Skip to main content

Sentimen eksternal sedikit membaik, persepsi risiko Indonesia menurun

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persepsi risiko investasi Indonesia perlahan mulai menunjukkan perbaikan memasuki bulan Juni. Hal ini ditunjukkan oleh penurunan angka Credit Default Swap (CDS) atau indeks persepsi risiko investasi.

Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (14/6) lalu CDS Indonesia tenor 5 tahun berada di level 102,84. Angka tersebut sebenarnya meningkat bila dibandingkan sehari sebelumnya di level 102,34. Namun, nilai CDS tenor 5 tahun terkini memperlihatkan tren penurunan jika dihitung dari akhir Mei 2019 lalu yang berada di level 114,31.

Setali tiga uang, CDS tenor 10 tahun milik Indonesia juga turun dari level 187,00 pada 31 Mei 2019 menjadi 170,05 pada Kamis (13/6) lalu.

Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana menilai, ketidakpastian global sebenarnya masih ada seiring potensi perlambatan ekonomi AS dan China akibat perang dagang antara kedua negara tersebut.

Namun, di sisi lain, tekanan untuk sementara sedikit mereda karena potensi perlambatan ekonomi global justru kian memperkuat indikasi penurunan suku bunga acuan AS oleh The Federal Reserves. Hal ini tentu menguntungkan bagi pasar keuangan di negara-negara emerging market.

Jika diperhatikan, bukan Indonesia saja yang merasakan tren penurunan CDS. Negara kawasan Asia lainnya seperti India juga mengalami penurunan CDS tenor 5 tahun dari level 81,41 pada akhir Mei lalu menjadi 79,74 pada Kamis (13/6).

Khusus di Indonesia, penurunan CDS juga didukung oleh kenaikan peringkat utang dari BBB- menjadi BBB oleh Standard & Poor's.

Fikri menambahkan, penurunan CDS turut membantu perbaikan pasar obligasi dalam negeri. “Spread yield AS dan Indonesia juga menipis akibat penurunan yield SUN,” ujar dia, Jumat (14/6).

Tak hanya itu, tren CDS Indonesia yang menurun juga diyakini akan membuat minat investor asing untuk masuk ke pasar obligasi domestik kembali meningkat.

Mengutip data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu, nilai kepemilikan asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) perlahan bertambah Rp 2,87 triliun menjadi Rp 952,43 triliun pada Kamis (13/6) lalu.

Pengamat pasar modal, Anil Kumar menyampaikan, investor obligasi yang sudah berada di pasar dapat mulai melakukan aksi ambil untung mengingat harga SUN mulai membaik di tengah penurunan CDS Indonesia.

Di sisi lain, investor yang belum mengambil posisi beli ada baiknya sedikit bersabar lantaran ancaman ketidakpastian global masih bisa muncul dalam waktu dekat.


Tulisan diatas dapat dibaca pada tautan berikut:
https://investasi.kontan.co.id/news/sentimen-eksternal-sedikit-membaik-persepsi-risiko-indonesia-menurun

Comments

Popular posts from this blog

Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997)_Review

Thomas M. Humphrey Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997) Terdapatnya hubungan antara market price dengan money’s value in terms of goods Quantity Theory of Money Demand Fisher mecoba menjelaskan hubungan antara total quantity of money (M) dan jumlah total spending terhadap final goods and services yang diproduksi dalam perekonomian (yang dipengaruhi oleh tingat harga, P; dan aggregate output,Y). Sementara velocity of money (V) merupakan total spending (P×Y) dibagi quantity of money (M), atau; Saat money market berada di equilibrium (M = Md), menggunakan k sebagairepresentasi dari 1/V (constant); Fisher juga menjelaskan bahwa demand for money dipengaruhi oleh; 1) Oleh evel transaksi disebabkan oleh level of nominal income (PY) 2) Oleh institusi dalam perekonomian yang disebabkan oleh bagaimana masyarakat melakukan transaksi (yang akan mempengaruhi V, dan seterusnya, k) Fisher; public’s real demand for money terutama mengacu pada domestic price level Wicksell; non-monetary de...

test-test existing of philips curve in Indonesia

Philips Curve (berdasarkan Solikin, 2004) I.    p = m + g p e + d Ygap + ε     Keterangan;       p ;            inflasi actual p e ;          ekspektasi inflasi (menggunakan Hodrick-Prescot filter) Y gap ;    GDPriil gap (GDPriil – GDPriilexpected) 1.                 Full Sampel - Data Tahunan (1961-2010) Dependent Variable: CPIINF Method: Least Squares Date: 03/18/11   Time: 17:55 Sample: 1961 2010 Included observations: 50 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.   ...

Investor Takut, Penawaran di Lelang SUN Menciut

Bisnis.com, JAKARTA — Kekhawatiran investor terhadap penanganan penyebaran COVID-19 di Indonesia membuat jumlah penawaran yang masuk dalam lelang surat utang negara (SUN) kian menciut. Dalam lelang yang digelar hari ini, Selasa (14/4/2020), total penawaran yang masuk mencapai Rp27,65 triliun. Jumlah itu merupakan yang terendah sepanjang tahun berjalan. Total nominal yang dimenangkan pemerintah dalam lelang tersebut mencapai Rp16,88 triliun. Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan angka penawaran yang rendah dalam lelang SUN hari ini disebabkan kekhawatiran investor terhadap penanganan COVID-19 di Indonesia. Terlebih, berbagai upaya yang dilakukan belum membuat kurva penyebaran melandai. “Hal ini dikhawatirkan akan memperpanjang risiko perekonomian dan recovery Indonesia,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (14/4/2020). Fikri menilai minimnya penawaran yang masuk dalam lelang SUN bukan disebabkan oleh risk appetite. Menurutnya, SUN semestikan r...