum tentu membawa angin segar bagi persepsi risiko investasi dalam negeri. Sebab, peluang diberlakukannya kebijakan tersebut oleh The Fed lebih disebabkan oleh ancaman perlambatan ekonomi global.

“Risiko global justru akan meningkat kalau The Fed menurunkan suku bunga acuan dan mungkin baru akan stabil lagi jika penurunan tersebut dihentikan,” terangnya, akhir pekan lalu.

Di samping itu, pergerakan CDS Indonesia ke depannya akan sangat dipengaruhi oleh sentimen perang dagang AS dan China.

Namun, sentimen ini bukan lagi seputar perkembangan perang tarif impor antar kedua negara tersebut, melainkan efek setelah kebijakan kenaikan biaya impor tersebut diberlakukan.

“Karena perang kebijakan kenaikan impor sudah sulit dihindari, hal yang akan dicermati ke depannya adalah negara-negara mana saja yang diuntungkan atau dirugikan oleh kebijakan tersebut,” ungkap Anil.

Menurut dia, CDS suatu negara dapat bergerak naik manakala perang dagang AS dan China membawa kerugian dari sisi ekonomi.

Namun, jika suatu negara mampu bertahan dan mengambil keuntungan dari situasi perang dagang, besar kemungkinan CDS negara tersebut akan mengalami penurunan.

Sementara itu, Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana melihat, isu perang dagang seharusnya sudah bisa di price-in oleh para pelaku pasar global, termasuk di Indonesia. Terlebih lagi, konflik antara AS dan China sudah berlangsung sejak tahun lalu.

“Kalaupun tensi perang dagang kembali meningkat, dampaknya ke CDS Indonesia hanya akan bersifat sementara,” kata dia, Jumat (14/6).

Sebagai informasi, berdasarkan data Bloomberg, Jumat lalu CDS Indonesia tenor 5 tahun berada di level 102,84. Angka tersebut sebenarnya meningkat bila dibandingkan sehari sebelumnya di level 102,34.

Namun, nilai CDS tenor 5 tahun terkini memperlihatkan tren penurunan jika dihitung dari akhir Mei lalu yang berada di level 114,31.



Tulisan diatas juga dapat dilihat pada tautan berikut:
https://investasi.kontan.co.id/news/cds-indonesia-masih-berpotensi-berbalik-arah-ini-penyebabnya

Comments

Popular posts from this blog

Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997)_Review

Thomas M. Humphrey Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997) Terdapatnya hubungan antara market price dengan money’s value in terms of goods Quantity Theory of Money Demand Fisher mecoba menjelaskan hubungan antara total quantity of money (M) dan jumlah total spending terhadap final goods and services yang diproduksi dalam perekonomian (yang dipengaruhi oleh tingat harga, P; dan aggregate output,Y). Sementara velocity of money (V) merupakan total spending (P×Y) dibagi quantity of money (M), atau; Saat money market berada di equilibrium (M = Md), menggunakan k sebagairepresentasi dari 1/V (constant); Fisher juga menjelaskan bahwa demand for money dipengaruhi oleh; 1) Oleh evel transaksi disebabkan oleh level of nominal income (PY) 2) Oleh institusi dalam perekonomian yang disebabkan oleh bagaimana masyarakat melakukan transaksi (yang akan mempengaruhi V, dan seterusnya, k) Fisher; public’s real demand for money terutama mengacu pada domestic price level Wicksell; non-monetary de...

test-test existing of philips curve in Indonesia

Philips Curve (berdasarkan Solikin, 2004) I.    p = m + g p e + d Ygap + ε     Keterangan;       p ;            inflasi actual p e ;          ekspektasi inflasi (menggunakan Hodrick-Prescot filter) Y gap ;    GDPriil gap (GDPriil – GDPriilexpected) 1.                 Full Sampel - Data Tahunan (1961-2010) Dependent Variable: CPIINF Method: Least Squares Date: 03/18/11   Time: 17:55 Sample: 1961 2010 Included observations: 50 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.   ...

Investor Takut, Penawaran di Lelang SUN Menciut

Bisnis.com, JAKARTA — Kekhawatiran investor terhadap penanganan penyebaran COVID-19 di Indonesia membuat jumlah penawaran yang masuk dalam lelang surat utang negara (SUN) kian menciut. Dalam lelang yang digelar hari ini, Selasa (14/4/2020), total penawaran yang masuk mencapai Rp27,65 triliun. Jumlah itu merupakan yang terendah sepanjang tahun berjalan. Total nominal yang dimenangkan pemerintah dalam lelang tersebut mencapai Rp16,88 triliun. Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan angka penawaran yang rendah dalam lelang SUN hari ini disebabkan kekhawatiran investor terhadap penanganan COVID-19 di Indonesia. Terlebih, berbagai upaya yang dilakukan belum membuat kurva penyebaran melandai. “Hal ini dikhawatirkan akan memperpanjang risiko perekonomian dan recovery Indonesia,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (14/4/2020). Fikri menilai minimnya penawaran yang masuk dalam lelang SUN bukan disebabkan oleh risk appetite. Menurutnya, SUN semestikan r...