Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2019

Peluang Emisi Obligasi Global Kian Terbuka

Bisnis.com,  JAKARTA—Stabilnya kondisi ekonomi global memberi peluang bagi korporasi dalam negeri untuk menjajaki peluang penerbitan obligasi global tahun ini, setelah sepanjang tahun lalu mengalami tekanan bisnis karena volatilitas global. Fikri C. Permana, Ekonomi Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo mengatakan risiko global kini makin rendah karena The Fed menunjukkan sikap yang semakin dovish terhadap kebijakan suku bunganya. The Fed berpotensi tidak lagi menaikkan suku bunganya tahun ini. Hal tersebut meredakan gejolak global dan mendorong kinerja mata uang rupiah lebih stabil, seiring mulai beralihnya investor asing ke pasar negara-negara berkembang. Secara umum, kondisi ekonomi domestik pun akan stabil tahun ini, sehingga menjadi momentum yang baik untuk berekspansi. Inflasi cukup rendah dan Bank Indonesia pun kemungkinan akan menurunkan suku bunga acuan tahun ini. Fikri mengatakan, kondisi ini dapat dimanfaatkan korporasi untuk menjajaki sumber pembiayaan luar n...

FR0079 Masuk JP Morgan GBI EM Broad Index, Pasar SUN Ditopang Sentimen Baru

Bisnis.com, JAKARTA — Masuknya surat utang negara seri FR0079 ke dalam JP Morgan GBI EM Broad Index berpotensi memperkuat kinerja pasar SUN. Namun, sejumlah langkah pemerintah yang cenderung berlebihan menambah supply seri ini dinilai justru mengurangi potensi penguatannya. Seri FR0079 merupakan seri acuan baru tahun ini untuk tenor 20 tahun. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, outstandingnya baru Rp22,25 triliun. Masuknya seri ini ke dalam JP Morgan GBI EM Broad Index akan menyebabkan meningkatnya permintaan atas seri ini di pasar. Fikri C. Permana, Ekonom Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo, mengatakan masuknya seri ini memang berpotensi mendongkrak harganya. Hanya saja, bobotnya masih relatif kecil dalam indeks tersebut sehingga pengaruhnya relatif belum signifikan saat ini. “Harusnya seri ini akan dilirik oleh pasar global, cuma karena komposisinya terhadap total bobot indeks masih kecil, untuk sekarang dampaknya kelihatannya belum akan signifikan,” katanya, Rabu (2...

Ini penyebab sukuk ritel SR-011 dapat terjual lebih dari dua kali lipat target awal

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sukuk Negara Ritel seri SR-011 terbilang laris-manis. Ini terbukti dari hasil penjualannya yang diumumkan oleh pemerintah mencapai Rp 21,11 triliun. Jumlah tersebut melampaui target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp 10 triliun, atau lebih dari dua kali lipat. Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management Eric Sutedja menyampaikan, tingginya nilai penjualan SR-011 sangat dipengaruhi oleh tingkat kupon tetap sebesar 8,05%. Nilai kupon tersebut dinilai masih cukup menarik bagi investor ketimbang deposito-deposito di perbankan. Tak hanya itu, kupon SR-011 juga lebih tinggi dari yield Surat Utang Negara (SUN) untuk tenor yang serupa, yakni tiga tahun. Mengutip Bloomberg, yield SUN seri FR0061 yang bertenor tiga tahun berada di level 6,90% pada hari ini (26/3). Di samping itu, SR-011 juga mampu memikat investor berkat karakteristiknya yang dapat diperdagangkan di pasar sekunder setelah melewati holding period. Seperti SUN pada umumnya, SR...

