Skip to main content

Gotowasi-Halmahera Timur

Akhirya, ama mbak bos gw, gw ditempatin di satu desa yang bernama Gotowasi. Awalnya sih agak cemas juga, bagaimanapun ini daerah jauh, dan kesana nya juga jauh banget lagi. Coba lo bayangin, untuk kesana aja kita butuh lebih dari 15 jam, jika dari Jakarta.
Pertama, dari Jakarta ke Ternate sendiri butuh waktu 3 jam, ditambah 2 jam perbedaan waktu WIB dengan WIT. Terus, gw nyebrang naik kapal boat ke lanjut ke Sofifi (Ibukota Provinsi Maluku Utara) yang makan waktu sekitar 45 menit. Nah, selanjutnya ini lah perjalanan terlama. Dengan menaiki kendaraan darat, maksudnya naik mobil, gw mesti ke ibukota Halmahera Timur selama lebih kurang 9 jam, itupun dengan kondisi jalan yang sangat-sangat tidak layak disebut jalan. Bayangin aja, aspalnya cuma di awal 45 menit perjalanan dari Sofifi, selanjutnya kebanyakan jalannya tanah dengan lubang yang bisa mencapai kedalaman 1 m dan luasannya bahkan ada yg nyampe 4m2. Parah banget d. Belum ada yang jembatan yang patah 3, bayangin....patah 3 lho. Katanya orang sana, supir gw, itu jembatan baru kelar sekitar tahun kemaren (2011), namun jangankan bisa dipake, eh jembatannya dah keburu patah 3. Jadi karena itu jembatannya cuma satu2nya jalan untuk lanjut, mobilnya saat jalan d jembatannya mesti bergerak miring dan ganti2an. Oya, karena kondisi jalan yang susah begitu, maka jangan heran klo lo nyewa mobil ke Kota Maba sendiri memakan biaya Rp.2juta per mobil. MAHHALLLLL.....
 
Nah sesampai di Kota Maba, untuk nyampe ke Sofifi, gw mesti lanjut lagi ke Gotowasi naik kapal. Namun karena jadwal kapal kesana cuma sekali sehari, yakni tiap jam 1 siang, maka gw mesti nginap di Kota Maba dulu semalam. Cuma gw ingetin, walaupun namanya kota, tapi ini jauh berbeda dari kota2 d Jawa atau Sumatera ataupun Bali (yang notabene udah pernah gw kunjungin sebelumnya). Kota Maba ini hanya memiliki aliran listrik di saat malam. Kalo siang hari.....yah lo mesti make genset dan lainnya sebagai pembangkit listrik sendiri. Satu lagi, nyamuk disini parah banget, dan gw mesti ingetin, sebelum ke Maluku Utara (terutama Halmahera), sebaiknya lo dah siap ma obat malaria, karena daerah ini masih merupakan daerah endemik malaria.Satu lagi, kota ini tidak punya kendaraan umum, selain Bentor atau becak bermotor. Anehnya klo lo naik bentor sendirian, lo cuma bayar 5 ribu, nah klo berdua mesti bayar 10ribu, padahal jaraknya sama dan bensin yang dikeluarin juga sama. Oya, hampir lupa, harga premium disini juga agak edan, klo di jakarta ato kota2 lainnya lo dengan gampang jumpain pom bensin, nah klo di kota ini gak ada sama sekali, jd jangan heran klo harga per liter bensin disini mencapai Rp.10 ribu.
Nah singkat cerita, besoknya gw check out dari penginapan yang ada di Kota Maba. Oh ya, di kota ini cuma ada 3 penginapan, dan gw saranin mending nginap di penginapan Marfa, tempat gw nginap, karena lebih mendingan dari yang lain, dengan rate per malamnya Rp.165 ribu. Untuk ke pelabuahn sendiri gw naik bentor dengan ongkos 10 ribu, padahal sebenarnya deket, cuma kalo melihat harga premium yang juga mahal disana, ya maklum lah. 
Nyampe pelabuhan gw mesti nunggu kapalnya dulu nyampe di sekitar jam 1 siang. Jadi kapalnya itu kayak kapal boat yang bisa memuat sekitar 40 orang. Ongkosnya dari pelabuahn Kota Maba ini ke pelabuhan Loleo Lamo (ke Gotowasi sekitar 1 km dari pelabuhan ini),  sebesar 50 Ribu per orang. Dari Kota Maba sendiri ke Loleo Lamo memakan waktu sekitar 1 jam.Hebatnya, walaupun ini adalah daerah yg jauh dari ibukota, tapi mereka masih concern dengan keselmatan penumpang. Jadi maksudnya gini, kalau penumpang nya telah penuh, meraka tidak akan memaksakan penumpang untuk ditambah untuk masuk ke kapal.

