Skip to main content

Ekonomi Pariwisata (Tourism Economics)



Penelitian tourism economics masih sangat sedikit, dibanding dengan mainstream discipline ekonomi lainnya (Dwyer, et.al, 2011). Padahal di sisi sebaliknya The World Travel and Tourism Council (WTTC) pada 2010 memperkirakan sektor tourism akan berkontribusi sebesar 9.2 persen dari GDP global dan akan tumbuh pada angka 4 persen tiap tahunnya hingga 10 tahun mendatang. 
Peningkatan sektor tourism didasari dengan berkembangnya konsep globalisasi dan kebijakan liberalisasi perdagangan. Seridaknya kedua hal tersebut menjadikan batas teritrorial antar negara semakin samar. Ini dapat dilihat dari interaksi perdagangan barang dan jasa, perpindahan aliran modal, transfer teknologi, serta mobilisasi tenaga kerja (dan manusia) antara satu negara dengan negara lain yang semakin tinggi (IMF, 2003). 

Setidaknya terdapat beberapa penelitian dengan model yang berbeda-beda dalam menjelaskan hubungan tourism economics dengan variabel-variabel makro ekonomi suatu negara. Pertama, tentunya variabel income (atau GDP) antara daerah tujuan dengan negara asal wisatawan tesebut. Hal ini dapat dilihat pada penelitian Dritsakis (2004), Habib et.al (2008), dan Greenidgedan Jackman (2009). Variabel selanjutnya adalah adanya indeks harga, hal ini tercermin dari penelitian Stynes(2007),Habib, et al., (2008) , Leeuwen dan Nijkamp (2011), dan Dwyer (2011). Variabel ketiga adalah faktor nilai tukar. Hal ini dapat dilihat pada penelitian Algieri (2006). Selanjutnya adalah variabel investasi (terutama FDI), hal ini dapat dilihat pada penelitian Haley dan Haley (1997), Sandford dan Dong (2000), Willem dan Nair (2006), Tang, Selvanathan dan Selvanathan (2007), serta pada penelitian Craigwell dan Moore (2007).   

Recreation Behavior Model
Hal ini berangkat dari persamaan utility preferences seorang individu dalam melakukan konsumsi. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :

              u=u(x,q)
(2.1)
Sementara, dengan hambatan berupa budget constraint individu sebagai berikut :
              m=p'x
(2.2)
Dimana : u      adalah individual utility;
                 x      adalah n-vector of commodities (private goods);
                 p      adalah price vector;
                 m     adalah individual income;
                 q      adalah ukuran dari kualitas lingkungan (dan/atau public goods).


Artinya disini memperlihatkan adanya pengaruh utility preferences (u) dalam perilaku rekreasi seseorang (khususnya outdoor recreation). Akibatnya akan muncul pertimbangan waktu (t) bagi individu ddan menimbulkan pertimbangan berupa time constraint (T).
Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :
              T = tL + ∑ti
(2.3)
Dimana :  T   adalah total waktu konsumen (total time available);
                 tL   adalah waktu yang digunakan untuk bekerja(time spent working) konsumen tersebut;
                 ti    adalah waktu yang akan digunakan dalam melakukan suatu aktivitas (units of time allocated to the i-th activity).
Dengan mempertimbangkan adanya pengaruh variabel waktu, maka budget constraint (income) individu juga akan turut berubah menjadi :
              m=wtL+R
(2.4)
Dimana :  w adalah pendapatan individu yang diproxy-kan sebagai tingkat gaji (wage rate);
                 R  adalah pendapatan lain selain gaji (non-wage earnings).
Phaneuf dan Smith (2004), menyatakan bahwa walau dengan telah memasukkan variabel waktu, namun dalam persamaan diatas belum memasukkan alokasi dari pendapatan (earning income) dan waktu bersenang-senang (pleasure time) dari individu. Hal ini bertujuan dalam mempertahankan tingkat konsumsi yang tetap dari individu (adanya permanent income hyphothesis). Karenanya merujuk pada Becker (1965) dalam menggambarkan perilaku alokasi waktu individu, yang dideskripsikan dengan model household production function (HPF). Maka dengan memasukkan structure implicit prices dati tiap pilihan konsumsi individu, maka akan dapat digambarkan preferensi individu tersebut dalam melakukan pilihan ekonomi nya, baik untuk mengkonsumsi atau berproduksi.
HPF model sederhana yang menggambarkan n-vector yang digunakan dalam proses produksi z adalah berikut :
              zi = aixi
              zi = biti
(2.5)
Dimana :  z   merupakan barang konsumsi akhir (final consumption goods) yang diproduksi oleh rumah tangga dengan mengkombinasikan waktu yang digunakan dan input yang digunakan dalam proses produksi.
Berdasar pada HPF model diatas,maka preference function menjadi u(z,q). Dimana q akan berkaitan dengan salah satu zi. Karenanya cosumer choice problems akan menjadi :
                  s.t    wT + R =
               = (w/bi) + (pi/ai)
(2.6)
Dimana :  adalah exogenous implicit prices bagi tiap unit darizi ;
                 pi adalah tingkat harga pasar;
                 w adalah tingkat gaji (wage rate).