Tren penurunan yield juga dialami oleh SUN berdenominasi dollar AS

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA.  Meredanya risiko global tak hanya memicu penurunan yield Surat Utang Negara (SUN) berdenominasi rupiah saja. SUN berdenominasi dollar AS juga ikut merasakan tren penurunan yield di awal tahun ini. Mengutip  Bloomberg,  yield INDO-29 selaku SUN valuta asing tenor 10 tahun mengalami penurunan 64 bps (ytd) menjadi 3,91% hingga Jumat (22/3). Level tersebut merupakan yang terendah sepanjang tahun ini. Sebagai perbandingan, yield SUN seri FR0078 baru turun 37 bps (ytd) ke level 7,57% hingga akhir pekan lalu. Walau tingkat penurunannya berbeda, Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana mengatakan, pada dasarnya sentimen yang mendorong penurunan yield SUN valas maupun SUN berdenominasi rupiah serupa dan saling berkaitan. Dalam hal ini, pengaruh pernyataan  dovish  dari The Federal Reserve terkait kebijakan suku bunga acuan AS cukup besar. The Fed sendiri telah memutuskan untuk tidak menaikkan suku bunga acu...

Keuntungan Investasi Obligasi Korporasi Masih Unggul

Bisnis.com, JAKARTA—Kinerja return obligasi korporasi masih konsisten mengungguli kinerja obligasi negara sepanjang tahun ini, melanjutnya tren yang terjadi sejak tahun lalu. Berdasarkan data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), per Rabu (20/3/2019) indeks obligasi korporasi INDOBeX-C Total Return tumbuh 3,88% ytd, masing lebih unggul dibandingkan indeks obligasi negara INDOBeX-G Total Return  yang tumbuh 3,81% ytd. Kinerja ini masih melanjutkan tren yang terjadi sejak tahun lalu. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, kinerja indeks obligasi korporasi bahkan jauh lebih unggul lagi dibandingkan obligasi negara. INDOBeX-C Total Return berhasil tumbuh 6,96% yoy, sedangkan INDOBeX-G Total Return hanya tumbuh 2,24% yoy. Fikri C. Permana, Ekonomi Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), mengatakan bahwa secara umum investor pasar surat utang sebenarnya lebih meminati instrumen surat utang negara (SUN), sebab minim risiko. Namun, obligasi korporasi tampaknya...

Ekonom: Prospek penerbitan global bond tahun ini cenderung stabil

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini sejumlah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berencana menerbitkan obligasi berdenominasi valuta asing (valas) alias global bond. Langkah ini dilakukan seiring kembali stabilnya likuiditas dan menguatnya kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Setidaknya ada empat BUMN yang dipastikan akan merilis global bond antara lain PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN), PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN). Ekonom Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana menilai prospek penerbitan global bond cenderung stabil jika dilaksanakan di tahun ini. Sejauh ini tujuan penerbitan global bond didorong oleh kebutuhan perusahaan penerbit surat utang terhadap dollar AS yang menentukan denominasi penerbitan utang tersebut. Sehingga saat rupiah terapresiasi atau terdepresiasi tidak terlalu berpengaruh banyak terhadap penerbitan secara umum. Katanya walaupun mungkin jika ...

FOMC dan RDG BI mendatang tidak terlalu berdampak ke pergerakan CDS Indonesia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penurunan credit default swap (CDS) Indonesia di atas kertas masih bisa berlanjut meski tengah pekan nanti akan berlangsung agenda FOMC Meeting dan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI. Namun, risiko berlanjutnya perang dagang dinilai dapat berakibat negatif bagi CDS Indonesia. Sekadar informasi, CDS mencerminkan risiko yang harus ditanggung oleh suatu negara ketika menerbitkan surat utang. Semakin turun CDS, maka risiko surat utang Indonesia dianggap juga lebih rendah. Eric Sutedja, Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management menilai, sentimen pertemuan FOMC dan BI relatif kecil pengaruhnya terhadap pergerakan CDS Indonesia. Kembali lagi, hal ini karena Federal Reserve masih cenderung bersikap dovish atas kebijakan moneter yang dilakukannya sepanjang tahun ini. BI pun kemungkinan besar akan mengikuti langkah yang diambil The Fed Di samping itu, CDS Indonesia kemungkinan juga tidak terlalu terpapar sentimen masalah Brexit yang kembali meman...

