Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2020

Sukuk Ritel SR012 Maih Good Deal, Namun Target Ketinggian?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski imbal hasil terus menurun, Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dinilai masih menarik bagi investor. Sukur Ritel SR012 yang baru saja diluncurkan menawarkan imbal hasil 6,3 persen, lebih rendah dari seri SR011 tahun lalu sebesar 8,05 persen. Obligasi ritel SBR009 yang diluncurkan Januari lalu punya kupon yang sama yakni 6,3 persen. Seri yang tidak bisa dijual kembali ini mencapai penjualan Rp 2,25 triliun. Analis fixed-income MNC Sekuritas, I Made Adi Saputra menyampaikan SR012 masih menarik untuk investor. Jika dibandingkan dengan suku bunga rata-rata deposito 12 bulan sebesar 5,6 persen, SR012 masih good deal. "Setelah pajak sebesar 15 persen, dalam satu tahun SR12 masih menawarkan imbal hasil sebesar 5,35 persen, dan deposito yang dikenakan pajak sebesar 20 persen imbalan per tahunnya sebesar 4,48 persen," katanya pada Republika.co.id, Selasa (25/2). Terlebih lagi, dengan adanya penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia ke level 4,...

Dibantu penguatan rupiah, SBN masih menarik di mata asing

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Tren aliran dana asing masuk ke surat berharga negara (SBN) diyakini masih akan terus menanjak ke depan. Hal tersebut, turut mendapat dukungan dari kondisi nilai tukar rupiah yang cenderung menguat terhadap dollar AS sejak akhir tahun lalu. Sebagai informasi, hingga Selasa (18/2) kepemilikan asing di SBN berada di kisaran Rp 1.067 triliun. Angka tersebut masih lebih rendah ketimbang level Senin (3/2) yang sempat menyentuh Rp 1.071 triliun. Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C Permana mengatakan dalam nominal rupiah, aliran dana asing memang turun 0,3%. Namun, jika disesuaikan dengan kurs rupiah terhadap dolar AS, cenderung terapresiasi 0,5%. "Bisa dikatakan dalam nominal dolar AS, kepemilikan asing di surat utang negara (SUN) malah meningkat," ujar Fikri kepada Kontan.co.id, Kamis (20/2). Ditambah lagi, seiring dengan kondisi mata uang garuda yang masih terapresiasi oleh greenback, maka porsi asing dalam nominal rupiah bakal me...

Rupiah Menanti Keputusan Bunga Acuan BI

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah mulai terbatas. Rabu (19/2), kurs rupiah di pasar spot melemah tipis 0,01% ke posisi Rp 13.695 per dollar Amerika Serikat (AS). Ekonom Pefindo Fikri C. Permana melihat, pergerakan rupiah dipengaruhi oleh penguatan dollar AS. Menguatnya harga minyak dunia jenis Brent juga menahan laju penguatan rupiah. Untuk hari ini (20/2), Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan memprediksi, kurs rupiah lebih disetir sentimen internal. "Pergerakan rupiah kemungkinan akan banyak dipengaruhi oleh hasil dari Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia," kata dia, kemarin. Menurut Fikri, hari ini, BI kemungkinan menurunkan suku bunga acuan Februari 2020 sebesar 25 basis poin. Saat ini, bunga acuan 7-days repo rate ada di posisi 5%. Namun, tekanan pada rupiah masih berlanjut. "Pelaku pasar masih risk aversion. Investor masih akan memburu aset safe haven," seperti dollar AS dan emas, kata Fikri. Fikri memprediksi, kurs...

Rupiah Diprediksi Kembali Berkibar

JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada Selasa ini diprediksi kembali berkibar. Senin kemarin, rupiah di pasar spot Bloomberg menguat 33 poin atau 0,24% ke level Rp13.660 per USD. Head of Economic Research Pefindo, Fikri Permana, menerangkan sentimen positif bagi rupiah karena fundamental ekonomi yang cukup kuat. Ini terbukti dari ketertarikan investor asing yang cukup besar terhadap lelang primer Surat Utang Negara (SUN) sehingga mungkin akan menyebabkan oversubscribe yang besar. "Dari sisi teknis, apresiasi rupiah pada Senin kemarin cukup kuat. Sehingga mungkin akan berlanjut di Selasa ini. Potensi kurs rupiah berada di rentang Rp13.580 hingga Rp13.680 per USD," terang Fikri di Jakarta, Selasa (18/2/2020). Meski demikian, ia menerangkan ada faktor eksternal yang bisa menghambat laju rupiah. Yaitu downside risk ekonomi dari Argentina, India, China diperkirakan bisa cukup mempengaruhi kepercayaan investor terhadap negara berkembang, termas...

