Sepatutnya kita bangga menjadi
bangsa Indonesia dengan alam yang indah dan kearifan lokal yang terkadang malah
tidak kita sadari. Sebut saja salah satu contohnya Rumah Makan Padang,
utamanya bila dikelola oleh masyarakat Minangkabau (kelompok masyarakat yang
berasal dari Sumatera Barat). Selain rasanya yang enak, Rumah Makan Padang
ini juga memiliki konsep price
discrimination yang sedikit “nyeleneh”.
|
mengalami fase second degree of price discrimination.
Sementara third degree of price discrimination diartikan
sebagai different purchasers are
charged different prices, but each purchaser pays a constant amount for each
unit of the good bought”. Hal ini dapat dicontohkan dengan perbedaan
harga antara satu kelompok dengan kelompok lain. Dalam artian bahwa market segmentation telah dilakukan
oleh produsen (atau
|
||
Konsep price discrimination sendiri diperkenalkan Pigou di tahun 1920.
Secara sederhana, price discrimination ditandai
dengan adanya perbedaan harga dari suatu barang yang sama (baik brand, kualitas, ataupun kuantitas)
dikarenakan suatu sebab tertentu, misal; perbedaan rasio marginal cost (Stigler
1987), dan market segmentation.
|
penjual) di awal
peluncuran (atau penjualan) produk.
Walau
pada teori nya hanya dikenal tiga bentuk degree
of price discrimination, namun nyatanya ada hal yang menarik pada rumah
makan/ Padang. Karena disadari ataupun tidak, nyatanya terdapat price discrimination bentuk lain
(penulis menyebutnya sebagai fourth
degree of price
|
||
Secara konsep, Pigou (1920)
dan Varian (1989) menyatakan ada 3 bentuk price
discrimination. Hal ini dikenal dengan
first degree of price discrimination, second
degree of price discrimination, dan third
degree of price discrimination. First
price discrimination ditandai dengan “the
seller charging a different price for each unit of the good in such a way
that the price charged for each unit is equal to the maximum willingness to
pay for that unit”. Secara sederhana, ini bisa dinyatakan dengan beda
orang, maka harga yang diberikan juga akan berbeda, tergantung pada willingness to pay orang tersebut.
Misalkan seorang yang berkecukupan akan membayar lebih tinggi dari orang lain
yang relatif pas-pasan untuk suatu barang yang sama.
Sedangkan second degree of price discrimination akan terjadi bila “differ number of units of the good bought,
but not across consumers”. Merujuk pada hal tersebut, maka jangan heran
juga saat anda membeli suatu barang yang lebih banyak, maka harga yang
diberikan per unit nya juga
akan berbeda. Jika itu memang terjadi, artinya
anda sudah
|
discrimination) khususnya yang
menjual menu nasi.
Hal ini utamanya akan terlihat
dari jumlah nasi yang diberikan. Bandingkan antara saat anda makan di tempat
(jumlah nasi biasanya akan lebih sedikit) dengan saat anda melakukan
pembelian secara takeaway. Nah,
pada saat anda meminta tambahan nasi saat makan di tempat malah anda
dikenakan tambahan biaya tambahan. Padahal sebenarnya, nasi pertama yang
disajikan ditambah dengan nasi tambahan jumlah nya sama dengan nasi saat take away. Biaya tambahan ini, bisa
disebut sebagai pseudo (atau shadow) price, dengan memanfaatkan psychology
effect dari si pembeli.
Mitosnya hal ini dikarenakan
dahulunya, pihak yang makan di tempat nasi padang adalah penjajah, sedangkan
pembeli take away adalah para
pejuang. Sehingga pseudo (atau shadow) price merupakan bentuk subsidi silang yang dilakukan penjual
dalam mendukung perjuangan. Dengan meminta biaya tambahan pada penjajah, dan
menyalurkannya pada pejuang. (FCP)
Ini di post di Update Makroekonomi - Bank Panin Bulan Oktober 2014 |
Thomas M. Humphrey Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997) Terdapatnya hubungan antara market price dengan money’s value in terms of goods Quantity Theory of Money Demand Fisher mecoba menjelaskan hubungan antara total quantity of money (M) dan jumlah total spending terhadap final goods and services yang diproduksi dalam perekonomian (yang dipengaruhi oleh tingat harga, P; dan aggregate output,Y). Sementara velocity of money (V) merupakan total spending (P×Y) dibagi quantity of money (M), atau; Saat money market berada di equilibrium (M = Md), menggunakan k sebagairepresentasi dari 1/V (constant); Fisher juga menjelaskan bahwa demand for money dipengaruhi oleh; 1) Oleh evel transaksi disebabkan oleh level of nominal income (PY) 2) Oleh institusi dalam perekonomian yang disebabkan oleh bagaimana masyarakat melakukan transaksi (yang akan mempengaruhi V, dan seterusnya, k) Fisher; public’s real demand for money terutama mengacu pada domestic price level Wicksell; non-monetary de...
Comments