Skip to main content

OVERVIEW MAKROEKONOMI DUNIA - JULI 2015




WORLD
Economic Growth
(Q1-2015, Average)
:
3,4%
(yoy)
Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan hanya akan berada di angka 3,5% (IMF) di tahun 2015. Nilai ini turun dari perkiraan awal tahun karena pertumbuhan negara berkembang yang lambat.
Oil – Brent Europe
(USD Per Barel,
average, 16 Jun – 15 Jul ‘15)
:
59,45
Dicabutnya sanksi ekonomi Iran turut mendorong supply dan menurunkan harga minyak dunia.
CPI-Inflation
(Jun 2015)
:
4,6%
(yoy)
Unemployment Rate
(May 2015)
:
10,6%
Gold – Futures GCQ5
(USD Per Troy Ounce,
average, 16 Jun – 15 Jul ‘15)
:
1170,4
Harga emas berada di titik terendah dalam 5 tahun terakhir. Rendahnya demand & investor berpaling ke forex.
Interest Rate
(Jun 2015)
:
5,6%

UNITED STATES
Economic Growth
(Q1-2015, 3rd estimate)
:
2,9%
(yoy)
Pertumbuhan penjualan ritel hanya sebesar 1,4% (yoy) pada bulan Juni, tercatat sebagai pertumbuhan terendah sejak 2009. Hal ini diikuti rata-rata tingkat gaji yang masih tumbuh stagnan, menandakan kondisi ritel Amerika Serikat yang masih belum terlalu pulih. Walaupun begitu, data penjualan rumah yang meningkat dan peningkatan jumlah lapangan kerja yang tumbuh signifikan menjanjikan adanya perbaikan ekonomi yang lebih baik ke depan. Sementara itu, kemungkinan peningkatan Fed Fund Rate menjadikan US-Dollar terapresiasi di bulan Juni.
CPI-Inflation
(Jun 2015)
:
0,1%
(yoy)
Unemployment Rate
(Jun 2015)
:
5,3%
Interest Rate
(Jul 2015)
:
0,25%
Dow Jones
(average, 16 Jun – 15 Jul ‘15)
:
17.862,3

EUROPEAN UNION (EU-18)
Economic Growth
(Q1-2015)
:
1,0%
(yoy)
Dana talangan yang kembali diberikan ECB (European Central Bank) sebesar EUR 3,1 milyar pada Yunani akhirnya menyelamatkan negara tersebut untuk sementara bangkit dari kebangkrutan. Hal ini dirasa sebagai bagian dari kebijakan moneter ECB untuk tetap mempertahankan daya beli dan meningkatkan tingkat inflasi ke angka 2% hingga 2017. Selain itu, untuk melengkapi quantitative easing (melalui asset purchase program) yang diluncurkan ECB, European Comission mengucurkan EUR 315 miliar untuk beberapa investasi strategis.
CPI-Inflation
(Jun 2015)
:
0,2%
(yoy)
Unemployment Rate
(May 2015)
:
11,1%
Interest Rate
(Jul 2015)
:
0,05%

Deutsche B.A.G DAX

(average, 16 Jun – 15 Jul ‘15)

:
11.188,0

CHINA
Economic Growth
(Q2-2015)
:
7,0%
(yoy)
Sejak pertengahan Juni 2015 (utamanya sejak 15 Juni 2015) hingga minggu pertama Juli 2015, penurunan indeks bursa di China (baik Shanghai dan Shenzhen) memaksa otoritas bursa melakukan suspend terhadap hampir setengah dari saham yang dijual di waktu tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang masih stagnan, diikuti dengan pertumbuhan kelistrikan yang hanya sebesar 1,3% (terendah dalam 20 tahun terakhir) mengakibatkan pasar mempertanyakan keberlangsungan pertumbuhan ekonomi China ke depan.
CPI-Inflation
(Jun 2015)
:
1,4%
(yoy)
Unemployment Rate
(Q1-2015)
:
4,1%
Interest Rate
(Jul 2015)
:
4,85%

Shanghai S.E Composite (average, 16 Jun – 15 Jul ‘15)