Makin melek investasi, generasi milenial paling banyak memburu SBR009

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan Saving Bonds Ritel (SBR) seri SBR009 laris diburu investor. Pemerintah mengantongi penawaran mencapai Rp 2,25 triliun. Sebelumnya, pemerintah memasang target penjualan hanya Rp 2 triliun. Jumlah investor terbesar SBR009 kali ini berasal dari generasi milenial dengan jumlah 5.733 investor dari 11.247 keseluruhan investor. Generasi milenial yang dimaksud adalah masyarakat dengan rentang umur 19 tahun hingga 39 tahun. Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C Permana mengatakan, peningkatan jumlah investor milenial tidak terlepas dari gaya hidup milenial yang mulai melek investasi. “Gaya hidup milenial yang mulai melek dan memilih investasi sebagai gaya hidup menjadi faktor pendorong utamanya,” jelas Fikri pada Kontan.co.id, Senin (17/2). Jumlah investor milenial pada seri ini juga meningkat dari penerbitan seri SBR sebelumnya, SBR008. Pada seri tersebut jumlah investor milenial mencapai 51,96% dari total 10.219 investor. Artinya, ju...

Penurunan CDS Indonesia bisa berlanjut hingga akhir tahun

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Level credit default swap (CDS) Indonesia menyentuh level rendah di 119,24 pada perdagangan Rabu (12/2). Kondisi tersebut diprediksi bakal berlanjut dalam jangka panjang, sekaligus mencerminkan prospek yang lebih positif bagi pasar obligasi Tanah Air. Mengutip Bloomberg, indeks persepsi risiko investasi di surat utang negara (SUN) untuk tenor 10 tahun tercatat turun masih berada di 121,28 pada Selasa (11/2) dan 123,55 di awal pekan. Menurut Head of Economic Research Pefindo Fikri C Permana penurunan CDS domestik menunjukkan bahwa investor menganggap risiko berinvestasi di Tanah Air saat ini lebih rendah. "Penurunan tersebut juga mencerminkan penurunan persepsi risiko investor global terhadap risiko ekonomi domestik," ungkap Fikri kepada Kontan.co.id, Rabu (12/2). Apalagi, di tengah ketidakpastian global akibat penyebaran virus corona berpotensi menekan kondisi ekonomi global secara keseluruhan. Risiko investasi di Indonesia dinilai lebih positif,...

Prospek Stabil, Capital Inflow Bisa Kembali Mengalir

Bisnis.com, JAKARTA - Aliran modal asing diperkirakan akan kembai masuk melalui pasar obligasi seiring penegasan peringkat dari lembaga pemeringkat Moody's Investor Service. Ekonom Pefindo Fikri C. Permana mengatkan peringkat yang disematkan Moody's di Baa2 dengan outlook stabil menegaskan stabilitas perekonomian Indonesia. Hal itu menandakan kondisi fundamental perekonomian Indonesia tetap terjaga sepanjang tahun lalu. Fikri menerangkan, peringkat dari Moody's juga mencerminkan pengelolaan utang yang baik sehingga tingkat risiko tetap stabil. Dia menyebut, hal itu akan menarik minat investor asing terhadap pasar Surat Utang Negara (SUN) yang diterbitkan pemerintah. “Hal ini juga akan berdampak pada kembali meningkatnya tingkat kepemilikan asing pada surat utang Indonesia,” ujar Fikri kepada Bisnis.com, Selasa (11/2/2020). Kendati demikian, Fikri menyebut, laju aliran modal asing (capital inflow) diperkirakan tetap sama seperti sebelum adanya penetapan peringkat. Lo...

Penyebab Indonesia Composite Bond Index (ICBI) cukup volatile sepekan terakhir

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan Indonesia Composite Bond Index (ICBI) tercatat cukup volatile dalam sepekan terakhir. Hal ini disinyalir karena munculnya kekhawatiran investor yang membuat pelaku pasar cenderung bersikap risk averse atau menghindari risiko. Mengutip laman PT Penilai Harga Efek Indonesia (IBPA), diketahui ICBI pada perdagangan Rabu (5/2) ditutup turun 0,04% di level 281,69. Angka tersebut sedikit menanjak setelah sempat menyentuh level 280,68 pada Senin (3/2). Head of Economic Research Pefindo Fikri C Permana mengatakan, pergerakan ICBI yang volatile dikarenakan adanya kekhawatiran investor, seiring terjadinya invertered antara US$ treasury 3 month dan US$ Treasury 10 year. Akibatnya, pelaku pasar cenderung menghindar dan mendorong capital flight. "Untungnya sejak Selasa (4/2) hal tersebut (volatile) sudah tidak terjadi, sehingga ketakutan investor global mulai berkurang," jelas Fikri kepada Kontan, Rabu (5/2). Selain itu, Fikri menilai ketakutan se...