Tourist Flow Model


Tourist flow menunjukkan aliran wisatwan diakibatkan adanya daya tarik berupa faktor popularitas dan rata-rata kepuasan yang didapatkan oleh orang-orang yang telah mengunjungi tempat tersebut (Correani dan Garofalo, 2008). Hal ini terkait dengan faktor komunikasi yang terbentuk. Dengan kata lain, tingkat popularitas yang tinggi dan tingkat kepuasan yang tinggi dari wisatawan sebelumnya yang ada, memungkinkan tempat tersebut dikunjungi pun akan semakin besar.
Dengan mengasumsikan bahwa terdapat beberapa tempat tujuan wisata, atau disimbolkan dengan i Є D, maka akan timbul kompetisi untuk mendatangkan wisatawan terbanyak ke daerah nya masing-masing. Dengan jumlah potensial populasi wisatawan bersifat exogenous dan berjumlah sebesar Mmax, maka jumlah wisatawan dalam waktu (t) tertentu dan memilih daerah tujuan (i) tertentu adalah mit. Karenanya jumlah wisatawan dapat digambarkan dengan :
              Mit = mit . Mmax
(2.7)
Sehingga jumlah populasi wisatawan pada waktu t dapat digambarkan dengan vector mt = (m1t,m2t ……, mit).
Dengan mengasumsikan bahwa terdapat tiga daerah kunjungan yang dimungkinkan, yakni i, j dan k, dan dua periode waktu yakni t dan t+1. Maka kemungkinan preference (V) yang akan dilakukan wisatawan tersebut dengan melakukan kunjungan ke daerah i di waktu t, dan ke daerah j pada waktu t+1, dengan berdasar informasi yang diterima dari daerah k, dapat digambarkan sebagai berikut :
              P (Vià Vj | Tk) dengan i, j, k Є D




Malam ini, cukup sampai disini


Kosan Palem, 
20 Sept 2012, 01.56AM WIB

Goodnight
 


Comments

Popular posts from this blog

Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997)_Review

Thomas M. Humphrey Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997) Terdapatnya hubungan antara market price dengan money’s value in terms of goods Quantity Theory of Money Demand Fisher mecoba menjelaskan hubungan antara total quantity of money (M) dan jumlah total spending terhadap final goods and services yang diproduksi dalam perekonomian (yang dipengaruhi oleh tingat harga, P; dan aggregate output,Y). Sementara velocity of money (V) merupakan total spending (P×Y) dibagi quantity of money (M), atau; Saat money market berada di equilibrium (M = Md), menggunakan k sebagairepresentasi dari 1/V (constant); Fisher juga menjelaskan bahwa demand for money dipengaruhi oleh; 1) Oleh evel transaksi disebabkan oleh level of nominal income (PY) 2) Oleh institusi dalam perekonomian yang disebabkan oleh bagaimana masyarakat melakukan transaksi (yang akan mempengaruhi V, dan seterusnya, k) Fisher; public’s real demand for money terutama mengacu pada domestic price level Wicksell; non-monetary de...

test-test existing of philips curve in Indonesia

Philips Curve (berdasarkan Solikin, 2004) I.    p = m + g p e + d Ygap + ε     Keterangan;       p ;            inflasi actual p e ;          ekspektasi inflasi (menggunakan Hodrick-Prescot filter) Y gap ;    GDPriil gap (GDPriil – GDPriilexpected) 1.                 Full Sampel - Data Tahunan (1961-2010) Dependent Variable: CPIINF Method: Least Squares Date: 03/18/11   Time: 17:55 Sample: 1961 2010 Included observations: 50 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.   ...

Investor Takut, Penawaran di Lelang SUN Menciut

Bisnis.com, JAKARTA — Kekhawatiran investor terhadap penanganan penyebaran COVID-19 di Indonesia membuat jumlah penawaran yang masuk dalam lelang surat utang negara (SUN) kian menciut. Dalam lelang yang digelar hari ini, Selasa (14/4/2020), total penawaran yang masuk mencapai Rp27,65 triliun. Jumlah itu merupakan yang terendah sepanjang tahun berjalan. Total nominal yang dimenangkan pemerintah dalam lelang tersebut mencapai Rp16,88 triliun. Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan angka penawaran yang rendah dalam lelang SUN hari ini disebabkan kekhawatiran investor terhadap penanganan COVID-19 di Indonesia. Terlebih, berbagai upaya yang dilakukan belum membuat kurva penyebaran melandai. “Hal ini dikhawatirkan akan memperpanjang risiko perekonomian dan recovery Indonesia,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (14/4/2020). Fikri menilai minimnya penawaran yang masuk dalam lelang SUN bukan disebabkan oleh risk appetite. Menurutnya, SUN semestikan r...