Pergeseran consumer behavior telah terjadi hampir
di seluruh bagian dunia dan di tiap sektor kehidupan,
|
signifikan bagi
penyedia jasa ini di mata konsumen dan masyarakat umum (EY, 2014).
Di
Indonesia sendiri, saat ini diperkirakan terdapat 45 juta pengguna m-money (tempo tekno, 20 oktober 2014). Jumlah ini berkembang hampir 3
kali lipat hanya dalam kurun waktu satu tahun, dari 15 juta pengguna di tahun
2013 (swa, 21 november 2013).
Dengan besarnya pasar produk m-money ini, akibatnya menarik banyak
pemain yang saling bersaing. Tidak hanya sesama industri perbankan, tapi juga
industri telekomunikasi, bahkan dengan perusahaan e-commerce. Lihat saja dari 17 pemain e-money yang bisa digunakan dan telah disahkan BI di Indonesia
saat ini, hanya terdapat 9 bank. Selebihnya, terdiri dari 3 perusahaan
telekomunikasi dan 5 perusahaan kategori lainnya/e-commerce (technoasia,
27 Juni 2014).
|
||
tak terkecuali di
sektor perbankan. Pergeseran consumer
behavior setidaknya ditandai oleh tiga hal (Asia Financial Institution, 2013), yakni ;
(1) Kebutuhan
akan peningkatan layanan petugas frontline
(menjadi lebih ramah dan cepat)
(2) Kebutuhan layanan perbankan menuju layanan
yang berbentuk mobile (net-banking,
m-banking, dll)
(3) Meningkatnya kebutuhan kredit dan diversifikasi
produk (utamanya untuk menunjang pertumbuhan kelas menengah dan masyarakat
urban)
Tiga hal diatas, pada hakikatnya senada dengan
hasil survei Accenture di Amerika
Utara tahun 2014 (gambar 1). Adapun
produk yang menjawab hal ini adalah mobile
money dan branchless banking.
|
|||
Produk ini sendiri mulai
berkembang dan menyebar dengan baik ke semua belahan dunia. Contoh terbaik
penggunaan m-money di dunia sendiri
adalah negara Kenya. Melalui produk M-Pesa
(M merupakan singkatan dari mobile; dan Pesa berarti uang dalam Bahasa Swahili), dengan menggunakan
slogan “send money home”, produk
ini dengan
|
Gambar 1 : Consumer
Behaviour Survey
(Accenture, 2014)
|
Bahkan, menurut survei Accenture (2014), menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan
e-commerce seperti; Square, Paypal, Apple, Google, Amazon
dan Yahoo menjadi perusahaan yang
dikategorikan menarik oleh responden untuk dijadikan sebagai pihak penyedia
jasa perbankan di masa
|
|
sukses mencatatkan penetrasi penggunaan produk sebesar 95% dari penduduk dewasa di negara
tersebut (Worldbank, 2014). Hal ini juga ditunjang dengan jumlah agen (branchless banking) yang berjumlah
40,000 outlet (biasanya juga berfungsi sebagai penjual pulsa). Dengan semakin
berkembangnya produk ini, akibatnya GDP Kenya menjadi 3 kali lipat dan telah
menjadikan mereka sebagai salah satu negara middle-income countries hanya dalam waktu lebih kurang 7 tahun.
Tak heran memang, karena
dengan penggunaan m-money, fungsi
intermediasi perbankan semakin berjalan baik. Pengumpulan DPK pun menjadi
lebih mudah (dan murah), serta penyaluran kredit menjadi lebih gampang. Bagi
bank, tentu ini berdampak pada peningkatan fee-based income. Hal
lain yang menjadi nilai tambah produk ini adalah kemampuannya dalam meningkatkan
brand awareness dan customer engagement yang sangat
|
mendatang. Hal ini utamanya didorong oleh responden
berusia 18-34 tahun. Dimana 72% dari kelompok usia tersebut (disamping
55% kelompok usia 35-54 tahun dan 27% dari kelompok usia diatas 54 tahun)
bersedia untuk menjadikan perusahaan e-commerce
diatas sebagai “bank” bagi mereka.
Seiring dengan persaingan yang
semakin ketat, setidaknya terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan oleh
pihak perbankan dalam merebut pasar ini. Pertama,
menambah jalur dan meningkatkan intensitas interaksi antara pihak perbankan
dengan pelanggan (misalkan menambah jalur interaksi sosial media dan kerjasama
dengan perusahaan e-commerce). Kedua, menawarkan produk yang lebih
variatif dan mampu menjawab kebutuhan pelanggan, khususnya bagi kaum muda dan
masyarakat urban. Ketiga, menawarkan bantuan terkait
kebutuhan finansial (termasuk pengelolaan keuangan) bagi pelanggan secara
lebih personal. (FCP)
Telah di post di Update Makro Bulan November 2014
(14 Desember 2014, 17.00 WIB) |
Thomas M. Humphrey Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997) Terdapatnya hubungan antara market price dengan money’s value in terms of goods Quantity Theory of Money Demand Fisher mecoba menjelaskan hubungan antara total quantity of money (M) dan jumlah total spending terhadap final goods and services yang diproduksi dalam perekonomian (yang dipengaruhi oleh tingat harga, P; dan aggregate output,Y). Sementara velocity of money (V) merupakan total spending (P×Y) dibagi quantity of money (M), atau; Saat money market berada di equilibrium (M = Md), menggunakan k sebagairepresentasi dari 1/V (constant); Fisher juga menjelaskan bahwa demand for money dipengaruhi oleh; 1) Oleh evel transaksi disebabkan oleh level of nominal income (PY) 2) Oleh institusi dalam perekonomian yang disebabkan oleh bagaimana masyarakat melakukan transaksi (yang akan mempengaruhi V, dan seterusnya, k) Fisher; public’s real demand for money terutama mengacu pada domestic price level Wicksell; non-monetary de...
Comments