Skip to main content

Mandat Penerbitan Obligasi Capai Rp28,1 triliun, Sektor Finansial Terbanyak

Bisnis.com, JAKARTA — PT Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo masih optimistis penerbitan surat utang korporasi tahun ini akan mampu menyaingi tahun lalu, kendati dibayang-bayangi pemilu. Hingga awal pekan ini, Pefindo sudah mengantongi mandat dalam rangka emisi surat utang senilai Rp28,1 triliun.

Fikri C. Permana, Ekonom Pefindo, mengatakan bahwa penerbitan obligasi korporasi tahun ini masih akan stabil, terutama karena kinerja yield surat utang negara (SUN) yang menjadi acuannya berpotensi tetap stabil.

Fikri mengatakan, dengan asumsi The Fed menaikkan suku bunga 2 kali tahun ini dan diikuti oleh Bank Indonesia, inflasi diperkirakan pada kisaran 2,99%, sedangkan pertumbuhan ekonomi sekitar 5,1%.

Bila kurs rupiah terjaga pada kisaran Rp14.000 hingga Rp15.000, yield SUN 10 tahun diperkirakan cenderung stabil juga pada kisaran 8,2%. Posisi yield ini tidak terlalu banyak berbeda dibandingkan kondisi yield SUN 10 tahun saat ini yang pada kisaran 7,96%.

“Dengan kondisi itu, kita harapkan penerbitan surat utang korporasi tahun ini bisa mencapai Rp135,2 triliun. Kalau OJK targetkan fund raising hingga Rp250 triliun, berarti sisanya Rp115 triliun dari pasar saham,” katanya, Selasa (19/2/2019).

Adapun, sepanjang 2018 lalu, total penerbitan surat utang korporasi mencapai Rp132,4 triliun. Nilai tersebut terdiri atas obligasi senilai Rp95,3 triliun, medium term notes (MTN) Rp23,5 triliun, sukuk Rp9,99 triliun, dan sekuritisasi Rp3,62 triliun.

Fikri mengatakan, persaingan politik selama pemilu pasti akan berpengaruh terhadap gairah penerbitan obligasi korporasi. Namun, ada kebutuhan refinancing yang tinggi tahun ini, mengingat nilai surat utang yang akan jatuh tempo tahun ini mencapai sekitar Rp110 triliun.

Di awal tahun ini saja menjelang pemilu, Pefindo sudah mengantongi mandat pemeringkatan dalam rangka penerbitan surat utang korporasi senilai Rp28,09 triliun. Nilai tersebut terdiri atas obligasi Rp13,44 triliun, MTN Rp9,85 triliun, dan sukuk Rp4,8 triliun.

Total ada 27 korporasi yang sudah menyiapkan diri untuk menerbitkan surat utang. Mayoritas berasal dari sektor finansial, yakni 6 bank dengan total rencana emisi Rp9,15 triliun dan 6 perusahaan pembiayaan dengan target emisi Rp5,44 triliun.

Selebihnya, rencana emisi surat utang berasal dari sektor riil. Emisi tertinggi dari sektor riil yakni dari perusahaan telekomunikasi dengan 2 perusahaan senilai Rp3 triliun, lalu 2 korporasi sektor perkebunan dengan nilai Rp2,35 triliun, 3 korporasi properti senilai Rp2,25 triliun, dan 1 perusahaan pelayaran dengan nilai Rp2,1 triliun.

Sementara itu, sektor konstruksi yang tahun lalu cukup agresif juga kembali aktif. Akan ada 4 korporasi sektor konstruksi yang akan menerbitkan surat utang dengan total nilai Rp1,8 triliun. Selain itu, ada 1 perusahaan jalan tol dengan nilai emisi mencapai Rp1 triliun.

Selebihnya, emisi akan dilakukan oleh 1 perusahaan sekuritas dan 1 perusahaan farmasi dengan nilai masing-masing Rp500 miliar.

Fikri mengatakan, secara historis, penerbitan surat utang korporasi di kuartal pertama setiap tahun cenderung terbatas, tetapi pada kuartal kedua akan meningkat. Namun, adanya momen lebaran dan puasa pada kuartal kedua tahun ini serta pemilu mungkin akan membuat korporasi menahan diri.

“Pada kuartal III dan IV bila rupiah terjaga, likuiditas akan lebih baik, emisi akan meningkat lagi,” katanya.

Menurutnya, bila melihat dua pemilu presiden terakhir, wait and see akan terjadi pada 3-4 bulan sebelum pemilu, tetapi setelahnya pasar akan kembali bertumbuh.




Tulisan tersebut juga dapat diakses pada tautan berikut:


Comments

Popular posts from this blog

Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997)_Review

Thomas M. Humphrey Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997) Terdapatnya hubungan antara market price dengan money’s value in terms of goods Quantity Theory of Money Demand Fisher mecoba menjelaskan hubungan antara total quantity of money (M) dan jumlah total spending terhadap final goods and services yang diproduksi dalam perekonomian (yang dipengaruhi oleh tingat harga, P; dan aggregate output,Y). Sementara velocity of money (V) merupakan total spending (P×Y) dibagi quantity of money (M), atau; Saat money market berada di equilibrium (M = Md), menggunakan k sebagairepresentasi dari 1/V (constant); Fisher juga menjelaskan bahwa demand for money dipengaruhi oleh; 1) Oleh evel transaksi disebabkan oleh level of nominal income (PY) 2) Oleh institusi dalam perekonomian yang disebabkan oleh bagaimana masyarakat melakukan transaksi (yang akan mempengaruhi V, dan seterusnya, k) Fisher; public’s real demand for money terutama mengacu pada domestic price level Wicksell; non-monetary de...

test-test existing of philips curve in Indonesia

Philips Curve (berdasarkan Solikin, 2004) I.    p = m + g p e + d Ygap + ε     Keterangan;       p ;            inflasi actual p e ;          ekspektasi inflasi (menggunakan Hodrick-Prescot filter) Y gap ;    GDPriil gap (GDPriil – GDPriilexpected) 1.                 Full Sampel - Data Tahunan (1961-2010) Dependent Variable: CPIINF Method: Least Squares Date: 03/18/11   Time: 17:55 Sample: 1961 2010 Included observations: 50 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.   ...

Investor Takut, Penawaran di Lelang SUN Menciut

Bisnis.com, JAKARTA — Kekhawatiran investor terhadap penanganan penyebaran COVID-19 di Indonesia membuat jumlah penawaran yang masuk dalam lelang surat utang negara (SUN) kian menciut. Dalam lelang yang digelar hari ini, Selasa (14/4/2020), total penawaran yang masuk mencapai Rp27,65 triliun. Jumlah itu merupakan yang terendah sepanjang tahun berjalan. Total nominal yang dimenangkan pemerintah dalam lelang tersebut mencapai Rp16,88 triliun. Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan angka penawaran yang rendah dalam lelang SUN hari ini disebabkan kekhawatiran investor terhadap penanganan COVID-19 di Indonesia. Terlebih, berbagai upaya yang dilakukan belum membuat kurva penyebaran melandai. “Hal ini dikhawatirkan akan memperpanjang risiko perekonomian dan recovery Indonesia,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (14/4/2020). Fikri menilai minimnya penawaran yang masuk dalam lelang SUN bukan disebabkan oleh risk appetite. Menurutnya, SUN semestikan r...