Awal Maret, kepemilikan asing di SBN sudah tembus Rp 945 triliun

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kombinasi sentimen dari dalam dan luar negeri membuat kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) terus bertambah. Berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, hingga Selasa (5/3) kepemilikan dana asing di SBN mencapai Rp 944,56 triliun. Sehari sebelumnya, dana milik investor asing di pasar obligasi negara menembus rekor di level Rp 945,88 triliun. Jika dihitung dari awal tahun, investor asing telah melakukan aksi beli SBN sebesar Rp 51,31 triliun. Lonjakan terbesar terjadi di bulan Februari lalu yang mana aksi beli investor asing di pasar obligasi negara mencapai Rp 32,8 triliun. Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana mengatakan, menggemuknya kepemilikan asing di SBN tak lepas dari berkurangnya risiko perang dagang antara AS dan China. Walau prosesnya cukup alot, kedua negara terus-menerus mengadakan pertemuan untuk membahas kebijakan tarif yang sesuai. Hal ini membuat para pelaku pasar global lebih le...

Rupiah tertekan pidato Powell

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pernyataan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell pekan lalu berhasil mengangkat kekuatan dollar Amerika Serikat (AS) di awal pekan ini. Kemarin, kurs spot rupiah turun 0,07% menjadi Rp 14.130 per dollar AS. Kurs rupiah versi kurs tengah Bank Indonesia (BI) juga melemah. Kemarin, rupiah melemah 0,26% ke Rp 14.149 per dollar AS berdasarkan kurs tengah BI. Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan, Powell menyebutkan dalam pidatonya bahwa ekonomi Amerika Serikat tetap berada pada jalur kenaikan tingkat suku bunga acuan bank sentral. "Ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga tersebut kembali muncul ini yang membuat dollar AS menguat dan rupiah melemah," kata dia kepada KONTAN, kemarin. Fikri C Permana, ekonom Pefindo, menambahkan bahwa permintaan dollar AS meningkat karena AS dan China belum juga menyelesaikan perundingan dagang. Situasi ini memicu spekulasi dan mengangkat dollar AS. Sementara, dari dalam negeri belum ada sentimen p...

The Fed kembali membangun ekspektasi kenaikan suku bunga, rupiah melemah

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell mengangkat dollar AS menguat terhadap mata uang lainnya, termasuk rupiah. Pekan lalu, Powell mengatakan meski akan lebih sabar namun The Fed tetap dalam jalur menaikkan suku bunga. Mengutip Bloomberg, di pasar spot, Senin (4/3) rupiah melemah 0,07% ke Rp 14.130 per dollar AS. Sementara, pada kurs tengah Bank Indoensia (BI), rupiah melemah 0,26% ke Rp 14.149 per dollar AS. Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan, pelemahan rupiah hari ini terjadi karena dollar AS menguat setelah Jerome Powel dalam pidatonya di akhir pekan lalu mengatakan tetap berada pada jalur kenaikan tingkat suku bunga. "Ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga AS kembali muncul ini yang membuat dollar AS menguat dan rupiah melemah," kata Yudi, Senin (3/4). Senada, Fikri C. Permana Ekonom Pefindo mengatakan, pernyataan The Fed tersebut membuat potensi kenaikan suku bunga AS muncul kembali. Apalagi, ekonomi AS yang ...

Yield SUN kembali turun akibat faktor eksternal

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Membaiknya sentimen eksternal mendorong penurunan yield Surat Utang Negara (SUN) di pasar sekunder. Mengutip Bloomberg pada Jumat (1/3), yield SUN tenor 10 tahun seri FR0078 berada di level 7,81% atau naik 2 basis point (bps). Akan tetapi, yield SUN tenor 10 tahun tetap turun setidaknya dalam dua pekan terakhir. Artinya, harga SUN menguat. Lihat saja, pada 15 Februari lalu yield SUN tenor 10 tahun masih bertengger di level 8,01% atau selisih 20 bps dari posisi di akhir pekan kemarin. Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana menyampaikan, tren penurunan yield SUN dipengaruhi oleh sentimen positif dari luar negeri. Pertama, berkurangnya risiko perang dagang setelah AS dan China terus mengadakan pertemuan secara intens untuk membahas kesepakatan perjanjian dagang. Pertemuan tersebut memang tak sepenuhnya berjalan lancar. Apalagi, Presiden AS Donald Trump beberapa kali sempat memberi pernyataan yang cenderung kontroversial terkait perkembangan neg...