Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2019

Jumlah investor SBR008 meningkat di tengah penurunan hasil penjualan

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Jumlah investor baru kian meningkat meski hasil penjualan savings bond ritel seri SBR008 menciut. Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) , Senin (23/9) menetapkan total volume pemesanan pembelian SBR008 sebesar Rp 1,89 triliun. Jumlah tersebut lebih rendah dari total volume pemesanan pembelian SBR007 di Juli yang mencapai Rp 3,2 triliun. Para analis dan ekonom kompak menyebut faktor penerbitan surat utang ritel yang meningkat di tahun ini atau hampir setiap bulan menjadi salah satu penyebab turunnya minat pada SBR008. "Wajar jelang akhir tahun penjualan berkurang dana investasi sudah dikunci pada penawaran surat utang ritel di awal tahun," kata  Head of Research Infovesta Wawan Hendrayana, Senin (23/9). Fikri C. Permana Ekonom Pefindo menambahkan lebih rendahnya kupon, khususnya spread dari suku bunga acuan juga membuat minat investor berkurang. SBR008 menawarkan kupon minimal di 7,2% ...

Risiko Capital Outflow Jadi Faktor BI Tahan Suku Bunga

Bisnis.com, JAKARTA -- Bank Indonesia diprediksikan masih akan menahan suku bunga 5,50% pada Rapat Dewan Gubernur dan melakukan pelonggaran kebijakan makroprudensial. Ekonom PT. Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana menyatakan Bank Indonesia kemungkinan masih akan menahan suku bunga dan melanjutkan pelonggaran kebijakan makroprudensial. "Bisa melalui pelonggaran likuiditas perbankan, seperti penurunan GWM perbankan baik primer maupun sekunder, ataupun melalui peningkatan batas RIM yakni LDR ataupun LFR," jelas Fikri, Rabu (18/9/2019). Dia memerinci kondisi saat ini meski cadangan devisa positif, begitu pula neraca dagang Agustus 2019 surplus US$85 juta, dan rupiah yang stabil tetapi ada arus modal keluar atau capital outflow yang terjadi di pasar keuangan. Dia menilai jika BI kembali menurunkan suku bunga acuan dikhawatirkan akan mengorbankan stabilitas rupiah dan memberi disinsentif bagi neraca perdagangan. "Utamanya karena risiko semakin menur...

Mumpung Tren Suku Bunga Global Rendah, Obligasi Global Jadi Pilihan Emiten

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penurunan suku bunga acuan yang menjalar ke seluruh dunia berpotensi membuat penerbitan obligasi global atau global bond kembali marak. Namun, risiko perang dagang hingga potensi resesi ekonomi global dapat memengaruhi minat investor. Dari dalam negeri, beberapa perusahaan memang sudah menyatakan niatnya untuk menerbitkan obligasi global. Misalnya, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) yang berencana menerbitkan junior global bond senilai US$ 200 juta-US$ 250 juta di awal tahun depan. Ada pula PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang berharap dapat merealisasikan penerbitan global bond sebesar US$ 250 juta-US$ 300 juta sebelum pergantian tahun ini. Ekonom Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana mengatakan, penurunan suku bunga acuan yang dilakukan banyak bank sentral dunia sebenarnya menjadi sentimen positif bagi penerbitan global bond. Pasalnya, hal ini akan mendorong penurunan yield surat utang global, termasuk US Treasury. Lihat saja, Rabu (18/9), yield...

Ketidakpastian global masih ada, daya serap penerbitan global bond bisa terhambat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan surat utang global atau global bond berpeluang ramai di tengah gencarnya penurunan suku bunga acuan oleh bank-bank sentral dunia. Meski begitu, tantangan penerbitan instrumen tersebut tetap ada. Research Analyst Capital Asset Management Desmon Silitonga menyampaikan, sentimen negatif dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China masih ada. Perang dagang bahkan dapat memicu potensi datangnya resesi ekonomi global di masa mendatang. Ketidakpastian global tersebut membuat para investor khawatir dan bersikap lebih hati-hati. Alhasil, ada kecenderungan sebagian investor global untuk menghindari aset-aset dari negara berkembang dan memilih memburu instrumen yang lebih aman, seperti US Treasury atau mata uang yen. Tak hanya itu, di tengah risiko global yang masih terlihat, para investor tentu akan mempertimbangkan lagi rekam jejak dan prospek bisnis perusahaan yang menerbitkan global bond. Jika bisnis suatu perusahaan ikut terpapar sentime...
Bareksa.com -  Berikut adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Kamis, 5 September 2019 : Inklusi Keuangan Tingkat inklusi keuangan masyarakat Indonesia mengalami peningkatan di pertengahan 2019. Sampai saat ini, akses masyarakat terhadap lembaga keuangan telah mencapai 51 persen. Seperti dikutip  Kontan , Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan sebelumnya inklusi keuangan masih di bawah 40 persen tapi kini telah naik menjadi 51 persen berkat penyaluran dana bantuan sosial (Bansos) ke masyarakat. Dari jumlah itu, Bansos Program Keluarga Harapan (PKH) telah disalurkan kepada 10 juta keluarga, sedangkan Bansos Bantuan Pangan Non-Tunai (BNPT) kepada 15,9 juta keluarga. “Dengan tambahan itu, Insya Allah tahun ini dan tahun depan, inklusi keuangan di Indonesia bisa naik di atas 60 persen. Jumlah itu baru menyambungkan masyarakat ke dunia keuangan bai...