Sesampai di Loleo Lamo, gw butuh waktu sekitar 10 menit ke desa Gotowasi, dengan naik ojek yang ongkosnya 10 ribu per orang. Dan Di Gotowasi inilah semua berawal. Dimana yang sebelumnya gw pikir bahwa ini adalah daerah tertinggal....tapi.....gw salah besar.
Daerah ini memiliki potensi daerah, masyarakat, dan kultur yang sangat maju, bahkan sangat bersih dan sangat aman. 
Kalo gak percaya daerah ini bagus, lo lihat aja dah poto2 yg gw posting


(Depok, 9 Maret 2012, jam 02.00 AM)

Comments

Popular posts from this blog

test-test existing of philips curve in Indonesia

Philips Curve (berdasarkan Solikin, 2004) I.    p = m + g p e + d Ygap + ε     Keterangan;       p ;            inflasi actual p e ;          ekspektasi inflasi (menggunakan Hodrick-Prescot filter) Y gap ;    GDPriil gap (GDPriil – GDPriilexpected) 1.                 Full Sampel - Data Tahunan (1961-2010) Dependent Variable: CPIINF Method: Least Squares Date: 03/18/11   Time: 17:55 Sample: 1961 2010 Included observations: 50 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.   ...

Investor Takut, Penawaran di Lelang SUN Menciut

Bisnis.com, JAKARTA — Kekhawatiran investor terhadap penanganan penyebaran COVID-19 di Indonesia membuat jumlah penawaran yang masuk dalam lelang surat utang negara (SUN) kian menciut. Dalam lelang yang digelar hari ini, Selasa (14/4/2020), total penawaran yang masuk mencapai Rp27,65 triliun. Jumlah itu merupakan yang terendah sepanjang tahun berjalan. Total nominal yang dimenangkan pemerintah dalam lelang tersebut mencapai Rp16,88 triliun. Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan angka penawaran yang rendah dalam lelang SUN hari ini disebabkan kekhawatiran investor terhadap penanganan COVID-19 di Indonesia. Terlebih, berbagai upaya yang dilakukan belum membuat kurva penyebaran melandai. “Hal ini dikhawatirkan akan memperpanjang risiko perekonomian dan recovery Indonesia,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (14/4/2020). Fikri menilai minimnya penawaran yang masuk dalam lelang SUN bukan disebabkan oleh risk appetite. Menurutnya, SUN semestikan r...

Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997)_Review

Thomas M. Humphrey Fisher and Wicksell on the Quantity Theory (1997) Terdapatnya hubungan antara market price dengan money’s value in terms of goods Quantity Theory of Money Demand Fisher mecoba menjelaskan hubungan antara total quantity of money (M) dan jumlah total spending terhadap final goods and services yang diproduksi dalam perekonomian (yang dipengaruhi oleh tingat harga, P; dan aggregate output,Y). Sementara velocity of money (V) merupakan total spending (P×Y) dibagi quantity of money (M), atau; Saat money market berada di equilibrium (M = Md), menggunakan k sebagairepresentasi dari 1/V (constant); Fisher juga menjelaskan bahwa demand for money dipengaruhi oleh; 1) Oleh evel transaksi disebabkan oleh level of nominal income (PY) 2) Oleh institusi dalam perekonomian yang disebabkan oleh bagaimana masyarakat melakukan transaksi (yang akan mempengaruhi V, dan seterusnya, k) Fisher; public’s real demand for money terutama mengacu pada domestic price level Wicksell; non-monetary de...