:
4.194,0

JAPAN
Economic Growth
(Q1-2015, 2nd estimate)
:
-0,9%
(yoy)
Bank of Japan (BOJ) melakukan revisi pertumbuhan ekonomi tahun fiskal mereka (hingga Maret 2016) dari sebelumnya 2% (yoy) menjadi 1,7% (yoy); dan tingkat inflasi dari 0,8% (yoy) menjadi 0,7% (yoy). Turunnya indeks produksi sebesar 2,2% (mtm) serta turunnya indeks jasa sebesar 0,7% (mtm) di bulan Mei merupakan alasan utama penurunan ini. Namun sisi ekspor yang diperkirakan tetap cerah, seiring dengan prediksi pertumbuhan ekonomi China yang tetap baik dianggap sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi Jepang.
CPI-Inflation
(May 2015)
:
0,5%
(yoy)
Unemployment Rate
(May 2015)
:
3,3%
Interest Rate
(Jul 2015)
:
0,00%
Nikkei 225
(average, 16 Jun – 15 Jul ‘15)
:
20.307,4

AUSTRALIA
Economic Growth
(Q1-2015)
:
2,3%
(yoy)
Rendahnya harga komoditas dunia dan pertumbuhan ekonomi China (sebagai 28% dari tujuan ekspor Australia) yang masih stagnan sepertinya bisa dikompensasi dengan kenaikan pendapatan dari sisi pariwisata (tourism). Selain didorong oleh depresiasi dollar-Australia (terendah dalam 6 tahun terakhir) terhadap mata uang utama dunia, produk (objek) pariwisata yang semakin beragam menjadi daya tarik tersendiri sektor ini. Peningkatan asal wisatawan terbesar tercatat berasal dari India (30%) dan China (19%) selama tahun 2014.
CPI-Inflation
(Q2-2015)
:
1,5%
(yoy)
Unemployment Rate
(Jun 2015)
:
6,0%
Interest Rate
(Jul 2015)
:
2,00%
S&P/ASX-200
(average, 16 Jun – 15 Jul ‘15)
:
5.551,1

Comments

Popular posts from this blog

Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997)_Review

Thomas M. Humphrey Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997) Terdapatnya hubungan antara market price dengan money’s value in terms of goods Quantity Theory of Money Demand Fisher mecoba menjelaskan hubungan antara total quantity of money (M) dan jumlah total spending terhadap final goods and services yang diproduksi dalam perekonomian (yang dipengaruhi oleh tingat harga, P; dan aggregate output,Y). Sementara velocity of money (V) merupakan total spending (P×Y) dibagi quantity of money (M), atau; Saat money market berada di equilibrium (M = Md), menggunakan k sebagairepresentasi dari 1/V (constant); Fisher juga menjelaskan bahwa demand for money dipengaruhi oleh; 1) Oleh evel transaksi disebabkan oleh level of nominal income (PY) 2) Oleh institusi dalam perekonomian yang disebabkan oleh bagaimana masyarakat melakukan transaksi (yang akan mempengaruhi V, dan seterusnya, k) Fisher; public’s real demand for money terutama mengacu pada domestic price level Wicksell; non-monetary de...

test-test existing of philips curve in Indonesia

Philips Curve (berdasarkan Solikin, 2004) I.    p = m + g p e + d Ygap + ε     Keterangan;       p ;            inflasi actual p e ;          ekspektasi inflasi (menggunakan Hodrick-Prescot filter) Y gap ;    GDPriil gap (GDPriil – GDPriilexpected) 1.                 Full Sampel - Data Tahunan (1961-2010) Dependent Variable: CPIINF Method: Least Squares Date: 03/18/11   Time: 17:55 Sample: 1961 2010 Included observations: 50 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.   ...

Investor Takut, Penawaran di Lelang SUN Menciut

Bisnis.com, JAKARTA — Kekhawatiran investor terhadap penanganan penyebaran COVID-19 di Indonesia membuat jumlah penawaran yang masuk dalam lelang surat utang negara (SUN) kian menciut. Dalam lelang yang digelar hari ini, Selasa (14/4/2020), total penawaran yang masuk mencapai Rp27,65 triliun. Jumlah itu merupakan yang terendah sepanjang tahun berjalan. Total nominal yang dimenangkan pemerintah dalam lelang tersebut mencapai Rp16,88 triliun. Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan angka penawaran yang rendah dalam lelang SUN hari ini disebabkan kekhawatiran investor terhadap penanganan COVID-19 di Indonesia. Terlebih, berbagai upaya yang dilakukan belum membuat kurva penyebaran melandai. “Hal ini dikhawatirkan akan memperpanjang risiko perekonomian dan recovery Indonesia,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (14/4/2020). Fikri menilai minimnya penawaran yang masuk dalam lelang SUN bukan disebabkan oleh risk appetite. Menurutnya, SUN semestikan r...