Skip to main content

Posts

Showing posts from 2018

Hasil lelang SUN jadi penentu pergerakan rupiah sepekan ke depan

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaksanaan lelang Surat Utang Negara (SUN) 3 Januari mendatang menjadi penentu penguatan rupiah di pekan depan. Mengutip Bloomberg di pasar spot, Jumat (28/12) rupiah tercatat melemah 0,05% ke Rp 14.568 per dollar AS. Dalam sepekan rupiah tercatat melemah 0,10%. Sementara, pada kurs tengah Bank Indonesia hari ini, rupiah tercatat menguat 0,14% ke Rp 14.542 per dollar AS. Sedangkan, dalam sepekan rupiah tercatat melemah 0,42%. Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana mengatakan rupiah sepekan ini cenderung bergerak stabil karena pasar keuangan sedang sepi akibat libur Natal dan tahun baru. Tak heran bila fluktuasi USD/IDR tidak besar. Untuk sepekan ke depan Fikri memproyeksikan rupiah bisa melanjutkan kestabilannya jika pelaksanaan lelang SUN di awal tahun sukses memboyong banyak investor masuk. "Jika lelang SUN sukses mencapai target indikatif, maka yield SUN berpotensi turun ke 7,9% dan rupiah bisa terapresiasi ke Rp 14.450 per doll...

Pefindo: The Fed 2019 Hanya Naikkan Suku Bunga Satu Kali

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan kenaikan suku bunga Amerika Serikat hanya akan terjadi satu kali di tahun depan. "Kami memperkirakan kenaikan suku bunga The Fed di tahun depan kemungkinan, bahkan bisa satu kali. Kami tidak dovish, tapi less hawkish," kata Fikri C. Permana, Ekonom Pefindo di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (21/12). Dia memprediksi tahun depan Amerika akan lebih gencar melakukan stimulus ekonomi dengan menerbitkan surat utang di tahun depan. Kemudian jika surat utang ini membanjiri pasar umumnya harga akan turun seiring dengan bertambahnya supply di pasar surat utang Amerika. Turunnya harga akan menyebabkan naiknya tingkat imbal hasil (yield) US Treasury. Kenaikan yield US treasury dapat juga memicu kenaikan yield surat utang negara di pasar domestik. Jika kondisi tersebut terjadi berarti pasar obligasi Indonesia berpotensi terkoreksi juga, begitu juga dengan pasar obligasi korporasi. Tahu...

Rupiah berpotensi menguat lagi, namun pasar tetap fokus ke kebijakan The Fed

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meredanya berbagai sentimen negatif dari global beberapa waktu lalu, memberikan tenaga kepada mata uang emerging market khususnya rupiah. Di  pasar spot, rupiah menguat 0,56% ke level Rp 14.302 per dollar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (30/11). Sedangkan di  Jakarta Interspot Dollar Rate (JISDOR), rupiah juga menguat 0,48% ke level Rp 14.339 per dollar AS. Direktur Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, pasar masih berfokus pada pernyataan The Fed yang kemungkinan besar akan menaikkan suku bunganya hanya sekali di tahun depan akibat ekonomi global yang melambat. “Kemudian The Fed juga tidak membahas kenaikan suku bunga di 2020. Artinya bahwa pelaku pasar sudah lega dengan pernyataan The Fed, bisa saja ada pengaruh dari kritikan Presiden AS Donald Trump,” jelas Ibrahim. Di sisi lain intervensi  Bank Indonesia (BI) berdampak baik bagi rupiah. Paket Kebijakan Ekonomi ke-XVI dari pemerintah juga cukup mengena dan mengembalikan kepercayaan pasar...

Melihat tantangan penerbitan obligasi global di tengah ketidakpastian pasar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walau obligasi global atau global bond masih menjadi instrumen alternatif bagi para investor, tantangan penerbitan instrumen ini cukup berat di tengah berbagai sentimen negatif berskala global. Seperti yang diketahui, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah menerbitkan obligasi global pada bulan ini dalam dua mata uang, yaitu US$ 1 miliar dan € 500 juta. Di sisi lain, PT Pertamina (Persero) belum lama ini menunda penerbitan obligasi global senilai lebih dari US$ 2 miliar. Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia, Fikri C. Permana mengatakan, sebenarnya ketika depresiasi rupiah kerap terjadi belakangan ini, penerbitan obligasi global dapat menjadi opsi alternatif bagi perusahaan yang ingin memperoleh pendanaan dalam jumlah besar. Sebab, perusahaan bisa memperoleh keuntungan optimal dari konversi dana dari dollar AS ke rupiah, dengan catatan obligasi tersebut laris manis ketika ditawarkan kepada investor di luar negeri. Ia menambahkan, secara makroekonomi, pene...

Ekonom Sebut Rupiah Masih Bisa Tertekan karena Isu Eksternal

TRIBUNWOW.COM - Kondisi ekonomi global menjadi satu diantara faktor penyebab gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Fikri C Permana memproyeksikan rupiah masih bisa tertekan hingga pekan depan. Hal ini disebabkan oleh pernyataan dan konflik ekonomi Presiden AS, Donald Trump yang memicu gejolak ekonomi dunia. "Beberapa waktu terakhir pernyataan Trump menambah dorongan pada tensi perdagangan dunia dan menimbulkan currency wall serta membuat pasar panik," ujar Fikri, dilansir TribunWow.com dari Kontan.co.id, Jumat (7/9/2018),  Pernyataan Donald Trump yang tak diduga oleh pelaku pasar dan menjadi risiko di antaranya kenaikan tarif impor China dan perang dagang antara AS dengan Jepang. Fikri memproyeksikan pada Senin (10/9/2018), rupiah berada di level Rp 14.800 hingga Rp 14.900 per dolar AS. Sementara selama pekan depan, Fikri memproyeksikan rupiah berada di range Rp 14.750 hingga Rp...