Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2019

Kebijakan Makroprudensial Diprediksi Makin Longgar

Bisnis.com, JAKARTA -- Pengamat menilai kebijakan makroprudensial diprediksi melonggar seiring dengan tren resesi perekonomian global. Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana menyatakan dalam merespons perang dagang yang kian memanas dari sisi moneter dan makroprudensial menunjukkan akan ada kebijakan pelonggaran likuditas. "Di samping dorongan terhadap efisiensi pasar keuangan akan terus dilakukan," terang Fikri kepada Bisnis.com, Selasa (13/8/2019). Sementara itu, dari sisi fiskal, Fikri mengimbau pemerintah harus bijaksana dalam hal pengeluaran anggaran negara. "Atau cara lainnya mesti dengan sangat lihai mendorong penerimaan negara, baik dari pajak ataupun non-pajak," ungkap Fikri. Fikri mengingatkan bahwa kondisi perang dagang dan perang mata uang global mendorong ketakutan yang berasal dari sinyal inverted yield curve. Utamanya bahwa akan terjadi resesi global dalam 1 atau 2 tahun mendatang. "Sebagai dampak...

Pemerintah Harus Antisipasi Pelebaran Defisit Transaksi Berjalan

isnis.com, JAKARTA -- Meski riset Morgan Stanley menyebut Indonesia cenderung aman dari resesi akibat perang dagang, pelebaran defisit transaksi berjalan perlu diantisipasi. Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana menyatakan sependapat dengan Morgan Stanley, bahwa ada downside risk akibat perang dagang utamanya berasal dari risiko melemahnya supply chain atau perdagangan global. Hal ini, kata Fikri, secara khusus akan berasal dari AS-China. Dia juga lantas melihat hal tersebut berasal bersumber dari eskalasi hubungan yang memburuk antara Korsel-China. "Namun sayangnya, saya melihat dampak perang dagang akan berlanjut pada currency war dan akan meningkatkan risiko di pasar keuangan global," ungkap Fikri kepada Bisnis.com, Senin (12/8/2019). Di lain pihak, neraca dagang merupakan fundamental nilai tukar suatu negara. Saat yang sama 3 negara yakni China, AS, dan Jepang merupakan negara tujuan utama ekspor indonesia. Akibatnya penerima...

Ekonomi melambat, optimisme konsumen menurun di bulan Juli 2019

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Optimisme konsumen pada Juli 2019 masih dalam level tinggi yakni di atas 100. Tetapi turun dibandingkan dengan bulan Juni 2019. Optimisme menurun lantaran kondisi ekonomi ke depan diperkirakan melemah. Hasil Survei Konsumen oleh Bank Indonesia (BI) menyatakan Indeks Keyaninan Konsumen (IKK) Juli 2019 sebesar 124,8. Angka ini turun 1,6 poin dibandingkan dengan bulan sebelumnya di level 126,4. Berdasarkan komposisinya, Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) masih dalam tren melemah di level 111,2 pada Juli 2019, sedangkan bulan sebelumnya 114,7. Sementara Indeks Ekspansi Ekonomi (IEK) naik tipis dari 138,1 pada Juni 2019 menjadi 138,4 di bulan Juli. Ekonom Pemeringkat Efek Indinesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan secara siklus di kuartal III, konsumsi masyarakat akan turun. Alasannya sudah tidak ada lagi tambahan gaji pegawai negeri sipil (PNS) dan tunjangan hari raya (THR), maupun pencairan dana subsidi langsung. Kata Fikri, dalam tiga bula...

Imbas koreksi rupiah, tren kenaikan yield SUN sulit dibendung

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi Indonesia kembali memasuki fase penuh tekanan. Hal ini setelah yield Surat Utang Negara (SUN) mengalami tren kenaikan dalam beberapa waktu terakhir. Mengutip Bloomberg, yield SUN seri acuan 10 pada Selasa (6/8) berada di level 7,62%. Angka ini sebenarnya sedikit turun dibandingkan posisi di perdagangan kemarin yakni 7,65%. Namun, tren kenaikan masih tampak terlihat lebih dari sepekan terakhir. Ini mengingat pada 26 Juli lalu, yield SUN masih berada di level 7,18%. Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management Eric Sutedja menyampaikan, tren kenaikan yield SUN yang terjadi akhir-akhir ini merupakan imbas dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Mata uang garuda sendiri terkoreksi akibat imbas dari meningkatnya eskalasi perang dagang antara AS dan China, terutama ketika memasuki awal bulan Agustus. Bahkan, perang dagang antara kedua negara tersebut sudah mulai berubah menjadi perang mata uang. Asal tahu saj...

Pasar obligasi kembali tertekan, investor asing berpotensi lakukan aksi jual

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi pasar obligasi Indonesia yang kembali diliputi ketidakpastian dalam beberapa hari terakhir dapat mendorong aksi jual investor asing dalam waktu dekat. Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto mengatakan, awalnya koreksi di pasar obligasi terjadi karena aksi ambil untung oleh sebagian investor mengingat harga SUN sudah rally cukup signifikan di bulan lalu. Akan tetapi, tekanan bertambah karena tensi perang dagang antara AS dan China kembali meningkat. Di sisi lain, investor asing juga masih menantikan langkah berikutnya dari The Fed terkait kebijakan moneter AS di masa mendatang. Hal ini mengingat The Fed cenderung memberi sinyal hawkish kendati memangkas suku bunga acuan AS pada pekan lalu. Ramdhan berharap tekanan eksternal bisa segera berakhir sehingga yield SUN 10 tahun kembali berangsur-angsur turun seperti di bulan Juni dan Juli kemarin. Pasalnya, sebagian besar investor asing mengincar SUN seri-seri b...